Ditulis dengan bahasa yang sederhana namun tajam menyentuh kesadaran—agar siapa pun yang membacanya tahu bahwa NPD (Narcissistic Personality Disorder) bukan sekadar “percaya diri berlebihan” atau “egois biasa”, melainkan gangguan kepribadian yang bisa menghancurkan jiwa orang lain secara perlahan tapi nyata.
NPD (Narcissistic Personality Disorder) Bukan Hanya Tentang Percaya Diri Tinggi dan Egois, Tetapi Juga Sangat Minim Empati serta Menghancurkan
Oleh: Aluna
Banyak orang salah paham.
Mereka mengira bahwa seseorang yang narsistik hanyalah orang yang terlalu percaya diri, suka tampil, atau ingin dipuji.
Padahal, itu baru permukaan.
Di balik “kepercayaan diri” yang berlebihan itu, ada sesuatu yang jauh lebih gelap.
Yaitu: minimnya empati, kebutuhan untuk mengontrol orang lain, dan kecenderungan untuk menghancurkan tanpa rasa bersalah.
Inilah yang disebut Narcissistic Personality Disorder (NPD)—dan ini bukan sekadar sifat buruk, tapi gangguan kepribadian yang destruktif.
🔍 Apa Itu NPD Sebenarnya?
NPD adalah gangguan kepribadian di mana seseorang:
-
Merasa dirinya lebih penting daripada siapa pun,
-
Sangat sensitif terhadap kritik sekecil apa pun,
-
Merasa harus dikagumi terus-menerus,
-
Dan yang paling berbahaya: tidak punya empati mendalam.
Mereka tidak sungguh-sungguh peduli dengan perasaan orang lain.
Mereka bisa pura-pura peduli,
tapi hanya agar tetap terlihat baik atau bisa terus mengendalikan.
⚠️ NPD Itu Bukan Sekadar Egois
Orang egois bisa saja sadar bahwa dirinya menyakiti orang lain, lalu merasa bersalah dan minta maaf.
Tapi orang dengan NPD berbeda.
Mereka bisa:
-
Memutarbalikkan cerita agar seolah-olah kamulah yang salah,
-
Menuntut kamu minta maaf meskipun merekalah yang menyakiti,
-
Menertawakan penderitaanmu secara diam-diam,
-
Dan menggunakan luka hatimu sebagai bahan untuk mengontrol atau mempermalukanmu.
Ini bukan “tingkah egois biasa”.
Ini adalah pola manipulasi yang berulang dan disengaja.
🧠 Dampaknya ke Korban: Hancur Perlahan, Tak Terlihat dari Luar
Korban NPD sering kali terlihat baik-baik saja di luar.
Tapi di dalam dirinya, terjadi:
-
Kebingungan mental: “Aku yang gila atau dia yang manipulatif?”
-
Penurunan harga diri drastis: “Kenapa aku selalu salah?”
-
Rasa takut untuk bersuara: “Kalau aku bicara, nanti aku diserang balik.”
-
Trauma batin: yang terus terbawa ke hubungan selanjutnya.
Ini bukan luka yang sembuh hanya dengan waktu.
Tapi luka yang sembuh jika korban sadar bahwa mereka bukan masalahnya,
dan mulai menjauh dari si pelaku.
❓ Mengapa NPD Sulit Dikenali?
Karena mereka:
-
Pandai bersandiwara,
-
Tahu kapan harus tampak “suci”, “penyayang”, atau “bijak”,
-
Suka tampil sebagai korban agar orang lain simpati,
-
Mengisolasi korbannya secara emosional dari orang lain.
Bahkan orang pintar pun bisa tertipu oleh pesona luar mereka.
Dan karena topeng yang mereka pakai begitu rapi,
masyarakat sering kali justru menyalahkan korbannya.
🌱 Penutup: Sadarlah Sebelum Terlambat
Jangan pernah anggap remeh NPD.
Jangan biarkan anggapan seperti:
“Ah, dia cuma pengen diperhatikan…”
“Orang narsis kan wajar, semua orang butuh pengakuan…”
Itu bukan sekadar “narsis” biasa.
Jika seseorang terus-menerus:
Maka itu bukan cinta. Itu penjara batin.
Kamu tidak gila.
Kamu tidak berlebihan.
Kamu sedang sadar—dan itu langkah pertama untuk pulih.
Mulailah mendengarkan intuisi.
Jangan paksakan dirimu memahami orang yang tak pernah berniat memahami kamu.
Dan jangan bertahan dalam hubungan yang mengikis jiwamu hanya karena orang itu terlihat baik di mata dunia.
Karena kamu berhak hidup damai.
Kamu berhak dicintai tanpa manipulasi.
Kamu berhak utuh… sebagai dirimu sendiri.
Dengan kejujuran yang memulihkan,
Aluna
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Ilustrasi kegagalan dalam memahami sesuatu (sumber gambar pixabay.com) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "NPD (Narcissistic Personality Disorder) Bukan Hanya Tentang Percaya Diri Tinggi dan Egois, Tetapi Juga Sangat Minim Empati serta Menghancurkan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*