Di zaman di mana semua orang ingin viral, dikenal, dikagumi, dan dikomentari, kami — kaum membosankan — memilih jalan sunyi:
Tidak ramai, tidak dramatis, dan tidak ingin dianggap apa-apa.
Kami bukan anti-sosial.
Kami bukan kurang percaya diri.
Kami hanya... lelah melihat dunia yang terlalu sering berlomba tampil, tapi lupa hidup.
📜 Pasal 1: Kami Tidak Sibuk Meninggalkan Jejak Digital
Kami tidak selalu update story, tidak buru-buru membalas chat, dan tidak khawatir ketinggalan info.
Bukan karena kami tertutup, tapi karena…
keheningan adalah zona nyaman kami.
Kami percaya:
Jika kamu benar-benar penting dalam hidup kami,
kami akan menyapa — meski tanpa emoji.
🧠 Pasal 2: Kami Tidak Mengikuti Tren Demi Eksistensi
Challenge baru? Filter baru? Hastag baru?
Kami angkat secangkir teh dan berkata,
"Mungkin nanti. Atau mungkin... nggak sama sekali."
Kami tidak ingin menjadi versi "menarik" dari diri sendiri demi validasi luar.
Kami cukup menjadi diri sendiri — yang mungkin tidak hits, tapi stabil.
🧩 Pasal 3: Kami Percaya Datar Itu Bukan Dosa
Kami tidak over-reaktif.
Kami tidak selalu punya opini untuk dibagikan.
Kami tidak suka pamer luka atau bahagia demi likes.
Dan justru karena itu,
kami tidak mudah dikendalikan, tidak mudah dipancing, dan tidak mudah tumbang.
🐢 Pasal 4: Kami Bergerak Lambat, Tapi Pasti
Kami tahu kapan harus diam.
Kami paham bahwa tidak semua masalah perlu dikomentari.
Kami sadar bahwa hidup bukan soal kecepatan, tapi ketepatan.
Kalau dunia sedang panik karena FOMO,
kami sedang membuat kopi.
Lalu duduk di sudut sunyi — menyusun ulang prioritas.
🌱 Pasal 5: Kami Tidak Mencari Panggung
Kami tidak ingin jadi sorotan.
Bahkan kalau kami dikenal, kami malah bingung harus bereaksi bagaimana.
Kami tidak pandai bersaing dalam “adu asik”,
karena kami tahu:
Yang tenang, tidak harus menang. Tapi biasanya, dia yang bertahan paling lama.
Penutup: Menjadi Biasa Adalah Seni
Kalau kamu juga merasa tidak menarik, tidak ramai, tidak spesial —
mungkin kamu bukan aneh.
Mungkin kamu hanya sedang mengikuti ritme hidupmu sendiri.
Dan itu… sah.
Kami, kaum membosankan, tidak memaksa siapa pun mengerti kami.
Tapi jika kamu lelah dengan dunia yang penuh keramaian palsu,
kamu tahu di mana bisa duduk diam — bersama kami.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
 |
Ilustrasi manifestasi kebosanan (sumber gambar pixabay.com) |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Manifesto Orang Membosankan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*