Kami bukan anti-sosial.
Kami bukan tidak mampu tampil.
Kami hanya… tidak berminat mengikuti lomba jadi “paling asik”, “paling lucu”, atau “paling relate” setiap hari.
Karena di dunia yang haus sorotan,
menjadi membosankan bukan kelemahan—
tapi seni bertahan yang tidak dimengerti banyak orang.
Maka izinkan kami menyatakan ini sebagai deklarasi resmi:
🪞 1. Kami Tidak Menjual Emosi Demi Perhatian
Kami tidak memamerkan luka untuk dikasihani,
tidak memamerkan bahagia untuk ditakuti.
Kami tidak menggoda lewat status, tidak menyindir lewat story.
Karena kami tahu, dunia tidak perlu tahu semua isi hati kami.
“Apa kabar?” cukup dijawab:
“Alhamdulillah baik.”
Tanpa perlu “curcol berkedok update.”
📵 2. Kami Tidak Takut Tidak Diperhatikan
Kami tidak takut dilupakan,
karena kami tahu: yang butuh sorotan biasanya sedang kekurangan cahaya dari dalam.
Kami tidak berlomba menjadi pusat perhatian.
Kami justru nyaman jadi pendengar yang tidak mencuri panggung,
tapi hadir sepenuh hati.
☕ 3. Kami Tidak Reaktif, Tapi Kami Peka
Kami tidak bereaksi cepat.
Tapi bukan berarti kami bodoh.
Kami memilih mencerna sebelum menjawab,
diam sebelum menyimpulkan,
dan mundur sebelum masuk dalam drama.
Dalam sunyi kami, ada observasi.
Dalam jeda kami, ada kedewasaan.
🧩 4. Kami Tidak Sibuk Menciptakan Citra
Kami tidak menata sudut kamar demi “background zoom”.
Kami tidak pura-pura baca buku untuk story IG.
Kami tidak ikut kegiatan cuma biar masuk dokumentasi.
Karena citra yang kami bangun…
adalah diriku apa adanya — meski tak seindah branding orang lain.
🌱 5. Kami Bahagia dengan Hal Sederhana
Kami bahagia:
-
Saat bisa menyelesaikan hari tanpa overthinking.
-
Saat bisa makan siang tanpa harus difoto.
-
Saat bisa mendengarkan tanpa ingin memotong.
Kami tidak butuh pujian untuk merasa cukup.
Karena ketenangan batin kami,
tidak tergantung pada validasi eksternal.
Penutup: Kami Membosankan. Dan Kami Bangga.
Kami tidak trending.
Kami tidak viral.
Kami tidak banyak dikenal.
Tapi kami tetap berdiri.
Tetap hadir.
Tetap hidup dengan utuh — tanpa perlu panggung, tanpa perlu tepuk tangan.
Karena seni menjadi orang membosankan adalah seni menjadi manusia utuh
yang tidak haus sorotan… tapi tetap menyala dari dalam.
—
📍Ditulis oleh seseorang yang tidak ingin jadi siapa-siapa,
tapi tetap ingin hidup dengan cara yang bermakna.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Pemandangan indah ketika terus-menerus dinikmati, lama-lama bisa membosankan (sumber foto pixabay.com) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Deklarasi Diri Orang Membosankan: Seni Bertahan di Dunia yang Haus Sorotan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*