Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

5 Tips Mencegah Melakukan Ghibah dan Fitnah Saat Bertemu Seseorang

Banjirembun.com - Bersilaturahim maupun bersilaturahmi merupakan sebuah wujud nyata dari salah satu amal saleh menurut ajaran Islam. Apalagi, tentu makin afdal tatkala hal tersebut dilakukan sembari memberikan sedekah berupa oleh-oleh (bingkisan) maupun dengan langkah memberi uang. Lebih dari itu, patut disadari di balik kegiatan menyambung kembali tali hubungan kerabat yang mulai renggang maupun mempererat ukhuwah pasti tanpa boleh diragukan mengandung keberkahan luar biasa.


Baca juga Di Antara Menyambung Silaturahim, Silaturahmi, dan Ukhuwah Manakah yang Bisa Memperpanjang Umur dan Menambah Rezeki?


Sayangnya, memang awalnya seseorang punya niat baik untuk bertemu insan yang tengah dirindukan (misalnya orang tua, saudara kandung, paman, sepupu, tetangga, teman, atau orang yang dikenal lainnya). Tanpa ada tujuan untuk berghibah serta memfitnah. Begitu pula, enggak terbesit untuk kulakan atau mengumpulkan bahan gosip. Namun, akhirnya tanpa diduga ikut terpancing dan terbawa arus omongan. Dengan kata lain, keceplosan/teledor/terpeleset (sabqul lisan) ikut mengimbuhi pembicaraan sesat tersebut.


Agar tak melakukan ghibah dan fitnah ketika bertemu seseorang berikut ini tipsnya:


1. Jangan Bertemu Sendirian

Kangen bertemu seseorang? Ingin mendapatkan keberkahan bersilaturahim? Ingin menaati perintah-Nya untuk menjaga hubungan baik pada sesama manusia? Akan tetapi, nyatanya memiliki pribadi yang rapuh alias rentan sehingga gampang terpengaruh. Kalau memang begitu, disarankan saat bertemu hindari dalam keadaan sendiri. Begitu juga,  berbicara dengan orang yang dikangeni tidak boleh sendirian. Harus didampingi oleh seseorang yang mampu jadi penengah. Bukan malah orang yang menjadi kompor yang memanas-manasi.


2. Bertemu Sebentar Langsung Pamit

Tujuan bertemu untuk apa? Kalau memang untuk bersedekah pada orang yang dicintai lakukan pertemuan seperlunya, secukupnya, dan sepantasnya. Terpenting sudah bertemu dan tujuan utama sudah tercapai. Setelah itu, langsung pamit. Perlu diketahui, Allah tidaklah mengutamakan kuantitas ibadah yang dilakukan hamba-Nya. Melainkan, Dia Yang Maha Pemurah menilai kualitasnya (termasuk di dalamnya terkait niat yang benar tanpa tercemari hal-hal tercela) serta keajekan/keiistiqomahan.

Ilustrasi tentang simbolisasi 3 orang yang sedang bergosip (sumber Pixabay.com/ Grandtrine2)

3. Fokuskan Pembicaraan Tentang Hal-hal Menyenangkan di Masa Lalu 

Kenangan lucu, mengharukan, atau berkesan di masa lalu yang telah dilalui bersama-sama merupakan salah satu memori terindah dalam hidup. Oleh sebab itu, ketika arah pembicaraan seseorang sudah ada tanda-tanda menyeleweng disarankan langsung saja alihkan ke topik pembicaraan lainnya. Kalau belum manjur, bicarakanlah tentang kebaikan-kebaikan orang yang tengah berbicara tersebut yang telah berjasa secara tidak langsung maupun secara langsung pada kehidupan kita.


4. Mintalah Nasihat, Masukan, atau Arahan

Harus disadari bahwa setiap manusia punya pengalaman, kemampuan, atau kecerdasan tersendiri. Oleh sebab itu, janganlah ragu untuk menyerap ilmu dari mereka. Kebanyakan insan yang dimintai nasihat, saran, atau arahan akan begitu merasa dihargai. Nah, saat menerima masukan-masukan tersebut lakukan secara khusuk tanpa menyela atau menghentikan pembicaraannya. Kecuali, ternyata dalam nasihat-nasihat itu menyebutkan nama seseorang yang dijadikan objek/sasaran ghibah dan fitnah barulah mesti dihentikan.


5. Memahami bahwa Ghibah dan Fitnah Merupakan Dosa Besar

Ancaman azab terhadap ghibah (dengan maksud menghasut, adu domba, maupun menghancurkan hidup pihak-pihak tertentu) dan fitnah tidak boleh diremehkan. Bahkan, dosa ghibah tidak dapat diampuni kecuali dengan cara langsung meminta maaf terhadap orang yang dighibahi. Apakah cukup terhapus dengan cara minta maaf di Hari Raya Idul Fitri? Jawabannya, tidak cukup. Kecuali, tatkala ucapan minta maaf itu disertai dengan menyebutkan perbuatan dosa apa saja yang telah dilakukan. Bisa pula, terampuni andai orang yang dimintai maaf itu berujar "Aku memaafkan seluruh dosamu padaku tanpa terkecuali secuil pun."






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "5 Tips Mencegah Melakukan Ghibah dan Fitnah Saat Bertemu Seseorang"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*