Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Berharap Mati

Ingin mati, bukan karena enggan terbebani masalah kehidupan. Apalagi disebut melarikan diri dari dunia.


Justru sebaliknya. Aku berharap kematianku membuat orang-orang yang membenciku kehidupannya semakin bahagia. Bergembira bisa hidup tanpaku. Mungkin saat aku mati, mereka bakal jago berpura-pura menangis.

Mereka memang tidak menyukaiku. Entah apalah itu, padahal aku sudah pergi jauh dari kehidupan mereka tetap saja tidak disukai. Aku pergi agar tidak merusuhi hidup mereka justru mereka yang ingi merusuhi kehidupanku.

Kendati, seperti itu aku tetap mencintai mereka. Saking cintanya aku sangat rela mati asalkan mereka bahagia tanpa aku.

Sebagaimana, kepergianku merantau ke luar kota juga membuat mereka (mungkin) bahagia. Bergembira tanpa ada aku di tengah-tengah mereka.

Aku sebenarnya sudah lama ingin mati.
Namun, aku tak mau bunuh diri. Sebab, itu dosa besar.

Masalah hidupku sangat besar.
Aku tidak ceritakan pada siapapun. Bahkan, kepada "guru" agama panutanku sekalipun.

Yang aku sampaikan pada beliau cuma hal-hal umum yang intinya musibah hidupku besar. Tidak detail. Enggak menyebut nama maupun hubungannya seperti apa orang yang sedang kubicarakan.

Setelah mendapat nasihat dari tokoh agama yang membimbingku, aku diberi sebuah doa oleh beliau "Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku."

Beliau sangat mewanti-wanti dilarang keras meminta do'a ingin segera dimatikan (meninggal dunia).

Entah apa maksud beliau menasihatiku seperti itu. Sebagai orang awam, aku mengikuti bimbingan beliau.

Setiap, muncul pikiran-pikiran traumatis di masa lalu yang mengganggu maupun sedang trauma lantaran dizalimi oleh siapapun aku selalu ucapkan doa di atas. Rasanya langsung plong alias lega.

Beliau juga menambahkan bahwa kehidupanku ini bukan milikku tapi milik-Nya. Oleh sebab itu, aku disarankan oleh beliau untuk selalu memperbaiki diri dan menambah amal ibadah (menghamba Pada-Nya).





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Berharap Mati"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*