Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

3 Alasan Harga Tanah di Sekitaran Bandara Semestinya Murah

Banjirembun.com - Tanah yang tidak terdampak langsung dalam proyek pembangunan bandara harusnya harga jual menjadi turun. Kecuali, jika lahan tersebut dipakai untuk keperluan pengadaan aset bandara maka sudah sepatutnya dihargai super tinggi. Sebut saja sebagai landasan terbang pesawat, hanggar, gedung, parkir, jalan akses keluar-masuk bandara, atau aspek vital lain yang umum ada di bandara.


Adapun tanah di sekitaran bandara idealnya merupakan tanah kosong. Minimal dipakai untuk persawahan, ladang, atau difungsikan selain sebagai pemukiman. Salah satu alasannya, demi tercapainya jarak aman untuk antisipasi kecelakaan saat take off maupun landing. Yakni, minimal 5 kilometer dari landasan pacu. Itu masih belum dihitung risiko lain, contohnya terkait kesehatan dan kenyamanan.


Itulah sebabnya ada beberapa bandara yang letaknya di pinggir laut. Bukan semata-mata demi keindahan dan memudahkan pilot saat pendaratan darurat. Lebih dari itu, agar jauh dari lingkungan penduduk. Walau disayangkan, nyatanya banyak orang yang malah berbondong-bondong ke arah bandara. Mereka ingin membeli dan memiliki tanah di sana. Bahkan, ingin punya tempat tinggal di dekatnya.


Dari sedikit pengantar di atas, sudah ada secuil gambaran betapa bandara itu semestinya dijauhi. Konsekuensinya, harga tanah dan rumah di sana "tetap" murah. Inilah sejumlah alasannya:


1. Sumber Polusi

Polusi udara maupun polusi suara merupakan ancaman nyata yang tak bisa terhindarkan. Oleh sebab itu, bukan hal berlebihan ketika sekitaran kawasan lapangan pesawat terbang layak menyandang status zona merah. Akibatnya, harga properti di sana kisarannya di bawah pasaran. Namun, berhubung ada faktor "X" menyebabkan fakta di lapangan berbanding terbalik.


Baca juga: 5 Penyebab Harga Jual Rumah Jadi Murah Jauh di Bawah Pasar, Masih Layak Dibeli?


Kebisingan dan sisa proses bahan bakar pesawat amat mengganggu. Bukan cuma terkait risiko kesehatan fisik seperti penyakit jantung, pernapasan, atau yang lain. Hal yang juga jangan disepelekan adalah kesehatan jiwa. Raungan jet pesawat tentu bikin kuping dijejali oleh suara yang seharusnya tak terus-menerus di dengar saben hari. Alhasil, suasana hati jadi lebih sensitif.


2. Aturan Bangunan di Sekitar Bandara

Punya lahan di sekitar bandar udara mau dibuat apa? Perlu diketahui ada yang namanya Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Di mana,  terdapat pengendalian dan penataan bangunan tinggi di dekat bandara. Lebih sadis lagi, radius 4-15 Km dari sana pertumbuhan dan perkembangan pembangunan harus ditekan serendah mungkin. Terutama dari aspek ketinggian gedung.


Pemilik tanah di area seperti di atas (terutama rentang jarak di bawah 4 Km) tentu tidak bebas dalam meninggikan maupun membesarkan bangunan. Dengan kata lain, format atau dimensi bangunan yang boleh didirikan adalah rumah. Itupun kenyataannya terkadang ada gudang atau pabrik yang bercokol cukup dekat dengan kawasan "terkontrol" tersebut.

Bandar udara internasional pangeran Mohammad bin Abdul Azis, di Madinah (sumber gambar dari Google Earth)

3. Cuma untuk Bergaya, Tapi Tak Bisa Jadi Pusat Bisnis

Punya rumah di wilayah mepet bandara memang terlihat bergaya atau nampak keren. Apalagi kategorinya bandara yang baru dibangun di kota tersebut. Alhasil, bagaikan magnet yang menarik masyarakat berbondong-bondong ke arah sana. Nahasnya, lahan di sana tak bisa dimanfaatkan untuk bisnis. Misalnya membangun ruko, rumah kos, hotel, hingga toko oleh-oleh.


Kalau pun di sana dibolehkan bangun kos-kosan maupun hotel siapa yang mau bermalam? Kebanyakan karyawan bandara serta penumpang pesawat bakal menginap di lokasi yang cukup jauh darinya. Bahkan, mungkin pekerja bandara lebih memilih pulang ke rumah ketimbang kos atau mengontrak. Salah satu alasannya, mereka sudah bosan dengan suasana bandara.


Jalan raya di dekat bandara hanya dijadikan tempat lewat bagi para "turis" pendatang maupun oleh calon penumpang yang akan terbang. Mayoritas pengguna pesawat adalah orang-orang sibuk. Kalaupun pun lagi longgar tak diburu waktu, mereka akan menggunakan transportasi massal seperti bis Damri. Akibatnya, tidak sempat mampir-mampir di sekitaran sana. Jarang sekali yang membawa kendaraan pribadi beserta sopirnya.


Inilah mungkin bukti nyata tentang keanehan jual-beli properti. Harga properti terkadang bukan cuma dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas barangnya. Terlebih lagi tentang kondisi di sekitarnya. Melainkan justru faktor penentu utamanya ialah permainan harga oleh bandar atau mafia jual-beli tanah. Selebihnya baca artikel ini 5 Cara Menggetahui Harga Pasar Tanah Agar Tak Kemahalan.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "3 Alasan Harga Tanah di Sekitaran Bandara Semestinya Murah"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*