Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Strategi Busuk Pebisnis dengan Memakai Konsumen "Palsu" pada Jualan Online Maupun Toko Fisik

Banjirembun.com - Pernah lihat toko HP yang sangat ramai pembeli bahkan seolah-olah tampak antre berjubel? Pernah mengetahui tempat kuliner mie dan ada pula gerai es krim yang amat dipenuhi konsumen? Pernah menonton penjual online shop yang sedang jualan secara live mengalami pesanan membludak? Jangan heran atau kaget dulu! Boleh jadi semua itu hanyalah kepalsuan belaka. Maksudnya, apa yang di depan mata belum tentu sesuai hakikatnya.


Faktanya, sebagian fenomena di atas tak lebih dari setting-an saja. Orang-orang yang antre di depan toko fisik merupakan karyawannya pebisnis sendiri yang bersandiwara memakai baju "biasa" layaknya pembeli. Kemudian, para pembeli bisnis kuliner (mie dan es krim) yang berjejer ternyata orang-orang bayaran yang bertugas "memenuhi" bangku yang tersedia. Ada jadwal serta durasi tertentu agar bisnis yang "didongkrak" itu terlihat ramai pengunjung.


Lebih lanjut, untuk pedagang yang jualan online di aplikasi ternyata sama saja. Ada pihak-pihak tertentu yang disebut gerombolan fake buyer. Yakni, konsumen atau pembeli palsu yang sengaja diberi imbalan uang untuk melakukan pembelian (biasanya sekali COD diberi 5 ribu) secara online saat penjual sedang live. Tujuannya yaitu demi memancing pembeli "asli" sehingga tertarik mau ikut beli. Anehnya, transaksi yang dilakukan ternyata juga palsu. Artinya, ada transaksi tapi tidak ada barang/jasa yang diterima pembeli.


Kenapa itu bisa terjadi? Masyarakat Indonesia mayoritas jenjang pendidikannya bertaraf rendah yang berakibat masih sangat mudah terhipnotis, terpengaruh, terbawa suasana, ataupun ikut-ikutan. Mereka gampang sekali mengikuti suatu pola tertentu yang sedang ngetren atau populer di masyarakat. Bahkan, seakan-akan kalau tidak "terlibat" menjadi bagian dari yang tengah hits tersebut bakal membuat mereka merasa ketinggalan zaman.


Bukan cuma itu, rasa penasaran sekaligus mentalitas yang berupa enggak mau kalah dengan insan lain juga bisa menyebabkan sebagian orang terperdaya melakukan sesuatu. Termasuk harus mengeluarkan duit sekalipun. Di mana, ketika melihat manusia lain (meski satu sama lain tak kenal) sedang belanja sesuatu di toko fisik maupun saat belanja online di ajang jualan live, bakal membuat mereka tergoda untuk ikut membeli.


Alasan selanjutnya, cara pandang yang sudah melekat sejak dulu kala "Kalau ada toko ataupun warung kuliner ramai, pasti tempat tersebut sangat murah atau setidaknya kualitasnya terjamin." Patokan yang muncul sejak lama (sebelum ada internet) semacam itu sejatinya telah menipu. Sebab, sangatlah berbeda antara keramaian secara alami pada pusat bisnis dengan keramaian yang dibuat-buat melalui strategi busuk.



Pesan yang terkandung dalam peristiwa ganjil di atas ialah semestinya terkait urusan konsumstif (belanja) janganlah terbawa arus. Tentukan pilihan dan keputusan berdasarkan akal waras serta disesuaikan dengan kebutuhan. Tak perlu merasa segan apalagi malu untuk menolak ikut-ikutan kalau itu memang tak diperlukan. Lagi pula, tak selamanya rasa penasaran harus dipenuhi maupun diobati. Justru, tatkala meninggalkannya bisa bikin selamat dan bahagia.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Strategi Busuk Pebisnis dengan Memakai Konsumen "Palsu" pada Jualan Online Maupun Toko Fisik"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*