Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

5 Jebakan Finansial yang Bikin Kaum Muda Menangis Gara-gara Hutang dan Mengalami Rugi

Banjirembun.com - Banyak generasi muda yang sekarang ini menjadi "korban" sehingga terkecoh/terperdaya untuk mengikuti model gaya hidup yang tengah menjadi tren (populer) di media sosial. Bukan cuma itu, di dunia nyata pun mereka juga setali tiga uang alias sama saja. Yakni, ingin unjuk diri dengan cara memiliki atau menguasai sesuatu benda yang "bernilai beda" agar dibilang sebagai kaum berduit.


Sayangnya, hasrat yang menggebu di atas tidak diimbangi dengan kemampuan finansial yang memadai. Baik itu dalam artian jumlah uang "menganggur" sebagai tabungan yang dimiliki amat terbatas maupun aspek kecerdasan dalam pengelolaan keuangan masih sangat dangkal. Intinya, antara ambisi memiliki sesuatu dengan kondisi potensi yang dimiliki masih sangat jomplang.


Tentu saja, sudah dapat ditebak. Akibat kegagalan dalam menata mental supaya tidak mudah tergoda membeli dan mempunyai sesuatu, beberapa dari mereka harus menangis gara-gara terjerat hutang. Bukan cuma itu, mereka yang terlalu serakah ingin mendapatkan keuntungan besar ternyata juga ditimpa kerugian parah. Di mana, maksud hati ingin mengeluarkan uang untuk dijadikan umpan (modal), justru bukannya untung malah buntung.


Berikut ini 5 jebakan finansial yang kerap dialami oleh kaum muda:


1. Paylater

Paylater adalah sistem pembelian barang secara online dengan langkah pembayaran yang dapat ditunda sehingga sebagai gantinya dapat dicicil tiap bulan tanpa beserta bunganya. Umumnya paylater tanpa DP (uang muka). Dengan kata lain, walau tanpa memiliki uang sama sekali membuat siapapun yang memenuhi syarat memakai fasilitas paylater dapat membeli sesuatu barang/jasa yang diinginkan.


Nahasnya, sejumlah kaum mudah memanfaatkan fitur paylater di marketplace tidak secara bijak. Sebaliknya, mereka bakal merasa bangga ketika jumlah ambang batas nilai "pinjaman" berupa paylater itu sangat besar. Alhasil, bagaikan merasa mendapat durian runtuh seketika mereka membeli barang/jasa memakai paylater. Padahal, faktanya keadaan keuangan pribadi pada saat itu tidak memungkinkan untuk mencicil pembayaran tiap bulan.


2. Judi Online

Sungguh miris tatkala ada yang menganggap bahwa judi online merupakan bagian dari bentuk investasi. Nyatanya, judi online tak lebih dari sebuah "pertaruhan semu." Alasannya, investasi jenis apapun (emas, properti, saham, dan lainnya) potensi mendapatkan laba finansial ataupun nilai guna/manfaat atas pemakaian melebihi 55% (bukan presentase untung). Sebaliknya, judi online tidak dikategorikan sebagai investasi karena peluang memperoleh untung dalam jangka panjang sangat mustahil alias 0%.


Dalam berbagai kasus yang dialami para pecandu judi online, sekadar balik modal pun belum tentu terjadi. Kendati pun, ada pihak yang menyatakan pernah meraih jackpot atau "menang" besar di aplikasi judi online, itu tak lebih dari dipakai pancingan agar orang lain ikut-ikutan main judi. Barulah, sesudah itu semua "dihabisi" tanpa sisa. Nah, di sinilah barangkali yang membuat jiwa muda "meronta-ronta" yang berujung tertantang untuk menang pada arena judi online.

Ilustrasi sedang galau akibat terlilit hutang (sumber Pexels.com/ Alena Darmel)

3. Pinjol

Ambisi dan serakah pada akhirnya bakal mendatangkan perilaku kriminal. Tidak harus berupa korupsi. Bahkan, perilaku licik yang mengarah kepada penipuan (mangkir dari tanggung jawab) pun juga sering terjadi. Contohnya, meminjam uang di aplikasi pinjol atau pinjaman online dengan niat sejak awal memang tidak ingin membayar hutang tersebut. Mengira apa yang dilakukan tersebut tak akan berdampak buruk baginya.


Enggak sesuai perkiraan. Ternyata, perbuatan meminjam melalui aplikasi pinjol tersebut berdampak sistemik. Selama belum melunasi (mempertanggungjawabkan) dan melaksanakan kewajiban di aplikasi pinjol, para pengemplang hutang itu bakal mengalami kesulitan di masa depan. Sebut saja seperti ditolak mengajukan pembelian rumah secara subsidi, ditolak pembelian barang secara kredit, hingga para perusahaan bakal menolak lamaran calon pekerja yang masih punya tunggakan hutang di aplikasi pinjol.


4. Investasi Bodong Melalui Aplikasi

Aplikasi investasi mulai marak akhir-akhir ini. Sebut saja seperti investasi dalam bidang saham, valuta asing, emas virtual, hingga kripto. Kabar buruknya, sebagaimana aplikasi judi online beberapa asumsi menunjukkan bahwa aplikasi investasi tersebut ternyata hanya scam (penipuan). Polanya sangat mirip. Yakni, memancing banyak pengguna internet untuk transfer uang dengan iming-iming untung besar tetapi nyatanya setelah itu duitnya digarong para bandar.


5. Membeli Barang Tanpa Pertimbangan Matang

Barang yang jadi incaran para generasi muda salah satu di antaranya seperti HP (smartphone), sepeda motor, dan mobil. Mirinya, benda-benda tersebut memiliki harga yang tak wajar. Maksudnya, antara nilai sesungguhnya dengan harga yang ditawarkan berbeda jauh. Misalnya, biaya pengadaan sepeda motor (mulai dari produksi sampai distribusi dari hulu ke hilir) tak lebih dari 14 juta rupiah. 

Baca juga 5 Pengeluaran Rutin Mobil, Sebelum Beli Baca ini

Dengan menjual 16,5 juta saja sudah untung bersih sebesar 2,5 juta. Namun, perusahaan tersebut menghargai motor yang dipasarkan dengan nilai 18 jutaan. Uniknya, para pembeli masih jarang mengetahui kebenaran tersebut. Mereka mengira harga yang ditebus sesuai dengan apa yang diterima serta yang telah dinikmatinya. Bahkan, ketika harga beli makin tinggi membuat mereka justru semakin bangga dan merasa berkelas lantaran sanggup membeli produk mahal.


Adapun, salah satu contoh nyata akibat membeli sesuatu tanpa pertimbangan matang ialah pembelian mobil. Di mana, para generasi muda lebih mendahulukan gengsi diri demi tampak memiliki mobil ketimbang memakai logika waras. Perlu diketahui saja, biaya operasional maupun perawatan mobil tidaklah murah. Barangkali memang mobil bisa terbeli. Namun, apakah mampu untuk mengeluarkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan tiap tahunnya yang nominalnya tidak kecil?






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Jebakan Finansial yang Bikin Kaum Muda Menangis Gara-gara Hutang dan Mengalami Rugi"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*