Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

PERAN MADRASAH DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU-ILMU KEISLAMAN DAN ILMU-ILMU PROFAN


PERAN MADRASAH DALAM PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN ILMU-ILMU  KEISLAMAN DAN ILMU-ILMU PROFAN

Oleh: Eni Faridatun Nisa’


A.    Pengertian Verifikasi
Verifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu: “verification” yang berarti pemeriksaan tentang suatu kebenaran atas laporan, pernyataan dan lain-lain. Verifikasi sebagai cara pengujian hipotesis untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip generalisasi serta hukum-hukum. Pandangan mengenai verifikasi ini dikembangkan oleh Neo-Positifisme atau Positifisme Logis. Pandangan ini dipengaruhi oleh Auguste Comte (1798-1857) tentang pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti (positif) dengan pandangan sebagai berikut:
1.      Sumber pengetahuan terletak pada pengalaman yang berasal dari panca indera (empiris).
2.      Dengan adanya logika dan matematika, digunakan sebagai pengolah suatu data empiris.
3.      Adanya demarksi (garis batas) antara pernyataan bahasa yang tidak bermakna.
4.      Menolak metafisika yang menggunakan ungkapan atau pernyataan yang tidak bermakna.
5.      Filsafat ilmu pengetahuan dipandang sebagai logika ilmu yang disusun berdasarkan analogi logika formal (diarahkan pada forma atau bentuk) dan pernyataan-pernyataan yang logis.[1]
Verifikasi ini juga biasa disebut lingkaran Wina (Vienna Circle) yang dilatarbelakangi oleh sekelompok diskusi yang terjadi dari para sarjana ilmu pasti dan alam yang ada di kota Wina Austria. Kelompok ini didirikan oleh Moritz Schlick tahun 1924, anggota-anggotanya adalah Moritz Schlick (1882-1936), Hans Hahn (1880-1934), Otto Nurath (1882-1945), Victor Kraft (1880-1975), Harbrt Frigl (1902-?) dan Rudolf Carnap (1890-1970).[2]
Kelompok ini secara umum berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman, tapi secara khusus mereka:
1.      Menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
2.      Menganggap pernyataan-pernyataan yang tidak dapat diverifikasi secara empiris. Seperti; Etika, Estetika, Agama, Metafisika, sebagai nonsense
3.      Merusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan di dalam satu bahasa ilmiah yang universal (unifield science)
4.      Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan-pernyataan.[3]
Atau yang dikenal dalam kalangan Vienna Circle dengan sebutan empirisisme dan logical empiricism dengan penolakan terhadap metafisika dengan alas an bahwa permasalahan yang dibahas dalam metafisika adalah permasalahan yang di luar batas pengalaman manusia sehingga tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris.[4]
Dalam hal ini Alfred jelas tegas menegaskan bahwa Verifikasi merupakan suatu cara untuk merumuskan suatu proposisi (pernyataan) jika pernyataan yang diungkapkan itu dapat dianalisis atau dapat diverifikasi secara empiris.[5]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan verifikasi digunakan untuk mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaningful) dan yang tidak bermakna (unmeaning full), artinya jika suatu pernyataan tidak dapat diverifikasi, maka pernyataan tersebut tidak bermakna. Intinya prinsip dasar verifikasi adalah suatu proposisi yang dinyatakan bermakna jika dapat diuji dengan pengalaman (empiris) dan dapat diverifikasi dengan pengamatan (observasi). Dan menolak pandangan metafisika karena tidak dapat memberikan buksi yang empiris.


B.     Eliminasi  dan Metafisika
Dalam pandangan lingkaran Wina, pernyataan metafisika, termasuk etika adalah tidak bermakna karena ia menyajikan proposisi yang tidak bisa diverifikasi, atau sebagai proposisi yang “pseudo statement” menurut Carnap.[6] Yaitu melangga aturan-aturan sintaksis logika dari pembuktian empiris. Suatu pernyataan metafisika harus ditolak atas dasar logika formal, karena melanggar aturan-aturan sintaksis logika, bukan karena “subject-matternya adalah metafisis dan bertentangan dengan kriteria empiris.[7]

C.    Perpaduan Ilmu (Unified Science)
Kelompok Wina pada umumnya mencurahkan perhatiannya untuk mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaning full) dan pernyataan yang tidak bermakna (unmeaning full) berdasarkan kemungkinan untuk diverifikasi. Apakah suatu bahasa itu bermakna atau tidak, jika bermakna disebut ilmiah, jika tidak bermakna berarti tidak ilmiah.
Carnap mencoba membuktikan bahwa setiap objek pengetahuan dapat didasarkan kepada pengalaman-pengalaman elmentir pengenal. Untuk itu ia menyusun herarki bahasa. Setiap tingkatan bahasa sesuai dengan tingkatan objek-objek dan urutan tingkatan sesuai dengan urutan struktur pengenalan.[8]
Dari kerangka pemikiran tersebut, filsafat ilmu pengetahuan sebagai logika ilmu (the Logic of science). Bahwa kontak logika limu pertumpu pada pengujian dan pembenaran (contexts’ of Justification). Filsafat ilmu harus disusun berdasarkan analogi logika formal yang mengurusi bentuk-bentuk logis pernyataan ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Anis. Dogmatis, Spekulatif, Verifikasi dan Falsifikatif, Http:/tugas/verifikasi/Dogmatis, Spekulatif, Verfikatif, dan falsifikatif-anis_hidayati.html.

http:/download/asas verifikasi dan tugas filsafat cc selembar kertasku.html.

Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar Gowok, Komplek Polri, 2006.

Laer, Hunry Van. Filsafat Sains, Ilmu Pengetahuan Secara Umum. Yogyakarta: PT. Karunia Kalam Semesta, 1995.


[1] Anis Hidayati, Dogmatis, Spekulatif, Verifikasi dan Falsifikatif, (Http:/tugas/verifikasi/Dogmatis, Spekulatif, Verfikatif, dan falsifikatif-anis_hidayati.html), diakses tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 07.00
[2] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Belukar Gowok, Komplek Polri, 2006), 98.
[3] Ibid, 98.
[4] Asas Verifikasi dan tugas filsafat, http:/download/asas verifikasi dan tugas filsafat cc selembar kertasku. Html. Diakses tanggal 19 Oktober 2011, pukul 10.00.
[5] Anis Hidayati, Dogmatis, Spekulatif, Verifikasi dan Falsifikatif, (Http:/tugas/verifikasi/Dogmatis, Spekulatif, Verfikatif, dan falsifikatif-anis_hidayati.html), diakses tanggal 10 Oktober 2011 Pukul 07.00
[6] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian, 101.
[7] Ibid, 101.
[8] Ibid, 102.





Baca tulisan menarik lainnya:

3 Tanggapan untuk "PERAN MADRASAH DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU-ILMU KEISLAMAN DAN ILMU-ILMU PROFAN"

  1. Zainal Arifin
    arifin.zeinal@gmail.com

    BalasHapus
  2. maaf..... bisa menampilkan seluruh bacaan PERAN MADRASAH DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU-ILMU KEISLAMAN DAN ILMU-ILMU PROFAN

    terimakasih

    BalasHapus
  3. Maaf.... kami belum baca ... kok sudah ada ucapan terima kasih... makalahnya mana ????

    BalasHapus

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*