Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Arti dan Asal-usul Peribahasa "Rumput Tetangga Lebih Hijau"

Banjirembun.com - Peribahasa "Rumput tetangga lebih hijau" kerap didengar saat ada obrolan yang membicarakan terkait milik orang lain. Berfungsi sebagai gambaran bahwa kepunyaan orang lain dianggap lebih sempurna, menyilaukan, segar, hingga menggiurkan. Intinya, walau "sekadar" rumput tetap saja sesuatu yang terlihat menarik.


Ungkapan di atas sering diutarakan untuk menyindir seseorang yang tak bersyukur atas punyanya sendiri. Serta, kadang dipakai bahan bercanda untuk mencairkan suasana obrolan yang bertema seputar urusan orang dewasa. Terdapat pula yang menggunakannya sebagai pengingat atau nasihat yang penuh pesan moral. Agar tak lupa diri.


Arti Peribahasa Rumput Tetangga Lebih Hijau

Arti dari ungkapan "Rumput tetangga selalu lebih hijau" adalah cara pandang berpikir dan berkeyakinan tentang selalu ada kesempurnaan serta kualitas terbaik yang ada di tempat lain. Pola pikir seperti itu tatkala dimaknai positif menunjukkan sikap optimis dalam berhasrat memiliki sesuatu yang lebih unggul. Ditambah, tidak cepat puas terhadap prestasi yang telah dicapai.


Sayangnya, perumpamaan "rumput" di atas lebih banyak dikonotasikan negatif. Di mana senantiasa penuh taklid buta, yang gegabah mengira dan menyimpulkan kepemilikan orang lain jauh lebih indah di mata yang melihat. Tanpa diselidiki dan direnungkan dulu. Padahal, bisa jadi di balik itu terdapat sisi gelap yang jika terungkap maka berisiko kehilangan selera untuk memiliki.


Sebaliknya kendati benar-benar indah dan sempurna tanpa cela, barangkali orang lain tak tahu pengorbanan dan perjuangan di belakangnya. Pihak yang melihat mungkin hanya memandang sisi kebahagiaan. Namun, tanpa disertai memahami realitas di waktu sebelumnya. Kenyataannya, lahirnya "rumput hijau" itu sudah melalui masa-masa sulit dan menyakitkan.


Bisa jadi juga, ketika orang ketiga atau justru tetangga "berumput hijau" tersebut memandang rumput di halaman rumah milik sendiri juga merasa jauh lebih hijau. Itulah cermin dari kata-kata bahasa jawa "urip kuwi sawang sinawang". Terjemahnya, hidup itu saling melihat dan mengevaluasi. Dalam artian, itu merupakan sebuah konsekuensi dari kehidupan bermasyarakat.


Tujuan ungkapan sawang sinawang tersebut yaitu anjuran untuk menghindari membanding-bandingkan. Sebab, apa yang dilihat belum tentu seindah dan semudah yang dikira. Maksudnya, syukuri saja apa yang telah dipunyai. Siapa tahu banyak insan di luaran sana yang sebenarnya sangat mendambakan kehidupan yang telah dimiliki. Singkatnya, rumput yang dimiliki menjadi incaran serta diinginkan orang lain.

Ilustrasi rumput tetangga lebih hijau dibandingkan rumput milik sendiri (sumber gambar)

Asal-usul Ungkapan Rumput Tetangga Lebih Hijau

Sebagaimana tertulis di situs writingexplained.org yang menjelaskan peribahasa rumput tetangga selalu lebih hijau berasal dari pepatah latin kuno. Di mana, itu dikutip oleh Erasmus asal dari Rotterdam. Lebih detailnya, kapan waktu persis pertama muncul maupun dari mana asal-usul secara pasti ungkapan itu belum ditemukan kejelasannya. Hanya diketahui, peribahasa semacam itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu.


Baru "tercatat" di abad 16, tepatnya pada tahun 1545, peribahasa rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri diterjemahkan oleh Richard Taverner yang bunyinya menyebutkan seperti di bawah:


“The corne in an other mans ground semeth euer more fertyll and plentifull then doth oure own.” (The corn in another man’s ground seems ever more fertile and plentiful than our own does.)


Artinya kurang lebih "Jagung di tanah milik orang lain tampaknya lebih subur dan lebih berlimpah daripada milik sendiri."


Kemudian, pada sekitar tahun 1924 sebuah lagu yang direkam oleh Raymond B. Egand dan Richard A. Whiting telah mengubah idiom di atas menjadi "The Grass is Always Greener in the Other Fellow’s Yard". Ketika diterjemahkan menjadi "Rumput selalu lebih hijau di halaman teman atau kawan yang lain."


Lambat laun umumnya pola bahasa yang bersifat dinamis, peribahasa menyangkut rumput itu juga berkembang menjadi lebih variasi. Salah satunya, terdapat susunan kata-kata yang ikut memakai istilah "rumput". Bukan untuk mendukung. Melainkan, melawan perumpamaan di atas. 


Sebagai contohnya "the grass is greener where you water it." Artinya, sebuah rumput menjadi lebih hijau saat kamu menyiraminya. Makna yang terkandung adalah untuk menikmati situasi yang kondusif, ideal, dan sesuai impian harus diperjuangkan dan diberi perlakuan yang layak. Bukan malah dibiarkan. Lantas, disusul dengan ambisi merampas milik orang lain.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Arti dan Asal-usul Peribahasa "Rumput Tetangga Lebih Hijau""

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*