Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Privacy Policy · Daftar Isi · Tentang Kami

Ulasan Film Captive State: Narator Film juga Menyebut Kota Jakarta

Setelah kemarin lusa website ini baru saja mengulas film Hellboy, kali menyusul film Captive State yang diulas. Film ini berkisah tentang serbuan alien ke planet bumi. Tidak seperti kebanyakan film bertema alien lainnya, makhluk asing di film ini tak ada maksud untuk memusnahkan manusia bumi. Mereka ingin memanfaatkan manusia untuk kepentingan koloninya.



Film ini berkisah tentang masa di mana alien berhasil menduduki bumi selama 9 tahun. Semasa itu pula para kepala di seluruh bumi pasrah terhadap "penjajahan" yang dilakukan alien. Meski ada beberapa pemberontakan oleh manusia, nyatanya mereka tak berhasil. Sebab, para pemberontak itu dihalangi oleh segolongan manusia lain yang menjadi tangan kanan para alien.






Perjuangan para pemberontak inilah yang banyak disoroti dalam film. Menyuguhkan tentang bagaimana cara kerja mereka sungguh rapi dan tak "terlihat" oleh alat pelacak musuh yang teramat canggih. Untuk berkomunikasi mereka menggunakan simbol, isyarat, burung merpati, dan bahkan antara sesama mereka satu sama lain tidak saling mengenal. Sungguh suatu komunikasi yang teramat rumit.


Film ini diawali dengan cerita yang cukup epik. Apalagi saat pembaca berita sekaligus menjadi "narator" dalam film ini menyebutkan kata "Jakarta". Membuat hati penonton Indonesia menjadi bergetar. Aksi para tokoh di awal film pun juga cukup menjanjikan. Seakan memberi tanda bahwa film fiksi ilmiah ini menyajikan gambar yang memukau. Serta akan berakhir manis seperti film fiksi ilmiah lainnya.


Trailer film Captive State memang banyak memberi "janji". Namun, ternyata janji sekedar janji. Tampilan gambar yang ada di trailer ternyata tak memiliki peran apapun. Sebut saja salah satu contohnya adalah robot raksasa milik alien. Ternyata robot itu hanya sebagai pajangan dan tak bergerak sama sekali. Bisa dikatakan film ini lebih menonjolkan alur cerita daripada tampilan gambar.


Sejujurnya, kualitas gambar film ini teramat buruk. Sajian gambar yang terbagus cuma gambar alien saat beraksi di terminal bus. Selebihnya hanya tampilan gambar yang terasa "gelap" untuk dinikmati penonton. Sebut saja contoh gambar yang kurang greget ialah saat kapal raksasa milik alien berbentuk seperti batu sedang take off. Gambar yang disajikan tidak begitu tajam. Bahkan cenderung "dark".


Film tentang strategi perang
Film ini memang tidak "menuhankan" tampilan gambar. Justru yang menjadi jantung dalam film adalah tentang bagaimana para pemberontak dalam menjalankan strategi perangnya. Mereka menggunakan strategi perang yang dilakukan oleh kerajaan Yunani kuno. Apalagi kalau bukan strategi Kuda Troya yang juga pernah dibahas di situs ini dengan judul Strategi Kuda Troya: Sisi Positif dan Negatifnya.


Beberapa kali salah satu tokoh dalam film itu mengatakan "Berhati-hatilah pada orang Yunani yang membawa hadiah". Maknanya adalah jangan merasa bangga ketika mendapati musuh memberi hadiah saat mereka telah kalah. Sebab hadiah itulah yang ternyata akan membawa kerugian besar. Terbukti di akhir cerita strategi itu digunakan. Salah satu tokoh membawa bom "transparan" sambil mendatangi markas utama alien.


Salah satu tokoh film yang akan melakukan bom bunuh diri menggunakan bom transparan (sumber gambar)


Nilai-nilai yang didapat dalam strategi perang yang digunakan pemberontak untuk melawan alien di antaranya ialah kesabaran, saling percaya, kegigihan dalam berjuang, pengorbanan, persiapan yang matang, dan senyap. Tidak boleh para manusia "budak" alien mengetahui gerak-gerik mereka. Semuga gerakan harus dilakukan secara sunyi.






Hal yang tak terfikiran oleh musuh ialah tempat persembunyian anggota kelompok pemberontak itu mayoritas berada di tempat terbuka. Tempat di mana seharusnya para pemberontak hindari. Misalnya seperti rumah bordil, rumah pribadi, apartemen, kantor/badan keamanan, dan lain sebagainya. Para pemberontaknya pun juga berlatar belakang berbagai jenis profesi.


Meski film ini terkait dengan upaya pemberontakan ternyata di dalamnya sangat minim sekali aksi perkelahian oleh para tokoh. Mayoritas adegan hanya diisi dengan komunikasi antar sesama tokoh, penggunaan teknologi canggih, dan konflik keluarga antara adik dengan kakaknya. Bagi para penyuka film aksi, perkelahian, petualangan, atau yang semacamnya siap-siaplah kecewa. Sebab film ini tidak mengajak kita untuk "tak berfikir" sebaliknya kita dituntut keras untuk berfikir supaya bisa memahami alur cerita.


Demikian ulasan ini dibuat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.









Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ulasan Film Captive State: Narator Film juga Menyebut Kota Jakarta"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*