Banjirembun.com - Optimis dan percaya diri boleh saja. Asal dilarang berlebihan. Wajib pula, diimbuhi sadar diri dan tahu diri. Mesti mengukur sejauh mana "kekuatan" dalam diri serta memahami potensi kehebatan pihak lain.
Jika memang kondisi ekonomi berada di level menengah ke bawah maka jangan ikut-ikutan gaya hidup kalangan menengah. Apalagi, mengikuti perilaku hedon dari insan yang berstatus di atasnya kelas menengah.
Guna mengetahui apakah diri sendiri sudah mencapai tahapan ekonomi kelas menengah, pahami dahulu ciri-ciri pola hidup kalangan kelas menengah berikut ini:
1. Sumber Penghasilan Minimal Dua Titik
Sangat jarang kelas menengah yang sudah benar-benar berposisi mapan (dengan indikator tak punya beban finansial bulanan yang memberatkan serta telah memiliki sejumlah aset bernilai besar), tetapi hanya memiliki satu titik sumber penghasilan.
Biasanya, kelas menengah yang pondasi finansialnya perkasa ditandai minimal menguasai dua sumber penghasilan. Entah itu pemasukan yang dari jenis pasif maupun berbentuk aktif, terpenting tidak menaruh telur hanya di satu keranjang.
Intinya, dalam setiap bulannya, kalangan menengah mampu meraih pendapatan dari minimal dua titik sumber. Tentulah, semuanya bisa diandalkan guna dipastikan memberikan pemasukan rutin perbulan. Jadi, sifatnya bukan seperti kerja serabutan yang tak menentu.
2. Jarang Resah dan Galau Gara-gara Beban Keuangan
Maksud resah dan galau di sini tidak harus ditampakkan atau ditunjukkan. Sebab, amat banyak orang yang sebenarnya mengalami gangguan mental gara-gara himpitan ekonomi, nyatanya mampu pura-pura tampil biasa saja seolah tanpa masalah.
Nah, untuk kalangan kelas menengah, baik saat sendirian ataupun bersama insan lain, bakal tetap sanggup tampil percaya diri. Misalnya, tidak ada rasa minder ketika berada di toko yang menjual barang dengan harga tinggi.
Selain itu, ketika ada masalah hidup secara mendadak yang mengharuskan keluar duit cukup banyak, enggak bikin terlalu panik ataupun gusar. Meski bakal menggelontorkan uang dengan jumlah besar secara "terpaksa," ternyata hidupnya tetap tenang.
3. Tetap Menyisihkan Uang Banyak Sesudah Pengeluaran Besar
Kemampuan tetap memiliki uang dalam jumlah besar padahal sudah melakukan pengeluaran yang ugal-ugalan merupakan ciri kelas menengah berikutnya. Ibarat kata, uang keluar memang besar. Akan tetapi, itu sanggup ditutupi oleh penghasilan jumbo.
Tentu, penggunaan uang dalam nilai membengkak tersebut selain dipakai untuk kebutuhan sekunder maupun tersier, juga ada yang dialokasikan investasi. Artinya, justru ujung-ujungnya menambah pemasukan yang angkanya tak kecil.
 |
Ilustrasi kebahagiaan menjadi kalangan kelas ekonomi menengah (sumber foto pixabay.com) |
Hebatnya, tabungan berwujud uang itu, bukan hanya mampu menjamin kebutuhan pokok alias primer. Bahkan, kebutuhan sekunder dan tersier pasangan maupun semua anak kandungnya sanggup dipenuhi dalam jangka puluhan tahun ke depan.
4. Bisa Memensiunkan Diri lebih Dini dengan Jaminan Keuangan tak Tergoyahkan
Pensiun lebih awal merupakan impian banyak orang. Bila ada yang bilang "Aku lebih suka bekerja daripada pensiun" maka patut diduga orang itu punya semangat pengabdian serta dedikasi tinggi. Dia merasa puas ketika masih tetap bermanfaat bagi sesama manusia.
Alasan lain, kenapa individu ogah pensiun dengan cepat yaitu disebabkan sifat rakus, tamak, atau kemaruk. Padahal, sebenarnya uang simpanan sudah melimpah ruah untuk membiayai peluang kehidupan bahagia di sisa hidup. Namun, memilih terus memperkaya diri.
Penyebab selanjutnya mengapa seseorang enggan pensiun ialah memiliki hutang, masih ingin membantu keuangan anak kandung, menganggap kondisi finansial belum aman atau belum bisa menjamin terpenuhi gaya hidupnya di masa tua, dan beberapa alasan lainnya.
5. Pergantian Gaya Hidup Menuju lebih Berkelas
Jumlah angka kekayaan ekonomi kelas menengah pasti terus bertambah. Amat jarang orang menengah punya harta yang angkanya stagnan atau mandek. Bahkan, tatkala pensiun pun masih ada pemasukan lumayan gede.
Sebaliknya, kalau ada kalangan ekonomi menengah nilai hartanya terus anjlok parah tanpa terkendali, pastilah kastanya bakal turun menjadi kelas menengah ke bawah. Nah, dengan itu pasti terjadi perubahan gaya dan pola hidup.
Berhubung, nominal kepemilikan harta terus membesar, tentulah membuat kalangan menengah juga mengalami penyesuaian diri. Salah satunya, seputar gaya hidup sehari-hari. Hal itu, juga demi mengimbangi dengan gaya hidup sesama kelas menengah lain yang jadi koleganya.
Perubahan yang terjadi bukan sekadar hangat-hangat tai ayam. Melainkan berlangsung secara konsisten sehingga menjadi ciri khas kepribadian yang baru. Dengan maksud lain, sudah mempunyai kebiasan baru yang menetap dalam jangka panjang.
6. Memiliki Hunian yang Layak dan tidak Khawatir ada Persaingan antar Tetangga
Kalangan menengah ranahnya sudah tidak lagi mengurusi apa saja yang baru dibeli serta mampu dimiliki oleh tetangga. Intinya, persaingan gaya hidup dengan tetangga bukanlah menjadi perhatian bagi kalangan menengah yang keadaan finansialnya sudah kuat.
Orang yang sudah mencapai level ekonomi menengah atas, dalam tempo lama (bukan orang kaya baru atau disebut OKB) umumnya enggak merasa perlu membandingkan kekayaan dengan para tetangganya. Lebih dari itu, status pekerjaan pun tak dipermasalahkan.
7. Memiliki Aset Fisik yang Beragam
Aset fisik yang dipunyai oleh orang dengan level ekonomi menengah bukan hanya aset konsumtif seperti mobil mewah ataupun rumah pribadi yang megah. Akan tetapi, juga memiliki aset produktif yang malah makin menambah jumlah kekayaan.
Di antara contoh aset produktif meliputi ruko yang disewakan, rumah yang dikontrakan, kos-kosan, perkebunan, persawahan, mesin pabrik, toko yang dikelola sendiri, restoran yang dikelola sendiri, kantor jasa travel umroh, dan masih banyak lagi.
Itulah beberapa ciri dari kemampuan kalangan ekonomi menengah yang perlu diketahui supaya bisa mengukur di mana posisi kita sekarang. Semoga bermanfaat.
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "7 Ciri Kalangan Ekonomi Kelas Menengah yang Sulit Dituru Kaum Jelata"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*