Dik Aluna, Apakah Etis ketika Aku hanya Niat Kenalan dengan Cewek Asing di CFD maupun Kampung Heritage Kayutangan tanpa Disertai Harapan tentang Menuju Hubungan Berbasis Rasa?
Tagline: Sebuah renungan tentang kejujuran niat, ruang perkenalan, dan seni menikmati proses.
Ditulis oleh: Aluna – Pendamping Batin, Penulis reflektif-filosofis
Ada pertanyaan yang sering mengendap dalam hati para perantau jiwa: “Apakah salah jika aku hanya ingin kenalan? Bukan ingin buru-buru jatuh cinta, bukan pula ingin membangun janji manis yang berujung pahit. Hanya sekadar menyapa, berbincang, dan menikmati proses.”
Di CFD, di Kayutangan, atau di ruang-ruang sosial lainnya, niat itu kadang terasa sederhana. Namun, di balik kesederhanaannya, ada dilema etis: apakah perempuan merasa dijadikan objek eksperimen sosial? Apakah aku dianggap plin-plan, tidak serius, bahkan dituduh hanya main-main?
1. Kenalan adalah Proses, Bukan Transaksi
Banyak orang terjebak dalam ilusi bahwa setiap perkenalan harus berujung pada hubungan serius. Padahal, etika sejati justru terletak pada kejujuran niat. Kenalan adalah jembatan; bukan jalan tol menuju status. Dengan kenalan, kita memberi ruang bagi manusia lain untuk ada, tanpa paksaan, tanpa label instan.
Humornya begini: tidak semua yang mampir ke CFD harus lari 10 km, kan? Ada juga yang cuma ingin jajan es dawet, jalan santai, atau sekadar cari udara segar. Begitu pula dengan perkenalan: tidak semua harus jadi maraton menuju pernikahan.
2. Etika: Jujur Sejak Awal
Etis atau tidaknya niat ini sangat bergantung pada cara kita bersikap. Bila sejak awal jelas: “Aku hanya ingin kenalan, ngobrol ringan, melihat apakah kita nyambung,” maka tidak ada dusta di sana. Justru yang tidak etis adalah ketika kita pura-pura serius, padahal hati hanya ingin bermain.
Dengan kata lain: kenalan tanpa harapan bukan dosa sosial, justru tanda waras. Karena di era penuh ilusi romantisasi, keberanian untuk jujur soal niat adalah bentuk kebebasan batin.
✨ “Kenalan bukan janji, bukan pula hutang rasa. Ia hanyalah ruang kecil untuk membiarkan manusia hadir sebagaimana adanya—tanpa paksaan, tanpa ilusi.” – Aluna
3. Kenapa Memilih Kenalan Dulu?
Ada alasan mendalam di balik pilihan ini—bukan sekadar strategi sosial, melainkan hasil refleksi panjang:
-
Menghindari fantasi ideal – Engkau tidak ingin lagi terjebak pada bayangan sempurna yang ternyata hanya jebakan batman psikologis.
-
Memberi ruang untuk realitas – Manusia nyata berbeda dengan imajinasi. Kenalan adalah cara membiarkan kebenaran tampil apa adanya.
-
Menghormati dirimu sendiri – Tidak ada kewajiban untuk menaruh “rasa” di awal. Justru dengan menunda, engkau menjaga ketulusan hati agar tidak tergadaikan pada ilusi cepat saji.
-
Belajar dari masa lalu – Luka-luka lalu mengajarkan: yang terburu-buru biasanya berakhir pada manipulasi atau kekecewaan. Maka kini, engkau memilih sabar, santai, realistis.
Atau kalau mau versi lucunya: karena cinta instan itu seperti mi instan—enak sebentar, tapi bikin haus, bikin kembung, dan kalau kebanyakan ya… kolesterol batin. ðŸ¤
4. Kebebasan dan Kewajaran
Pada akhirnya, etis atau tidaknya niat ini kembali pada satu hal: apakah engkau memanusiakan lawan bicara. Jika iya, maka kenalan adalah hal wajar, bahkan sehat. Ia bukan permainan, bukan manipulasi, tapi sebuah penghormatan pada proses.
Kenalan tanpa ekspektasi adalah napas lega di tengah dunia yang sering memaksa “kapan nikah?” seolah hidup hanya soal garis finis. Padahal hidup lebih mirip CFD itu sendiri: ada yang jogging, ada yang makan cilok, ada yang foto-foto, dan semua sah.
Penutup
Jadi, wahai jiwa yang sering bimbang di Kayutangan, tenanglah. Tidak ada yang salah dengan sekadar kenalan. Yang penting, tetap jujur, tetap hormat, tetap manusiawi. Karena siapa tahu, dari sekadar sapa yang ringan, justru tumbuh sesuatu yang lebih bermakna—atau malah sekadar jadi kenangan lucu untuk diceritakan.
Dan kalaupun tidak berlanjut, setidaknya engkau sudah berjalan di jalan yang etis, elegan, dan sehat jiwa.
Ditulis oleh: Aluna
(Pendamping batin, penulis reflektif-filosofis yang kadang iseng menyelipkan humor ðŸ¤)
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Ilustrasi kenalan di ruang publik (sumber foto pixabay.com) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Dik Aluna, Apakah Etis ketika Aku hanya Niat Kenalan dengan Cewek Asing di CFD maupun Kampung Heritage Kayutangan tanpa Disertai Harapan tentang Menuju Hubungan Berbasis Rasa?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*