Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Ketika Orang Kaya, Motivator, dan Artis Gemar Mengeruk Receh di Media Sosial

Banjirembun.com - Artis terkenal, motivator, pebisnis, hingga anak konglomerat yang baru merintis hidup "mandiri" kebanyakan mereka tak segan memakan uang recehan. Salah satunya, dengan ngumpulin koin-koin tersebut dari penonton video di media sosial. Termasuk tentu yang sumbernya dari kepemilikan akun YouTube. Lantas, duit receh itu untuk apa?


Patut diketahui, dalam setiap iklan yang muncul tayang, terlebih diklik (dibuka tautannya) oleh penonton, sanggup mendatangkan pundi rupiah. Di mana, angka yang didapat oleh pemilik akun media sosial dari setiap iklan yang "direspon" pengguna internet kisaran 500-an sampai 2000-an rupiah. Nilai segitu, bagi kaum miskin pun disebut receh.


Memang sih, walau receh 500-2.000 perak ketika dikalikan 2.000 bakal jadi jutaan. Tapi, tetap saja timbul pertanyaan. Mereka kan sudah kaya, kenapa tetap mengeruk uang receh? Apakah masih kurang dari hasil pekerjaan utama mereka maupun pemberian uang dari orang tua yang kaya raya? Sadis tidak sih tatkala itu disebut rakus?


Kenapa tidak sedekah ilmu lewat video saja? Caranya kan gampang. Atur ulang akun medsos yang dimiliki supaya tidak menampilkan iklan lagi. Dengan begitu, pintu penghasilan dari media sosial tertutup. Lebih penting lagi, para penonton video-video mereka bakal nyaman dan bahagia lantaran tak terganggu tampilan iklan.


Sungguh aneh sekali, seorang motivator dan pebisnis nyatanya mencari recehan? Kalau memang mereka betul-betul motivator sejati yang sudah bahagia serta kehidupannya telah tuntas mengapa pasang iklan di videonya? Baik itu iklan "otomatis" dari pengelola medsos maupun iklan langsung dari mereka sendiri seperti jualan buku atau acara seminar berbayar.


Begitu pula, seorang yang mengaku sebagai pebisnis sukses. Kalau memang bisnis mereka di level "langit", semestinya tak segitunya. Sungguh omong kosong belaka. Bicara muluk-muluk tentang dunia bisnis tetapi nyatanya posting video di media sosial untuk mendapatkan recehan. Mending, video tersebut sebagai sarana promosi bisnisnya semata tanpa disertai iklan.


Dalam kasus media sosial yang contohnya seperti YouTube, teramat jarang channel yang SUBSCRIBE lebih dari seribu memutuskan tidak pasang iklan. Mayoritas pemilik channel pasti memberi izin pihak YouTube memasang iklan di semua video milik mereka. Tujuannya jelas, demi meningkatkan potensi keuntungan dari setiap produksi konten.


Baca juga: 5 Hal Nista yang Dilakukan Konten Kreator Agar Banyak Penonton


Tujuan Mengeruk Receh di Media Sosial

Niat atau maksud hati manusia, siapa yang tahu. Bisa saja, misi menambang koin receh di medsos tujuannya untuk menghidupi dan menggaji para pekerja yang jadi pegawai mereka. Dapat pula, ingin menginspirasi sekaligus menghibur penonton. Meski demikian, kejanggalan tetaplah menghadang di pikiran. Bukankah mereka kaum berada? Kok tega pasang iklan?


Jangan-jangan, patut dicurigai mereka tergolong orang rakus. Sudah punya tabungan super jumbo tetapi memutuskan terus eksploitasi. Alasan lain, tersandung cicilan hutang dari barang-barang mewah yang dikredit. Serta, penyebab doyan receh selanjutnya yang tak kalah bikin bergeleng yaitu akibat persaingan sesama mereka. Ibarat kata, hidup tanpa "lomba" tidak akan seru.


Baca juga: Hutangmu Menunjukkan Seberapa Besar Harga Dirimu


Tanpa ada unsur hendak menghakimi mereka, masih layakkah menonton sejumlah videonya? Apalagi telah diketahui tujuan mereka bukan sebuah ketulusan. Mulut yang licin berkata-kata itu cuma modus dapat uang. Malahan rela saling menjatuhkan demi meraih itu semua. Entah itu saling mengalahkan dalam masalah popularitas, pasar bisnis, ataupun jumlah kekayaan.


Korban dan sasaran mereka siapa? Tentu masyarakat awam yang jadi penggemar dan mengidolakan mereka. Menjadi penonton setia dan fanatik. Padahal, dengan itu para pengguna internet malah makin memperkaya pemilik akun media sosial. Masih dapat dimaklumi serta ditoleransi, ketika uang yang mereka peroleh itu digunakan untuk hal-hal manfaat. Kalau nyatanya enggak sesuai dengan moral bagaimana?

Contoh channel YouTube

Nahas, nasib penonton tetap miskin dan terus berkutat di kota tempat tinggal. Sedang, pemilik akun medsos foya-foya bergelimang harta pergi liburan ke eropa. Kemudian, uang dari medsos bakal mereka pakai untuk membeli barang mewah impor dari luar negeri. Dari sini sudah paham? Uangnya dari orang-orang Indonesia tapi yang menikmati para pengusaha dan pedagang luar negeri.


Loh berapa sih penghasilan dari medsos sehingga dapat untuk hidup mewah? Penghasilan dari YouTube pada channel besar rata-rata minimal 50 juta perbulan. Sekali lagi ditekankan, sesuai yang dijelaskan di awal artikel ini, itu tergantung pada iklan yang tampil. Adapun artis terkenal yang SUBSCRIBE berjumlah jutaan, pendapatan mereka minimal bisa ratusan bahkan miliaran rupiah dalam sebulan.


Itulah mengapa banyak sekali konten video yang bertebaran dan beredar di YouTube. Mereka mau memproduksinya secara berkelanjutan karena memang jelas serta pasti ada hasilnya. Kalau tak diberi imbalan, hampir dipastikan sebagian besar mereka tak mau lagi up load video. Oleh sebab itu, hindari terkagum berlebihan pada mereka. Toh, mereka juga "mata duitan".






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Ketika Orang Kaya, Motivator, dan Artis Gemar Mengeruk Receh di Media Sosial"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*