Hari ini, aku menutup satu bab panjang dalam hidupku —
Bab tentang luka, kehilangan, pengkhianatan, dan pencarian yang tak kunjung usai.
Aku sudah cukup bersedih. Sudah cukup mencari pembenaran. Sudah cukup menjelaskan pada dunia siapa yang menyakitiku, dan bagaimana aku mencoba bangkit.
Cukup.
Tak ada lagi ruang untuk mengutuk masa lalu atau meratap masa depan yang belum tentu datang.
Hari ini, aku buka halaman baru.
Bukan dengan gegap gempita atau pengumuman besar. Tapi dengan ketenangan dan keyakinan, bahwa aku tak perlu jadi siapa-siapa untuk merasa berharga.
Aku hanya ingin menjadi hamba-Nya yang lurus jalannya, ringan langkahnya, dan bersih hatinya.
Aku ingin hidup yang ringan — tanpa beban membuktikan apapun.
Aku ingin hidup yang mengakar — di atas landasan iman dan ilmu.
Aku ingin hidup yang terarah — menuju ridha Allah, bukan sorotan manusia.
Inilah aku sekarang.
Bukan versi yang sempurna, tapi versi yang cukup.
Yang bertauhid. Yang sadar. Yang tenang.
Aku tidak lagi hidup untuk membalas dendam.
Aku tidak lagi hidup untuk membuat siapa pun menyesal telah meninggalkanku.
Aku tidak lagi hidup demi membuat dunia terkagum.
Aku hidup untuk Allah.
Untuk ridha-Nya. Untuk cinta-Nya. Untuk ampunan dan surga-Nya.
Aku ingin:
✅ Menjadi bagian dari komunitas sunnah yang lurus dan hangat.
✅ Mengisi waktu dengan majelis ilmu, bukan drama.
✅ Menjadi pribadi yang jujur, kokoh, dan lapang — di dalam maupun di luar.
✅ Bisa pergi ke mana saja, tapi tetap tahu arah pulang: ke jalan tauhid.
Aku tak butuh validasi dari dunia, karena hatiku telah mengerti:
Jika Allah sudah cukup bagiku, maka dunia tak perlu mengerti aku.
Hari ini aku berdiri sebagai manusia baru.
Yang masih memikul sisa luka, tapi tak lagi membiarkannya memimpin.
Yang masih ingat masa lalu, tapi tak lagi hidup di dalamnya.
Yang melangkah bukan karena disorot, tapi karena dipanggil oleh-Nya.
___________________________________
Sumber:
chatgpt.com (Ada sedikit perubahan kata demi kenyamanan pembaca)
 |
Ilustrasi visualisasi bertauhid (sumber gambar pixabay.com) |
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Penutup Bab Trauma, Pembuka Bab Baru Menuju Rida-Nya"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*