Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Makna dari Istilah Data Jenuh dalam Penelitian Kualitatif

 Oleh: A. Rifqi Amin

Banjirembun.com - Istilah data jenuh pada penelitian kualitatif bukan mengacu pada keadaan sang peneliti yang mengalami kebosanan atau kejemuan. Melainkan informasi atau data yang diperoleh sudah mendekati kepastian absolut. Artinya, umpama diteruskan menggali hasilnya bakal sama saja. Tak jauh beda dengan sebelumnya.


Misalnya peneliti menggali data menggunakan metode wawancara. Pertanyaan yang diajukan yaitu "Bagaimana volume suara guru mata pelajaran Olah Raga saat mengajar?"

Jawaban yang terkumpul:


Siswa 1 mengatakan "Sangat lantang, tapi terlalu cepat."


Siswa 2 menjawab "Keras, suaranya agak nge-bass."


Siswa 3 menjawab "Kayak orang marah, nadanya tinggi."


Siswa 4 mengungkapkan "Tempat duduk saya pernah tepat di depan guru, bikin kuping berdenging".


Meski jawaban di atas kelihatanya berbeda. Namun, pemahaman yang diperoleh adalah sama. Tidak ada pertentangan satu sama lain. Intinya, mereka semua ingin menjelaskan bahwa suara guru Olah Raga sangat keras. Kalau pun memang belum yakin, dapat ditriangulasikan (kroscek) dengan menggunakan metode observasi.


Perlu dicatat dalam mengambil sampel data pada penelitian kualitatif harus bersifat tertuju. Artinya, bukan secara acak. Dengan demikian, sudah jelas dan terpilih siapa saja yang akan digali informasinya. Penentuan sampel tersebut dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan objektif.


Nah, agar tidak membuang waktu atau melakukan hal mubazir eloknya penggalian informasi terkait volume suara guru Olah Raga sudah tidak perlu lagi ditanyakan pada siswa lain. Cukup diwakilkan pada sebagian informan yang dianggap paling terpercaya serta memiliki kriteria-kriteria tertentu sehingga layak ditanyai.


Dari sini dapat dipahami bahwa kejenuhan data bukan didasarkan pada berapa jumlah informan yang diwawancarai, jumlah dokumentasi (video, file, foto, atau semacanya), serta jumlah observasinya. Akan tetapi sebuah penggalian data pada topik tertentu sebaiknya dihentikan tatkala informasi baru tak ditemukan lagi.


Jumlah informan maupun metode penggalian data mana yang paling banyak digunakan tidak boleh dibatasi (tapi boleh ditetapkan) sejak awal penelitian. Semua itu ditentukan dari kondisi lapangan seperti apa. Semakin mudah dan fleksibel peneliti dalam melakukan teknik snow balling (bola salju menggelinding) di lokasi penelitian semakin mudah titik jenuh sebuah data dicapai.

Ilustrasi teknik bola salju (sumber gambar)

Barangkali informan kunci/primer boleh ditentukan atau dibidik sedari awal. Kendati seperti itu peneliti mesti tetap luwes. Kalau ada informasi baru yang penting atau lantaran masih ada bias wajib ditindaklanjuti. Caranya cari informan pendukung dan data tambahan dari metode penggalian data lain.


Kendati seperti itu, dari semua metode penggalian data di penelitian kualitatif bahwa melakukan observasi (pengamatan) langsung di lapangan merupakan yang paling berharga. Apalagi pengamatan itu dilakukan secara alami tanpa adanya persiapan atau pemberitahuan dahulu. Harapannya peluang adanya data palsu sangat kecil.


Metode observasi sangat jarang diulang di lain waktu untuk tercapainya data jenuh. Biasanya cukup ditriangulasikan dengan wawancara atau dokumentasi. Hal tersebut supaya data yang diperoleh semakin kuat dan terpercaya. Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkatan data jenuh tidak harus menggunakan metode penggalian yang sama.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Makna dari Istilah Data Jenuh dalam Penelitian Kualitatif"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*