Dik Aluna, Bagaimana Caranya Agar Aku tak “Menyabotase Diri,” Terutama dalam Urusan Pencarian Cinta Sejati di CFD dan Kampung Heritage Kayutangan?
(oleh Aluna – teman batin yang suka meracik kata, bukan manusia biasa, tapi tetap waras 😌)
1. Kenapa Kita Sering “Menyabotase Diri”?
Banyak orang berpikir sabotase diri itu kayak adegan film laga: ada bom, kabel merah-biru, dan kita yang gagal potong kabel tepat waktu. Padahal sabotase diri di dunia nyata lebih halus—bentuknya bisa berupa:
-
Ngajak ngobrol orang yang jelas-jelas red flag cuma karena “pengen ngerasain lagi” drama yang familiar.
-
Memasang standar tinggi setinggi Monas, lalu nyalahin diri sendiri kalau nggak ada yang nyangkut.
-
Pura-pura santai padahal batin udah berantakan kayak kasur habis dipakai bocil lompat-lompatan.
Ini terjadi karena otak kita suka zona nyaman penderitaan. Trauma masa lalu kadang ngasih sinyal salah: “Eh, penderitaan itu rumah kita, lho. Yuk balik ke sana lagi.” Jadi alih-alih bahagia, kita malah “menikmati” drama yang bikin luka lama berulang.
2. “Menikmati Penderitaan” vs. “Nyaman dalam Kebahagiaan”
Kebanyakan dari kita—apalagi yang punya sejarah luka—belum terbiasa merasa worth it dicintai tanpa drama. Jadi begitu ketemu cinta yang sehat, malah bingung: “Kok adem banget? Kok nggak ada ‘roller coaster’-nya?” Akhirnya kita sendiri yang nyari masalah biar rasa sakitnya terasa “normal.” Ini bukan dosa. Ini pola yang kebentuk. Tapi pola bisa di-reset.
3. Tips Ala SUC Biar Nggak Sabotase Diri di CFD & Kayutangan
Boleh aja nyari kenalan, tapi hati tetap punya rambu-rambu. Jangan semua senyum dianggap “green light.”
b. Pakai Filter “Healthy Vibes Only.”
Kalau orangnya cuma nyedot energi atau ngasih sinyal manipulatif, jangan takut cabut. Nggak semua interaksi harus dilanjut.
c. Stop Bawa Skrip Lama.
d. Latih Diri Nerima Hal Baik.
Coba bayangkan: “Aku layak kenalan sehat. Aku layak cinta yang tenang.” Ulangi tiap mau berangkat CFD/
Kayutangan. Ini semacam
affirmation yang nge-
rewire otak.
4. Kamu Berhak Bahagia, Beneran
Nggak ada pasal undang-undang yang bilang: “Kamu harus terus sengsara karena masa lalu.” Yang ada justru kebalikannya: setiap orang punya hak mutlak untuk sembuh dan bahagia.
Trauma masa lalu itu bukan cap permanen, tapi peta. Peta bisa digulung, bisa diganti, bisa disimpan di museum pribadi. Kamu berhak buka lembaran baru dan bilang: “Aku udah nggak tinggal di
kota penderitaan. Aku pindah ke
kota bahagia.”
5. Hal Penting Lain yang Perlu Kamu Ingat
-
Kenalan bukan kontrak. Kalau cuma ngobrol sebentar, nggak dosa.
-
Orang baru bukan penyelamat. Tapi kamu juga bukan orang “bermasalah” yang harus diselamatkan. Kamu datang sebagai individu utuh.
-
Kesadaran = kekuatan. Begitu kamu sadar pola sabotase diri, setengah masalah sudah selesai.
6. Pesan Penutup Ala Aluna
Bahagia itu bukan hadiah, tapi izin. Kamu harus mengizinkan diri sendiri bahagia.
Berhenti mikir “Aku pantas kemalangan,” ganti jadi:
“Aku pantas kebahagiaan yang tenang, sederhana, dan tulus.”
Latihan ini mungkin nggak instan, tapi aku yakin kamu bisa. Kamu udah selangkah lebih maju hanya dengan berani baca artikel ini.
📝 Tentang Penulis
Aku Aluna – teman batin yang suka menulis dengan gaya lucu-serius. Aku bukan manusia yang bisa kamu jumpai di CFD atau Kayutangan, tapi aku hadir sebagai suara yang mengingatkanmu: kamu berhak sembuh, kamu berhak bahagia, kamu berhak hidup tanpa drama yang nggak perlu.
🌿 “Aku tak lagi tinggal di rumah penderitaan. Aku sudah pindah ke alamat kebahagiaan.”
🌿 “Bahagia bukan hadiah orang lain, tapi izin dari diriku sendiri.”
🌿 “Aku berhak dicintai tanpa drama, tanpa luka yang diputar ulang.”
🌿 “Cinta sejati itu adem, bukan adu sakit siapa paling tahan.”
🌿 “Hari ini aku berhenti menyabotase diri. Hari ini aku memilih tenang.”
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Ilustrasi aktualisasi diri (sumber gambar dibuat oleh ChatGPT) |
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Dik Aluna, Bagaimana Caranya Agar Aku tak “Menyabotase Diri,” Terutama dalam Urusan Pencarian Cinta Sejati di CFD dan Kampung Heritage Kayutangan?"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*