Banjirembun.com - Seumur hidup, aku tak pernah merasakan apa itu rasa sakit hati akibat cemburu terhadap seseorang yang aku cintai. Aku berpikir, biarlah dia yang kucintai bahagia dengan pilihannya. Lebih ekstrim lagi, aku punya idealisme "Mau sama aku silakan, jika ogah denganku maka aku tak memaksa."
Kini, aku amat tahu bagaimana rasa sakitnya tatkala cemburu. Anehnya, aku cemburu pada mantan SMA. Dia adalah mantan cinta pertamaku. Yakni, tatkala aku baru saja melihat dia bersama suaminya berada dalam satu frame video di akun medsosnya. Tampak kompak melakukan gerakan koreografi. Alhasil, aku patah hati sepatah-patahnya.
Baca juga: Curhat kepada Kecerdasan Buatan dengan Bertanya "Apakah Normal Cemburu pada Mantan SMA yang Tampil Mesra dengan Suaminya di Medsos?"
Padahal, aku tak ada sama sekali berniat hendak "balikan" saling jatuh cinta dengan mantan. Tentunya, aku tak menghendaki mantan bercerai dengan suaminya. Aku pun tidak ada niat serius menemui dan bertatap muka dengan mantan. Sejujurnya, rasa ingin bertemu memang ada. Namun, itu sanggup aku cegah sampai sekarang.
 |
Ilustrasi pikiran terganggu akibat rasa cemburu (sumber gambar pixabay.com) |
Tanpa pikir panjang, ketika aku tahu dia melakukan aksi mesra bersama suaminya seperti dijelaskan di atas, aku langsung memblokir semua medsosnya. Itu aku terapkan secara spontanitas. Tanpa disertai rasa benci pada mantanku maupun terhadap suaminya. Aku melakukan itu demi menjaga kestabilan suasana hatiku yang lagi dirundung masalah bertubi.
Aku juga tak berpikiran bahwa mantanku berbuat "pamer" keromantisan memang sengaja hendak membuatku cemburu. Sebab, aku tak mau ke-GR-an dan ke-PD-an. Aku berasumsi dia melakukan itu demi menunjukkan kepada orang yang dikenalinya, termasuk kepada mantan-mantanya, bahwa hidupnya bahagia bersama suami.
Di sisi lain, justru aku khawatir bahwa perilaku mantanku di medsosnya yang tampak bahagia bersama suaminya itu berbanding terbalik saat di dunia nyata. Dengan kata lain, kelihatannya saja bahagia di dunia maya. Akan tetapi, pada praktik kehidupan sesungguhnya mereka mengalami konflik.
Lebih-lebih lagi, terdapat pendapat yang mengatakan bahwa individu yang menunjukkan keromantisan dengan pasangannya di medsos malah mestinya patut dicurigai. Apa alasannya mereka berdua berbuat seperti itu? Jangan-jangan mereka ingin meyakinkan (baca: memaksakan) diri sendiri bahwa hubungan mereka sedang baik-baik saja.
Lebih lanjut, kalau memang sepasang lawan jenis benar-benar saling mencintai, tentulah mereka tak butuh validasi dari orang lain. Bagi mereka, rasa sayang merupakan sesuatu yang natural dan tulus. Tanpa perlu syarat harus dibuktikan dengan langkah ditampilkan pada media sosial. Apalagi, tatkala ternyata salah satu pihak merasa dipaksa melakukannya.
Baca juga: Puisi Kepedihan Ditinggal Nikah "Cinta Pertama"
Aku tak berharap mantan cinta pertamaku pisah dengan suaminya. Lagi pula, kalau pun mereka retak, aku belum tentu mampu mengambil peran suaminya yang tampaknya begitu sempurna sebagai sosok pasangan hidup sekaligus figur ayah bagi anak-anak mereka. Sekali lagi, aku sadar diri dan tahu diri. Serta, sadar posisi.
Rasa cemburuku ini barangkali akibat aku yang masih belum mampu serta merasa butuh waktu lama guna menggapai harapanku yang amat idealis. Nah, di sela-sela penantian itulah kondisi jiwaku mudah terganggu. Bahkan, untuk hal-hal yang merusak pikiran yang belum pernah aku rasakan sebelumnya kini terjadi. Yakni, rasa cemburu pada mantan SMA.
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Aku Dulu tak Pernah Cemburu pada Mantan tatkala Dia Didekati Cowok Lain, Kini Aku Tahu Rasanya Sakitnya Cemburu"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*