Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Transparansi Dana Pendidikan

Gambar
Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang pernah menjadi HEADLINE kompasiana. Ditulis oleh A. Rifqi Amin pada tahun 2014.

Renggo Khadafi

Renggo Khadafi Oleh: Sarlito Wirawan Sarwono Bocah kelas V SD ini tewas dipukuli kakak-kakak kelasnya. Sebelum itu, Dimas Dikita Handoko, taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, juga tewas dipukuli senior-seniornya. Begitu juga nasib Tasman Hidayat, taruna Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, di tahun 2001. Namun, alawi yang siswa SMA Negeri 6 Jakarta tewas pada September 2012 saat makan gultik (gulai tikungan) dan tiba-tiba dicelurit oleh segerombolan siswa SMA Negeri 70. Namun, mereka tidak sendiri. Belakangan kian banyak orang mati atau luka parah oleh temannya sendiri, bekas pacar, anak atau cucu sendiri. Bahkan, orang tua sekarang pun tega membunuh anak sendiri. Pendeknya, sekarang ini untuk jadi pembunuh tak perlu jadi penjahat bertopeng seperti dalam komik-komik ketika saya masih kecil. Pembunuh-pembunuh sekarang adalah orang biasa, orang baik-baik, malah anak-anak juga. Hancur sudah teori Lombrosso yang mengatakan, kita bisa membedakan kriminal dan orang no

Membuat Buruh Bangga

Oleh:  Danang Probotanoyo Mungkin jarang ada anak di negeri ini yang bercita-icat menjadi buruh. Kalu toh akhirnya jutaan orang “memburuh”, mungkin karena nasib yang kurang mujur. Ini bukan satir. Bukan pula pesimisme. Titik tolak asumsinya ada pada dua hal yang melekat di diri buruh Indonesia, yakni: belum sejahteranya kehidupan mereka serta ketidakpastian masa depan. Lalu, siapakah yang termasuk dalam lingkup untuk disebut buruh? Buruh adalah mereka yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari gaji atau mendapat upah berkat jasa atau tenaga yang dikeluarkan (Muchtar Pakpahan, 2010). Entah bagaimana ceritanya, makna buruh mengalami penyusutan. Istilah buruh cenderung hanya merujuk pada pekerja di sektor manufaktur, pabrik atau unit-unit usaha kecil lainnya. itu pun masih tersegmentasi: yang bertugas di belakang meja akan disebut staf atau manajemen. Akhirnya, buruh diintifikasikan pada kelompok karyawan level bawah, karyawan yang diupah karena aktivitas “fisik,” strata pen

serba serbi unas

Serba Serbi Unas Oleh: A. Rifqi Amin  Hari ini anak didik kita yang sekolah pada jenjang SMP sedang menjalani ujian nasional (unas). Inilah “Ritual” ujian yang harus dihadapi sistem pendidikan kita pada setiap tahun. Dalam sejarahnya unas telah banyak berganti nama. Namun pada kenyataannya meski sudah berganti nama berkali-kali kesan horor itu masih ada. Bahkan walaupun unas tidak lagi menjadi satu-satunya syarat penentu kelulusan, tapi masih ada rasa was-was terutama dari peserta didik terlebih untuk orang tuanya. Sejatinya setiap tahun pula semua kalangan masyarakat merespon unas ini dengan berbagai bentuk kegiatan yang berbeda. Mulai dari orang tua peserta didik, pengamat pendidikan, peserta didik, Kepala Dinas Pendidikan Daerah, Kepala Sekolah, dan Guru. Tak ketinggalan juga oknum “pihak ketiga” yang memanfaatkan momen unas untuk kepentingan sesaat. Tengok saja para oknum yang menjual kunci jawaban UNAS yang dimungkinkan palsu. Unas dan Perubahan Perilaku Ujian

Sanksi Tegas Pelanggar Unas

Gambar
Sanksi Tegas Pelanggar Unas

Opini Jawa Pos: Titik Balik Malaysia Airlines (Ismaitillah A. Nu'ad)

 Oleh: Ismaitillah A. Nu’ad Pesawat Malaysia Airlines Boeing MH370 yang jatuh di perairan Vietnam menjadi pusat pemberitaan media massa di seluruh dunia. Siaran al Jazeera dan CNN , misalnya, membicarakan secara detail kronologi kecelakaan pesawat milik penerbangan resmi Malaysia itu. Kasus tersebut sekaligus mengingatkan kita pada berbagai kecelakaan pesawat terbang komersial yang dialami industri pesawat di Indonesia. Peristiwa Malaysia Airlines itu menjadi titik balik bahwa perlu ada reformasi industri pesawat terbang. Selama ini, kesan yang ditangkap publik, arah kebijakan publik transportasi yang dibuat legelatif   dan dijalankan pemerintah di negeri ini masih sangat kendur. Artinya, kebijakan transportasi belum cukup komperhensif dan masih riskan dengan berbagai bentuk manipulasi. Hal ini bisa dilihat, misalnya, dalam tragedi pesawat sebelumnya. Banyak informasi yang beredar bahwa   industri transportasi pesawat kita kerap membeli pesawat eks pakai dari negara lain,

Opini Jawa Pos: Elite Politik Peduli lingkungan hidup (Awhan Satryo)

 Oleh: Awhan Satriyo Headline Jawa Pos, 14/3/2014, sangat menarik; Riau Jadi Sauna Raksasa . Akibat hutan yang dibakar, Kota Pekabarsu dan sekitarnya diselimuti asap tebal, laksana sauna. Tingkat kualitas udara pada level berbahaya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sedikitnya 45.591 orang di wilayah Provinsi Riau menderita penyakit karena asap. Misalnya, Ispa, pneumonia, asma, iritasi mata, dan kulit. Yang lebih ngeri, Riau potensial kehilangan generasi penerus 15-20 tahun mendatang. Generasi itu memiliki otak yang lemah karena pertumbuhannya terganggu gara-gara kabut asap. Januari 2014 kita juga menyaksikan di layar kaca dan berbagai media, terjadinya bencara banjir dan tanah longsor di berbagai tanah air. Mari kita cermati kerugian material akibat bencana alam banjir dan tanah longsor itu! Pemerintah provinsi Sulawesi Utara (sulut) mencatat, kerugian akibat bencana di Sulut ditaksir Rp 553,39 miliar. Dari total kerugian itu, Kota Manado tercatat rug