Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Privacy Policy · Daftar Isi · Tentang Kami

Tulisanmu adalah Nisan yang Tak Pernah Lapuk

Tulisan adalah rangkaian huruf, kata, kalimat, atau paragraf yang memiliki kesatuan makna dan tujuan. Maksud bermakna di sini tidak harus menggunakan istilah yang jarang digunakan maupun yang sulit dipahami. Artinya justru terkait dengan hal yang sederhana dan mudah dipahami. 



Sebuah tulisan tidak harus diwujudkan dalam bentuk buku, artikel jurnal, buletin, dan semacamnya. Serta tidak harus ditampilkan dalam sajian yang formal. Sebuah tulisan bisa disajikan di atas kertas, tembok, baliho, laptop, smartphone, genteng, kain, kaca, dll. 




Tidak harus menggunakan bahasa indonesia yang baku. Bisa menggunakan bahasa daerah, bahasa gaul atau bahasa harian anak muda, atau percampuran dari semuanya.


 
Topik lain:
Motivasi Menulis


Namun demikian, yang perlu diperhatikan yaitu tidak semua tulisan keberadaan dan dampak yang ditimbulkannya bertahan lama. Tengok saja seperti baliho di pinggir jalan. Usia eksisnya tidak akan bertahan lama karena terikat kontrak dan pajak. 


Umumnya, meski hanya sebentar pesan pada baliho efek gaung yang ditimbulkan lebih keras daripada bentuk tulisan lain. Hal ini karena baliho ditampilkan dalam format yang menarik, dipasang di lokasi strategis, dan disajikan pada waktu/momen yang tepat. 


Kebanyakan baliho tujuannya hanya untuk mengajak (presuasi). Terkesan pragmatis dan kurang mengajak pembaca berpikir kritis (analitis). Serta bila dibandingkan dengan buku maupun artikel maka makna yang dikandungnya terlalu bias dan dangkal. Dampaknya, meski tampilannya menarik tapi akan mudah dilupakan atau bahkan diabaikan masyarakat.


Padahal, sebagian ahli mengatakan bahwa tulisan yang bagus ialah tulisan yang tidak hanya sekedar dibaca. Namun, bagaimana bisa bermanfaat bagi yang lain hingga berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, supaya sebuah tulisan dibaca serta dimanfaatkan oleh orang lain maka seyognyanya penulis mempermudah akses bagi calon pembaca untuk mendapat tulisannya.




Bahkan bila perlu penulis yang aktif memberi kabar pada khalayak terkait tulisan terbarunya yang telah terbit. Pemberitahuan tersebut dapat melalui media sosial, sms, blog, youtube, dan sebagainya. Hal itu dilakukan supaya penulis bisa mengetahui sejauh mana respon/minat pembaca terhadap tulisan. Selain itu, pembaca yang berhati baik juga akan memberikan masukkan mengenai isinya.


Topik lain:


Terkait "Batu Nisan" yang menjadi salah satu bagian judul tulisan ini, salah satu cara "menisankan" tulisan ialah dengan menyimpannya. Baik penyimpanan bersifat sementara karena belum diedarkan. Maupun penyimpanan permanen. Disimpan ke dalam buku, artinya tulisan yang awalnya di atas kertas lantas diketik lalu dikirimkan ke penerbit. 


Bila buku anda terbit maka tulisan anda tersebut telah disimpan oleh penerbit dan tersimpan dalam sebuah buku. Yakni, disimpan ke dalam buku karya anda sendiri. Bisa juga anda menyimpannya ke dalam blog. Caranya dengan mengetik tulisan atau ide anda lalu publikasikan ke dalam blog.


Tidak cukup hanya disimpan. Tulisan wajib disebarluaskan, diperbanyak, dan diumumkan lewat berbagai media. Intinya tulisan harus disimpan secara permanen biar aman atau tidak mudah hilang termakan zaman. Biarkan orang lain membantu menyimpan tulisan anda. Entah disimpan dalam kepala maupun di rak atau almarinya. 

(sumber gambar)


Selain tulisan menjadi aman anda pun akan merasa puas karena tulisan yang anda buat dibaca serta terlebih lagi dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan begitu "nisan" penulis akan bertahan lama. Tidak akan mudah dilupakan oleh masyarakat. Nama penulis akan mudah dibaca dan diingat oleh pembaca. Bilapun lupa mereka tinggal membuka karena sudah tersimpan di almari atau laptopnya.
Banyak bukti suatu tulisan yang telah bertranformasi menjadi nisan yang tak lapuk. Tak lekang oleh zaman. Seperti tulisan ulama-ulama terdahulu yang usia tulisannya bahkan ratusan hingga ribuan tahun. Memang bisa jadi tulisan asli yang ditulis dengan tangan penulis sendiri telah hilang/rusak. Namun, karena sejak awal terus-menerus digandakan dan disebarluaskan menyebabkan tulisan itu tidak "lapuk". 




Dengan begitu nama penulisnya akan selalu dikenang dan dikaji bukunya oleh masyarakat. Memang kita belum seleval dengan mereka, tapi paling tidak semangat mereka dalam menulis harus kita tiru. Tidak harus menulis di bidang kajian seperti yang telah mereka dalami. Dengan kata lain yang kita tiru dari mereka bukan bidang kajian apa yang mereka tulis tapi semengat dan konsistensi mereka dalam menulislah yang harus kita lanjutkan. Bisa dengan cara menulis tentang hal-hal yang ringan dan sederhana.

Selamat berusaha membuat nisan yang tak lapuk. Semoga sukses.




Baca tulisan menarik lainnya: