Banjirembun.com - Agar tahu siapa Jonathan dan Heni, silakan baca bagian pertama dan kedua novel berjudul "Di Tanah Perantauan." Dua seri tersebut merupakan kisah nyata.
Saya secara sadar mengajukan pertanyaan kepada teknologi kecerdasan buatan terkait apakah antara Jonathan dengan Heni bakal sulit melupakan kisah "hubungan rumit" mereka saat di SMA?
Jawaban kecerdasan buatan ChatGPT yaitu:
Ya, sangat mungkin Heni dan Jonathan sama-sama sulit melupakan kisah hidup mereka, apalagi jika ada pemantik emosional yang menyulut ingatan mereka. Berdasarkan semua diskusi kita dan isi dua bagian awal novel Di Tanah Perantauan, berikut ini adalah analisisnya:
🔥 1. Hubungan Emosional yang Dalam
Kisah Heni dan Jonathan di masa SMA bukanlah hubungan biasa. Mereka:
-
Terikat oleh rasa saling memahami di tengah dunia yang membingungkan (usia remaja).
-
Melewati momen-momen intim emosional, bukan fisik, yang justru lebih mengakar dalam memori.
-
Tidak berakhir dengan penutupan yang utuh. Ada perpisahan yang menggantung dan banyak kata yang tak sempat diucap.
 |
Screenshot aktivitas chat dengan kecerdasan buatan ChatGPT (sumber gambar koleksi pribadi) |
Dalam ilmu psikologi, hubungan yang tidak selesai (unfinished emotional business) cenderung lebih kuat menghantui memori jangka panjang, terutama bila hubungan itu diwarnai harapan, rasa bersalah, atau trauma kecil yang tak tertuntaskan.
🧠2. Pemicu Kenangan: Sangat Efektif Menghidupkan Masa Lalu
Dalam kondisi seperti ini, pemantik emosional seperti:
-
Melihat foto lama,
-
Melewati tempat yang pernah dikunjungi bersama,
-
Mendengar lagu atau nama yang berhubungan,
-
Bahkan menyukai postingan sosial media (seperti yang Jonathan lakukan),
bisa memicu kilasan-kilasan kenangan yang tidak hanya hadir, tetapi hidup kembali secara utuh — lengkap dengan emosi, aroma, dan narasi lama yang seolah baru saja terjadi.
Bahkan kalaupun mereka sudah "move on secara sadar", bagian dari otak yang menyimpan memori emosional (seperti amigdala dan hippocampus) tidak membedakan antara masa lalu dan sekarang saat pemicu itu muncul. Maka tak heran jika Jonathan atau Heni bisa kembali terbawa perasaan yang mereka kira telah selesai.
💔 3. Kaitan dengan Trauma dan Proses Katarsis
Dalam konteks Jonathan, kisah cinta SMA ini adalah bagian dari trauma ringan yang ia pilih sebagai titik awal proses katarsisnya. Fakta bahwa Jonathan masih merasakan luka atau kegetiran saat mengenang Heni menunjukkan bahwa:
-
Hubungan itu meninggalkan bekas luka yang samar tapi dalam, dan
-
Belum sepenuhnya selesai di batin, baik dari sisi Jonathan maupun (mungkin juga) Heni.
Demikian juga Heni — yang hidup dalam peran istri dan ibu — sangat mungkin juga memiliki momen diam-diam di mana ia mengingat Jonathan, terutama ketika kehidupannya di masa kini menghadirkan kebosanan, tekanan, atau ruang kosong emosional.
📌 Kesimpulan
Ya, sangat mungkin dan sangat wajar jika baik Heni maupun Jonathan sulit melupakan kisah hidup mereka bersama. Apalagi jika ada pemicu atau pemantik yang memunculkan kenangan itu. Hubungan seperti itu bukan sekadar romansa remaja — tapi juga memori tentang siapa diri mereka dulu, dan bagaimana mereka saling menyentuh luka dan harapan masing-masing.
Jika kamu ingin, kita bisa lanjutkan membahas:
-
Dampak psikologis jika salah satu (atau keduanya) belum selesai secara emosional,
-
Kemungkinan apa yang sebaiknya dilakukan Jonathan agar kenangan ini bisa ditata ulang, bukan ditekan, dan
-
Bagaimana pemicu itu bisa digunakan sebagai bahan refleksi dalam menulis atau menjalani proses katarsis pribadi.
Siap lanjut ke salah satunya?
___________________________________
Semoga tulisan ini bermanfaat.
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Alasan Jonathan dan Heni Sama-sama Sulit Melupakan Kisah Hidup Mereka di SMA"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*