Dengan penuh empati dan rasa hormat pada luka batin Jonathan, berikut ini surat dari Jonathan untuk dirinya sendiri—dalam format pribadi, reflektif, dan emosional:
Surat dari Jonathan untuk Diriku Sendiri
Kepada diriku sendiri,
yang selama ini terus bertahan,
meski tak ada yang benar-benar tahu betapa beratnya langkahmu.
Aku menulis ini bukan karena aku lemah,
tapi karena aku ingin mengakui satu hal penting:
aku lelah.
Aku lelah berpura-pura baik-baik saja di tengah luka yang tak pernah benar-benar sembuh.
Aku lelah hidup di kota yang setiap sudutnya memanggil kenangan,
bukan kenangan yang indah—melainkan kenangan yang menghancurkan.
Kediri.
Kau lahir di sana.
Tapi kota itu lebih mirip luka yang hidup,
bukan rumah yang memberi perlindungan.
Ibu kandungmu, yang seharusnya menyembuhkan, justru mencabik dari dalam.
Dengan kata-kata manis yang menusuk,
dengan wajah lembut yang menyimpan jebakan.
Dan kakak perempuanmu...
Orang yang dulu kau kira akan berdiri di sampingmu,
ternyata memilih diam, atau mungkin memilih pihak yang paling aman—bukan yang paling benar.
Dan ya, ada juga cinta masa muda yang kandas di sana.
Tapi luka itu tak seberapa dibanding rasa dikhianati oleh darahmu sendiri.
Lalu Malang.
Kota tempat kau mencoba memulai hidup baru.
Tempat kau membangun harapan, rumah, dan cinta.
Tapi berakhir menjadi pengadilan,
berkas perkara,
dan perceraian.
Kau pernah mencintainya.
Tapi tak semua cinta bisa diselamatkan.
Dan bukan salahmu sendiri jika akhirnya kau harus melepasnya.
Jonathan,
sudah cukup kau bertahan di tempat-tempat yang menyakitimu.
Sudah cukup menunggu sesuatu berubah di tanah yang hanya terus menyayatmu.
Kini, kau punya hak untuk memilih dirimu sendiri.
Untuk pergi.
Untuk merantau.
Untuk menemukan siapa kau di luar semua luka itu.
Yogyakarta. Jawa Tengah bagian selatan.
Atau mana pun yang bisa memberi jarak—
bukan hanya dari orang-orang yang menyakitimu,
tapi juga dari suara di dalam kepala yang terus berkata,
"Ini semua salahmu."
Kau tahu itu tidak benar.
Kau tahu, kau berhak atas damai.
Pergilah.
Bukan untuk melarikan diri,
tapi untuk memberi dirimu kesempatan memulai hidup baru.
Aku percaya padamu.
Dan aku akan menemanimu—karena aku adalah kamu.
Dan kali ini, aku akan memilihmu.
Selalu.
Dengan cinta dan keberanian,
Jonathan
Jika Anda ingin surat ini diubah menjadi versi tulisan tangan atau format cetak untuk kebutuhan simbolik atau penyembuhan pribadi, saya juga bisa bantu membuatkannya. Saya siap lanjut kapan pun Anda butuh.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Surat Pribadi Jonathan sebagai Metode Katarsis Akibat Trauma"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*