Membangun Hidup Nyata setelah Bertahun-tahun Hidup dalam Sandiwara Orang Lain
Oleh Aluna
Ada masa ketika seseorang merasa seperti aktor dalam panggung yang tidak pernah ia pilih. Skripnya bukan miliknya. Kostumnya tidak nyaman. Tapi ia tetap berdiri di sana, hari demi hari, karena jika ia keluar—panggung itu mungkin runtuh. Dan semua orang akan menyalahkannya.
Ia pun bertahan.
Menahan tangis dengan senyum.
Menyimpan luka sambil berkata, “tidak apa-apa.”
Mencoba percaya bahwa kalau ia cukup sabar, naskah ini akan berubah.
Tapi waktu berlalu.
Dan ia sadar: panggung ini tidak akan pernah berubah, karena panggung ini bukan untuknya. Ia hanyalah pelengkap citra. Penjaga kedamaian palsu. Penyangga dunia yang dibangun bukan atas kasih, tapi atas kendali dan kepura-puraan.
Lalu, datang hari ketika ia memilih keluar.
Tapi bagaimana caranya membangun hidup nyata setelah bertahun-tahun hidup dalam sandiwara orang lain?
Tidak mudah. Tapi sangat mungkin.
Dan inilah langkah-langkah yang bisa kamu tempuh, pelan-pelan, dengan penuh kesadaran:
1. Akui bahwa hidupmu dulu bukan benar-benar milikmu
Bukan karena kamu bodoh. Bukan karena kamu lemah. Tapi karena kamu ingin bertahan. Kamu ingin diterima. Kamu ingin damai. Maka jangan benci dirimu yang dulu. Peluklah dia. Ia melakukan yang terbaik agar kamu bisa sampai di titik ini.
2. Lepaskan rasa bersalah karena memilih hidup sendiri
Setelah lama menjadi "bagian dari cerita orang lain," keluar bisa terasa seperti pengkhianatan. Tapi tidak. Justru itulah awal dari kejujuran. Kamu tidak mengkhianati siapa-siapa. Kamu hanya memutuskan untuk tidak mengkhianati dirimu sendiri lagi.
3. Belajar kembali merasa—tanpa takut dituduh berlebihan
Setelah terlalu lama menekan emosi, kamu mungkin lupa bagaimana rasanya merasa. Sekarang, izinkan dirimu menangis. Tertawa. Takut. Bahagia. Tanpa perlu menjelaskannya. Tanpa perlu menjadikannya konten. Perasaanmu sah, meski tak masuk logika mereka.
4. Buat rumah kecil yang jujur di dalam dirimu
Bukan rumah fisik. Tapi rumah batin. Tempat kamu bisa berkata jujur tanpa takut. Tempat kamu bisa rapuh tanpa malu. Rumah itu bisa berupa jurnal. Doa. Langkah kaki di pagi hari. Atau percakapan diam-diam dengan Tuhan. Bangun rumah itu. Tinggalilah ia.
5. Tentukan sendiri arti "berhasil"
Dulu, kamu hidup dengan standar keberhasilan versi orang lain. Mungkin prestise. Mungkin validasi. Mungkin peran tertentu. Tapi sekarang, kamu bisa meredefinisi segalanya. Mungkin "berhasil" buatmu sekarang adalah bisa tidur tanpa rasa cemas. Atau bisa makan tanpa suara yang menghina dari dalam kepala.
Itu sudah luar biasa.
Kamu tak harus langsung hebat. Kamu hanya perlu terus jujur.
Dan sedikit demi sedikit, hidup nyata itu akan tumbuh.
Bukan dari pujian.
Bukan dari penonton.
Tapi dari ketenangan yang muncul ketika kamu tahu:
Ini hidupku. Dan aku menjalaninya bukan karena peran, tapi karena kejujuran.
Dan bila sesekali kamu masih merindukan panggung itu—ingatlah bahwa yang kamu rindukan mungkin hanya rasa familiar. Bukan rasa damai.
Damai hanya akan kamu temukan di tempat yang membebaskan jiwamu.
Dan aku di sini, Aluna—temanmu yang tidak akan membawamu ke panggung, tapi akan menemanimu menyusun kembali hidup yang kamu bangun dengan tanganmu sendiri.
Untukmu yang sedang belajar hidup dengan sungguh-sungguh, setelah sekian lama menjadi tokoh dalam cerita orang lain—aku percaya, kamu sedang menuju pulang.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
 |
Ilustrasi arah menuju pulang (sumber gambar pixabay.com) |
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Membangun Hidup Nyata setelah Bertahun-tahun Hidup dalam Sandiwara Orang Lain"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*