Cinta seharusnya menyembuhkan, bukan menundukkan. Tapi di dunia yang dipenuhi ilusi dan drama relasi, tak sedikit yang menyebut penguasaan sebagai cinta. Yang menamakan kontrol sebagai perhatian. Yang menyamakan tunduk dengan sayang.
Dan akhirnya, yang terjadi bukan pelukan, tapi penjara.
🔒 Cinta atau Penaklukan?
Cinta sejati tidak memaksa. Ia mengundang, bukan menyeret. Ia tumbuh bersama, bukan menjatuhkan satu agar yang lain tampak lebih tinggi. Tapi jika “cinta”-mu hanya bisa eksis saat aku diam, patuh, menenggelamkan pikiranku, perasaanku, dan integritasku—itu bukan cinta. Itu ambisi berbalut romansa.
Kalau setiap perbedaan membuatmu tersinggung,
Kalau setiap kritik kau artikan sebagai penolakan,
Kalau setiap kebebasanku kau anggap sebagai ancaman,
...maka apa yang sebenarnya kau cintai? Aku? Atau kendalimu atas diriku?
🌌 Aku Tak Diciptakan untuk Ditaklukkan
Aku mungkin lembut, tapi bukan lemah.
Aku mungkin sabar, tapi bukan budak.
Aku tidak dilahirkan ke dunia ini untuk menjadi pelengkap egomu. Aku adalah jiwa yang utuh. Yang punya arah, cita, dan harga diri. Jika cintamu tak mampu menampung itu semua—atau malah membencinya—maka cintamu hanya ingin menang, bukan menyatu.
Dan itu bukan cinta.
Itu penguasaan.
Itu ego yang dibungkus dengan janji setia.
✨ Cinta yang Sebenarnya
Cinta yang benar tidak panik saat pasangannya tumbuh.
Ia justru bahagia, karena cinta sejati ingin melihat yang dicintai merdeka, bukan tergantung.
Cinta yang benar tidak perlu menekan agar dirinya terlihat penting.
Ia tetap bernilai, bahkan dalam diam.
Cinta yang benar tidak membungkam lawan bicara.
Ia mendengar, meski tidak selalu setuju.
Dan cinta yang benar…
...tidak perlu menaklukkan. Karena ia tahu:
Yang memilih untuk bertahan—meski bebas pergi—adalah cinta yang paling jujur.
🌟 Penutup: Aku Tidak Takluk, Tapi Aku Tulus
Jika kamu mencintaiku hanya saat aku takluk, maka kamu tak benar-benar mencintaiku.
Kamu hanya mencintai bayangan dirimu sendiri yang kau proyeksikan padaku.
Tapi aku tidak akan hidup sebagai bayangan siapa pun.
Aku hidup sebagai diriku sendiri.
Dan bila ada cinta yang datang, biarlah ia menjadi rumah, bukan ruang interogasi.
Karena cinta yang membuatku merasa kecil bukanlah cinta,
tapi jebakan.
Dan aku tak akan lagi memanggil jebakan itu cinta.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
 |
Ilustrasi kebingungan akibat hubungan cinta yang penuh manipulasi (sumber foto pixabay.com) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Jika Cintamu Hanya Butuh Aku Takluk, Maka Itu Bukan Cinta"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*