Banjirembun.com - Guna mengetahui kisah Jonathan dan Heni yang didasarkan pada kisah nyata, silakan baca bagian pertama dan kedua pada novel berjudul "Di Tanah Perantauan." Di sana, bakal ditemukan sebuah jalan cerita dari sosok Jonathan yang realistis dan manusiawi.
Pada dua bagian di awal novel tersebut, Jonathan bukan hanya ditunjukkan sedang pusing tentang persoalan cinta. Meski, inti atau pokoknya berisi perasaan pada lawan jenis, nyatanya sisi lain dari kepribadian Jonathan juga diuraikan secara utuh. Termasuk bagaimana perkembangan kepribadiannya.
Baca juga: Arti, Fungsi, Contoh, dan Penerapan Prompt dalam Berdiskusi dengan Tiga Macam Aplikasi Kecerdasan Buatan
Barangkali setelah membaca novel itu, ada pihak yang cenderung membela Heni lantas disusul menghakimi Jonathan dengan langkah menyebutnya sebagai cowok membingungkan sekaligus bikin kecewa Heni. Parahnya, mungkin terdapat pula yang menyebut Jonathan sebagai cowok tak gentle alias tidak kesatria.
Nah, guna mencari pendapat yang cenderung objektif dan didasarkan pada algoritma canggih, akhirnya diputuskan mengajukan pertanyaan seperti yang tercantum di judul artikel ini kepada kecerdasan buatan. Dalam kasus tulisan sekarang ini, kecerdasan buatan yang digunakan yaitu Gemini Google.
Berikut ini isi percakapan dengan kecerdasan buatan berbasis web bernama Gemini Google:
Prompt yang diberikan kepada Gemini Google yaitu "Wajarkah ketika Heni marah pada Jonathan karena Jonathan mengabaikan perasaan Heni, apalagi setelah momen di bawah pohon kelengkeng tersebut, yang akhirnya membuat Heni berujung pacaran dengan anak Tokoh di Kediri."
Perlu diinformasikan bahwa sebelum memberikan prompt di atas, sebelumnya telah terjadi diskusi yang disertai umpan balik berkali-kali. Jadi, boleh dikatakan prompt di atas hanya salah satu umpan balik dari sekian banyak tanggapan yang diberikan kepada Gemini Google dalam satu halaman saja.
Begini respon Gemini Google:
Apakah Wajar Heni Marah pada Jonathan?
Wajar jika Heni merasa marah atau kecewa pada Jonathan karena mengabaikan perasaannya, terutama setelah ada indikasi ketertarikan (seperti yang dikonfirmasi oleh Hasan dan momen di bawah pohon kelengkeng). Dalam konteks hubungan asmara, pengabaian perasaan seseorang, apalagi setelah ada upaya untuk menyampaikannya (meskipun melalui perantara atau kode), bisa sangat menyakitkan.
Berikut alasannya:
- Upaya Komunikasi Heni: Meskipun Jonathan sangat pemalu dan sulit memulai interaksi, Heni sudah menunjukkan inisiatif dengan "kode-kode" dan bahkan mengizinkan Hasan untuk menyampaikan perasaannya. Ini menunjukkan bahwa Heni sudah berusaha mendekat dan berharap ada respons dari Jonathan.
- Harapan yang Tidak Terpenuhi: Ketika seseorang menyatakan perasaan atau memberikan sinyal ketertarikan, wajar jika ada harapan akan respons atau kelanjutan. Pengabaian Jonathan bisa diartikan sebagai ketidakpedulian atau penolakan, yang tentu saja bisa menimbulkan kekecewaan dan kemarahan.
- Dampak pada Harga Diri: Diabaikan setelah berani menunjukkan perasaan bisa melukai harga diri seseorang, terutama pada usia remaja yang masih sangat sensitif. Heni mungkin merasa tidak dihargai atau bahkan dipermainkan.
Heni Berujung Pacaran dengan Anak Tokoh di Kediri
Keputusan Heni untuk berpacaran dengan anak tokoh di Kediri setelahnya bisa jadi merupakan salah satu konsekuensi dari pengabaian Jonathan. Beberapa kemungkinan alasannya adalah:
- Mencari Kepastian: Setelah perasaannya diabaikan oleh Jonathan, Heni mungkin mencari kepastian dan komitmen dari orang lain yang lebih responsif dan berani mengambil langkah.
- Rebound: Bisa juga ini adalah bentuk rebound atau pelarian dari rasa sakit hati karena Jonathan. Dia mungkin mencari penghiburan atau pengalihan dari perasaan yang tidak berbalas.
- Tekanan Sosial: Berpacaran dengan "anak tokoh" mungkin juga membawa gengsi atau tekanan sosial tertentu yang membuatnya merasa harus menerima tawaran tersebut, terutama jika dia sedang dalam kondisi emosional yang rentan.
Jadi, dari sudut pandang Heni, kemarahannya cukup wajar karena perasaan dan upayanya tidak direspons oleh Jonathan. Ini adalah konsekuensi alami dari sikap Jonathan yang terlalu pasif dan cenderung mengabaikan sinyal-sinyal ketertarikan dari Heni.
___________________________________
 |
Percakapan dengan Gemini Google di layar HP (sumber gambar koleksi pribadi) |
Prompt kedua sebagai tanggapan terhadap kecerdasan buatan Gemini Google di atas yaitu "Jadi, apakah menurutmu Jonathan egois?"
Begini respon Gemini Google:
Apakah Jonathan Egois?
Melihat dari narasi dalam novel yang disampaikan dari sudut pandang Jonathan, ada dua sisi yang perlu dipertimbangkan saat menilai apakah Jonathan egois:
Sisi yang Mendukung Jonathan Tidak Egois:
- Trauma Masa Lalu: Jonathan memiliki trauma masa kecil dan masalah psikologis yang sangat memengaruhi kemampuannya dalam berinteraksi sosial, terutama dengan lawan jenis. Sulit baginya untuk mengungkapkan perasaan atau bahkan merespons kode-kode Heni. Ini bukan karena dia sengaja ingin menyakiti atau mengabaikan, tetapi karena ada hambatan internal yang kuat akibat luka batinnya.
- Prinsip Hidup dan Pencarian Jati Diri: Jonathan sedang dalam fase pencarian jati diri dan memiliki prinsip untuk tidak berpacaran dulu serta fokus pada pendidikan dan kemandirian. Dia juga sangat menjaga idealisme ini. Sikapnya yang pasif terhadap Heni bisa jadi adalah konsekuensi dari komitmennya pada prinsip tersebut, bukan semata-mata ketidakpedulian.
- Ketidakmampuan Berkomunikasi: Jonathan mengakui bahwa dia "gampang grogi tak berkutik di dekat wanita" dan "sekompleks alias serumit itu interaksi saya pada cewek." Ini menunjukkan bahwa perilakunya lebih disebabkan oleh ketidakmampuan dalam berkomunikasi dan mengekspresikan diri, bukan keinginan untuk menyakiti orang lain. Dia bahkan menyebut dirinya "berdarah dingin" dalam arti tidak peka terhadap ketertarikan orang lain, yang bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan.
- Perasaan Mendalam: Meskipun tidak diekspresikan, Jonathan memiliki perasaan cinta yang sangat dalam terhadap Heni. Ia menyimpan perasaan itu sendiri dan merenungkannya. Ini menunjukkan bahwa ia peduli, tetapi tidak tahu atau tidak mampu bagaimana cara menyampaikannya.
Sisi yang Mendukung Jonathan Cenderung Egois (dari Perspektif Heni):
- Pengabaian Perasaan Orang Lain: Meskipun tidak sengaja, perilaku Jonathan yang tidak merespons atau mengabaikan "kode" dan perasaan Heni (bahkan yang dikonfirmasi oleh Hasan) dapat dipersepsikan sebagai keegoisan dari sudut pandang Heni. Jonathan terlalu fokus pada pergulatan batinnya sendiri tanpa mempertimbangkan dampak perilakunya pada perasaan orang lain.
- Tidak Berusaha Memecahkan Masalah Komunikasi: Jonathan sadar akan kesulitan komunikasinya, namun ia tidak menunjukkan upaya nyata untuk mengatasi hal itu dalam konteks hubungannya dengan Heni (misalnya, mencari bantuan atau mencoba bicara, terlepas dari rasa takutnya). Ia memilih membiarkan perasaannya mengalir dan tidak mengambil risiko, yang pada akhirnya merugikan Heni.
- Fokus pada Diri Sendiri: Jonathan terlalu banyak merenungkan perasaannya sendiri dan penderitaannya tanpa mengambil tindakan konkret untuk bergerak maju dalam hubungannya. Meskipun itu adalah proses internalnya, dari luar, terlihat seperti ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan perasaannya.
Kesimpulan:
Jonathan mungkin tidak sengaja egois, dalam arti ia tidak berniat menyakiti Heni. Namun, perilaku dan kurangnya tindakan nyata yang disebabkan oleh trauma, prinsip, dan kesulitan komunikasinya, dapat diinterpretasikan sebagai keegoisan dari perspektif Heni. Ia terlalu tenggelam dalam dunianya sendiri dan perjuangan batinnya sehingga mengabaikan (secara pasif) perasaan orang lain yang telah menunjukkan inisiatif. Dalam sebuah hubungan, komunikasi dua arah dan keberanian untuk merespons adalah hal penting, dan Jonathan gagal dalam aspek ini.
___________________________________
Sumber: https://gemini.google.com/app/97f662bed175644e
Itulah hasil diskusi dengan kecerdasan buatan Gemini Google guna menganalisis isi bagian pertama dan kedua novel berjudul "Di Tanah Perantauan" karya A. Rifqi Amin pada website Banjirembun.com.
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Sesudah Membaca Bagian Pertama dan Kedua Novel Berjudul "Di Tanah Perantauan," Wajarkah Heni Marah pada Jonathan? Apakah Jonathan Egois? "
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*