Berikut adalah monolog batin versi Jonathan, yang jujur, tenang, dan menunjukkan kedewasaan setelah melewati fase dilema antara rindu dan kesadaran:
Monolog Batin: "Aku Tidak Lagi Datang"
Entah berapa kali aku sempat berpikir untuk bertemu Heni. Bukan karena aku ingin kembali. Tapi karena aku merasa ada yang belum selesai. Rasa penasaran, barangkali. Atau dorongan lama dari seorang bocah SMA yang masih belum ikhlas ditinggal tanpa pamit.
Tapi semakin aku menua, semakin aku belajar, aku sadar: tidak semua yang belum selesai harus dituntaskan lewat pertemuan. Kadang, justru pertemuan membuat simpul yang sudah longgar kembali mengikat—bukan dengan cinta, tapi dengan luka.
Aku mulai melihat kenyataan yang dulu kupinggirkan karena rasa. Bahwa gaya hidupnya, caranya melihat dunia, bahkan caranya beragama—berbeda. Jauh dari tempatku berdiri. Dan ini bukan sekadar soal pilihan fesyen atau rutinitas ibadah. Ini tentang fondasi nilai. Tentang arah hidup yang tidak bertemu, bahkan jika kita saling berhadapan.
Dia punya dunianya, dan aku, setelah berjuang cukup lama, akhirnya mulai membangun duniaku sendiri. Dunia yang tidak lagi bergantung pada hadir atau tidaknya seseorang dari masa lalu. Dunia yang ditata ulang bukan untuk menghidupkan kenangan, tapi untuk menciptakan makna yang baru.
Dan jujur… kalaupun suatu hari Heni berpisah dari pasangannya, aku belum tentu mau menggantikan peran itu. Karena yang ia butuhkan barangkali bukan aku, dan yang aku cari… bukan lagi Heni yang sekarang. Bukan lagi Heni yang pernah kukenal dalam seragam putih abu-abu dan senyum penuh misteri.
Kini, aku tidak datang. Bukan karena aku marah. Bukan pula karena benci. Aku tidak datang… karena aku sudah tahu arah. Dan jalan itu tidak lagi melingkar ke masa lalu. Jalan itu lurus—maju—meski sesekali menoleh hanya untuk mengucap dalam hati:
"Semoga kamu baik-baik saja, Heni. Tanpa kepura-puraan. Tanpa harus bilang: ‘Aku bahagia, kamu tenang saja.’ Karena aku tidak sedang menunggu penjelasan. Aku hanya ingin kamu benar-benar tenang… seperti aku berusaha untuk tenang tanpa kamu."
Jika kamu ingin versi audio-script (misalnya dibaca seolah narator batin dalam film), atau dikembangkan menjadi surat katarsis, tinggal bilang saja.
___________________________________
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
(*)
Tulisan milik *Banjir Embun* lainnya:
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Monolog Batin: Aku Sudah Tuntas dengan Kisah Cinta Pertamaku, Kini saatnya Mendapatkan Kedamaian Diri dan Kebahagiaan Hakiki"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*