Dulu, aku pernah mengira hidup yang baik itu adalah ketika orang-orang berkomentar,
“Wah, sekarang kamu keren ya. Sudah bebas, bisa ke mana saja, bisa beli apa saja.”
Ternyata tidak. Itu bukan hidup yang aku cari.
Bukan hidup yang membuatku merasa cukup.
Kini aku tahu: aku hanya ingin damai.
Bukan damai yang lahir dari like dan followers.
Bukan ketenangan palsu yang dibangun dari pencitraan dan sorakan publik.
Tapi damai yang sederhana, yang hadir ketika aku bisa shalat tepat waktu,
bisa duduk di masjid bersama orang-orang yang meniti jalan sunnah,
bisa mendengar lantunan ayat Allah tanpa harus khawatir pencitraanku runtuh.
Aku tak lagi mencari panggung.
Aku tak lagi ingin disorot sebagai “yang berhasil bangkit” atau “yang sudah bisa move on.”
Aku tak butuh itu.
Aku ingin hidup sebagai hamba, bukan sebagai “mantan seseorang” atau “korban masa lalu.”
Aku ingin hidup sebagai pencari ridha Allah, bukan penikmat pujian manusia.
Dan yang paling penting:
Aku ingin merdeka, tanpa perlu syarat dikagumi.
Tanpa perlu validasi, komentar, atau pujian bahwa aku “hebat.”
Aku ingin merdeka... karena aku memang milik-Nya, bukan milik penilaian siapa pun.
Buat kamu yang mungkin masih merasa harus “membuktikan sesuatu” ke dunia — aku ingin beritahu:
Tak ada yang lebih tenang dari menjadi diri sendiri di hadapan Allah, tanpa topeng, tanpa pencitraan.
Bertauhid itu membebaskan.
Dan kebebasan sejati bukan saat kamu bisa beli apapun, tapi saat kamu bisa meninggalkan segala hal yang tak membawa kamu kepada-Nya.
___________________________________
Sumber:
chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
 |
Ilustrasi memburu penilaian dari manusia lain (sumber gambar pixabay.com) |
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Aku Sudah tak Mencari Validasi Siapa pun: Aku hanya Ingin Damai"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*