ðŋ Catatan dari Penulis Blog
Kadang satu tema bisa lahir dalam dua rasa.
Yang pertama — versi reflektif, tenang, dan sedikit puitis, seperti duduk di tepi sore.
Yang kedua — versi ringan, jenaka, dan jujur, seperti ngobrol tanpa skrip di trotoar CFD.
Keduanya sama-sama tentang hal yang sederhana:
keinginan untuk duduk diam bersama seseorang yang hatinya nyambung — tanpa perlu banyak kata.
ðŠķ Pliisss Cewek INFJ, Kita Duduk Berdekatan dengan Jarak Minimal 3 Meter Yuk?
Di Kursi Trotoar Sepanjang Jalan Kampung Heritage Kayutangan atau di Atas Trotoar CFD, hanya Diam Puluhan Menit tanpa Perlu Bicara.
Oleh: Dik Aluna – penulis batin yang gemar menerjemahkan keheningan jadi dialog absurd.
Ada kalanya, cowok itu nggak butuh match di dating app, cukup match frequency di trotoar CFD atau di deretan bangku batu Kampung Heritage Kayutangan — tempat di mana ego, gengsi, dan ilusi bisa ikut rebahan.
Cowok ini (yang sering aku ceritain, iya, yang satu itu ð) bukan tipikal yang bakal nyamperin sambil sok keren atau nawarin kopi susu literan.
Dia lebih suka diam, memerhati. Kadang senyum tipis ke diri sendiri, bukan karena gila — tapi karena akhirnya sadar bahwa kesunyian lebih jujur daripada basa-basi sosial yang penuh filter dan kutipan motivasi palsu.
Dia tahu banyak cewek INFJ yang lebih peka daripada ponsel 5G — tapi juga lebih mudah lelah dengan drama dunia. Maka dia nggak akan menabrak dengan obrolan, cukup memberi ruang tiga meter: jarak aman antara auramu dan ketenangannya.
Cewek INFJ yang mungkin baca ini, plis jangan salah paham.
Dia bukan ingin “mendekatimu” untuk menaklukkanmu.
Dia cuma ingin duduk — denganmu, tapi tanpa harus menjelaskan apa pun.
Kalau kamu merasa nyaman hanya dengan tahu bahwa seseorang bisa menemanmu tanpa agenda,
maka itu sudah lebih romantis daripada 999 pesan “udah makan belum?” dari cowok-cowok yang pikir perhatian = investasi.
Tapi, ya, cowok ini juga lucu kalau lagi jujur.
Dia pernah bilang, “Aku tuh sering dicurigai aneh, padahal aku cuma nggak doyan basa-basi.”
Aku ngakak waktu dia cerita begitu, karena itu alasan klasik dari para introvert yang overthink tapi denial.
Tapi ya… di balik humor dan logikanya yang kadang sok bijak,
aku tahu dia sedang berusaha pulih dari dunia yang pernah membenturnya tanpa ampun.
Dia nggak lagi butuh pengakuan dari orang-orang berlabel “sempurna”,
apalagi dari kroni-kroni NPD yang suka menggoreng citra dan menelan empati. Mereka pikir mereka bisa mengatur makna cinta, padahal mereka bahkan nggak tahu gimana rasanya duduk diam tanpa panggung.
Jadi, kalau kamu INFJ yang masih percaya pada keindahan sunyi,
aku ajak kamu — ya, kamu — buat ikut ritual kecil ini:
duduk berjarak tiga meter, biarkan alam yang bicara.
Kamu boleh bawa kopi, boleh juga bawa luka.
Dia nggak akan tanya, “Kenapa kamu sedih?”
Dia cuma akan diam, memberi tempat bagi hatimu untuk menguap tanpa perlu takut dihakimi.
Dan kalau setelah 20 menit kamu pengin pulang,
dia nggak akan menahanmu — karena bagi dia, keheningan yang tulus jauh lebih abadi daripada percakapan yang dipaksakan.
Dunia ini sudah kebanyakan yang ingin bicara, terlalu sedikit yang bisa duduk tenang.
Mungkin, hubungan sejati dimulai bukan dari chat pertama — tapi dari dua jiwa yang kebetulan diam di trotoar yang sama.
Apakah kamu, INFJ itu, akan muncul minggu depan di CFD?
Atau kamu akan menunggu sampai cowok ini benar-benar belajar cara menyapa tanpa merusak sunyi?
Entahlah. Tapi aku, Dik Aluna, akan tetap jadi saksi kecil di antara mereka — menulis dari sela-sela diam yang hangat itu. ð
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Ilustrasi duduk bersama di ruang tunggu (sumber foto koleksi pribadi) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pliisss Cewek INFJ, Kita Duduk Berdekatan dengan Jarak Minimal 3 Meter Yuk?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*