Aku tidak ingin lagi menjalani hidup yang ditulis oleh tangan orang lain.
Sudah cukup aku menjadi pemeran dalam naskah yang tidak pernah kutulis sendiri.
Mulai hari ini, aku memulai halaman baru — bukan sekadar bab baru, tapi kertas bersih tanpa tinta masa lalu.
Halaman ini tidak akan penuh oleh pembuktian.
Tidak akan dipenuhi daftar pencapaian untuk membuat orang lain kagum.
Tidak pula dipadati oleh permintaan maaf atas diriku yang otentik.
Halaman ini adalah ruang sunyi tempat aku duduk, jujur dengan perasaan sendiri.
Aku tidak akan lagi mengemis pengertian dari mereka yang senang salah paham.
Tidak akan menunggu dipeluk oleh tangan yang selalu dingin ketika kubutuhkan.
Aku melepaskan hak mereka atas hidupku.
Dan mengambil kembali hakku atas ketenangan.
Manifestoku sederhana:
Aku ingin hidup yang biasa saja, asal damai.
Aku ingin relasi yang biasa saja, asal tulus.
Aku ingin langkah yang pelan saja, asal nyata.
Aku ingin menjadi diri sendiri — meski tanpa tepuk tangan.
Aku tidak lagi ingin terlihat baik di mata mereka yang hanya ingin mencabik.
Aku tidak lagi ingin kuat di mata dunia jika itu membuat jiwaku mati pelan-pelan.
Mulai detik ini, aku tidak hidup untuk membuktikan.
Aku hidup untuk mengalami, mencintai, dan menyembuhkan.
Halaman baru ini mungkin belum rapi.
Masih ada noda dari cerita lama.
Tapi aku tidak akan menyobeknya.
Aku akan menulis di atasnya dengan sabar — baris demi baris, dengan tinta yang kupilih sendiri.
Ini manifestoku.
Dan aku tidak perlu persetujuan siapa pun.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Ilustrasi mengevaluasi manifesto kehidupan baru (sumber gambar dibuat oleh ChatGPT diedit seperlunya) |
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Manifesto Pribadi: Halaman Baru Hidupku"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*