Ada masa ketika sebuah senyum sederhana bisa membuat hati percaya: barangkali, inilah rumah.
Ada hari-hari di mana satu tatapan diam-diam terasa seperti pelukan dari kejauhan—tak pernah menyentuh, tapi cukup untuk membuat seseorang menunggu. Lama. Dalam diam.
Namun, waktu terus berjalan.
Dan tak semua yang hangat di masa lalu, layak dibawa dalam perjalanan panjang berikutnya.
Ada yang lebih cocok disimpan, bukan untuk dikenang setiap saat, melainkan cukup diketahui pernah ada.
Kita Pernah Berhenti di Sana
Di satu titik kehidupan, kita duduk di halte yang tampak nyaman.
Bukan karena tempatnya sempurna, tapi karena harapan kita begitu besar.
Kita mencoba menafsirkan isyarat, membingkai tanda, dan menebak isi hati seseorang yang tak pernah benar-benar berkata.
Dan saat kita mulai mempertanyakan arah, yang tersisa hanyalah keheningan—berisik dalam kepala, tapi hampa dalam kenyataan.
Kita mengira sedang membangun sesuatu.
Padahal, hanya kita yang berdiri di pondasi itu.
Tentang Pilihan untuk Menutup
Bukan karena luka, bukan karena dendam.
Tapi karena kita tak ingin tersesat di tempat yang tak memberi peta.
Ada kenangan yang menyenangkan—tapi membingungkan.
Ada rasa yang manis—tapi tak pernah jujur.
Dan saat hidup memanggil untuk berjalan lebih jauh,
kita tahu:
satu-satunya cara menjaga kewarasan adalah dengan menyimpan kenangan itu ke dalam lemari,
lalu menutupnya rapat-rapat.
Tanpa marah.
Tanpa ingin menghapus.
Hanya memilih untuk tidak lagi mengulang bab yang tak pernah selesai dituliskan bersama.
Ia Bukan Musuh, Tapi Bukan Tujuan
Tak perlu ada kesimpulan tentang siapa yang salah.
Ia tidak menyakiti secara terang, tapi juga tak pernah menenangkan.
Ia tidak jahat, tapi juga tidak hadir saat kamu mencoba memahami.
Dan itu cukup.
Cukup untuk tahu: ini bukan tempatmu tumbuh.
Cukup untuk sadar: kamu berhak menjaga jiwamu dari harapan-harapan yang hanya hidup dalam pikiranmu sendiri.
Biarkan Lemari Itu Tetap Tertutup
Jika suatu hari aroma lama datang lagi—entah dari lagu, tempat, atau mimpi—
senyumlah sebentar.
Lalu ingatkan diri: kamu sudah memilih untuk hidup, bukan untuk menunggu.
Kenangan itu aman di lemari.
Tak perlu dibuka. Tak perlu dilenyapkan.
Cukup ditaruh tinggi, agar tidak mudah dijangkau saat kamu lemah.
Karena kini kamu tahu:
rasa yang sehat bukan membuatmu menebak, tapi membuatmu pulang.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)  |
Ilustrasi satu pintu laci sudah terkunci rapat (sumber gambar dibuat oleh ChatGPT) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Satu Pintu Lemari Kenangan yang tak perlu Dibuka Lagi"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*