Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

7 Ucapan dan Prinsip Hidup yang Sering Dikatakan oleh Individu yang Punya Masa Depan Suram

 Masa depan orang siapa yang tahu? Hari ini boleh jadi seolah biasa-biasanya saja, tetapi ternyata ketika usia 30 tahun ke atas mengalami kehidupan yang gemilang. Hari ini diremehkan dan disepelekan, tapi nyatanya di masa depan hidupnya bahagia. Intinya, masa depan  menurut sudut pandang insan merupakan suatu misteri. Bagi sebagian manusia mengatakan bahwa terdapat banyak faktor, variabel, gejala, pengaruh, atau hubungan yang membuat nasib seseorang berubah sukses.


Kendati demikian, bukanlah suatu hal yang salah tatkala kita sebagai makhluk berakal membuat prediksi tentang bagaimana kondisi kehidupan individu di masa mendatang. Dengan itu, diharapkan bisa menjadi bahan pelajaran bagi generasi penerus agar tidak terperosok terlalu jauh lantaran berbuat kesalahan fatal yang tak diantisipasi. Apalagi, terlanjur merasa percaya diri bahwa dengan potensi (kecerdasan, kekayaan orang tua, keterampilan, atau kemampuan lainnya) yang dimiliki sekarang ini bakal bikin masa depan terjamin cerah.


Nah, salah satu cara memprediksi seseorang nanti memiliki masa depan yang suram yaitu dengan memperhatikan ucapan dan prinsip hidup yang kerap dikatakan olehnya. Baik kata-kata itu ditujukan pada diri sendiri ataupun kepada orang lain. Lebih lanjutnya sebagai berikut:


1. "Kamu tak layak aku maafkan!"

Memaafkan salahnya diri sendiri maupun kesalahan orang lain merupakan keharusan. Sayangnya, kadang ada pihak yang begitu mudah memaafkan kesalahan orang lain, tetapi sulit memaafkan salahnya diri sendiri. Begitu pula sebaliknya, gampang mengampuni kesalahan pribadi, tetapi sukar memaafkan orang lain. Bukanlah sudah jelas sebuah ungkapan "Manusia tempatnya salah dan dosa"? Artinya, tidak ada manusia yang sempurna sehingga diwajibkan harus terbebas dari keburukan maupun kelemahan. Catat, kesempurnaan hanya ada di surga!


Ingatlah, siapa pun akan mengalami kesusahan dalam mencapai masa depan cemerlang tatkala masih membawa beban-beban berupa dendam dan kebencian. Alih-alih fokus untuk membangun dan mengembangkan diri, justru mayoritas sumber daya yang dimiliki (waktu, pikiran, tenaga, uang, hingga kesehatan jiwa-raga) dialihkan untuk mengurusi hidup manusia yang dibenci. Dibandingkan terpancing untuk menghadapi "manusia sampah", bukanlah lebih menguntungkan memperbanyak tabungan uang dan mengejar karir?


2. "Aku kayak begini, itu gara-gara ulahmu!"

Mencari kambing hitam atas permasalahan yang sedang dihadapi merupakan salah satu ciri karakter pengecut. Insan yang kesatria enggak bakal menyalahkan dunia atau orang lain. Kalau ada yang pantas untuk disalahkan, semestinya kesalahan tersebut ditujukan pada diri sendiri. Dengan langkah melakukan intropeksi diri (muhasabah). Misalnya berkata dalam hati "Kenapa aku dulu mengikuti arahan darinya? Mengapa aku tak memilih dan memutuskan sendiri secara merdeka tentang apa-apa yang harus aku tempuh agar aku berhasil?"


3. "Berhentilah mengguruiku!"

Seseorang yang lebih suka didengarkan ketimbang mendengarkan cenderung mempunyai masa depan suram. Lebih parah, begitu anti memperhatikan seseorang yang sedang bicara atau bercerita (berbagi kisah) terkait pengalaman hidup. Jika memang ada indikasi apa yang diomongkan olehnya bohong atau bualan maka sebaiknya backclist dia dari hubungan pertemanan. Hindari untuk bertemu lagi di kemudian hari dengannya. Toh, masih banyak kok teman waras yang dapat bermanfaat bagi bertambahnya ilmu pengetahuan.


4. "Mentalmu rapuh, begitu saja cengeng!"

Menangis dan menarik diri dahulu dari kehidupan sosial merupakan salah satu bagian dari tanda-tanda seseorang sedang mengalami tekanan berat. Janganlah ragu mementingkan kehidupan pribadi guna merehabilitasi kesehatan mental diri sendiri yang sedang "jatuh" sampai benar-benar pulih. Lagi pula, apakah orang-orang di sekitar betul-betul peduli secara terus-menerus tanpa henti ketika ada temannya yang sedang mengalami musibah? Sadarilah, manusia itu memiliki keterbatasan dan rasa bosan. Hari ini boleh jadi begitu semangat membantu. Namun, belum tentu esoknya.


Bentuk kepedulian dari orang lain sangat dibatasi oleh waktu dan "dihalangi" oleh sejauh mana kemampuan finansial. Sebab, suatu saat dia sendiri juga butuh bantuan. Di mana, seberapa kaya pun seseorang di kala terus-terusan dimintai bantuan uang bakal merasa jengkel serta risih. Padahal, uang yang dimiliki masih banyak. Intinya, bila sudah tidak ada manusia lagi yang sanggup diandalkan setelah bersusah payah berikhtiar maka jalan satu-satunya ialah menangis sekaligus mengadu pada-Nya dan fokus mendekatkan diri kepada-Nya.


5. "Seperti inilah aku, dari dulu hingga sekarang tak akan pernah berubah!"

Keras kepala alias kepala batu merupakan bagian dari ciri sifat kaku atau fanatik. Walau zaman telah berubah (ditandai dengan orang-orang di sekitar telah belajar banyak tentang kehidupan sehingga bertumbuh serta berkembang, perkembangan pesat teknologi, dan masalah-masalah baru yang kompleks terus bermunculan tiada henti) ternyata tak membuat sadar. Padahal, tak selamanya membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru merupakan hal yang keliru. Malah, bisa jadi itu akan berperan penting dalam menuju masa depan sukses.


6. "Kamu salah, seharusnya kamu ikuti aku!"

Sok tahu dan sok pintar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebiasaan orang yang gemar meremehkan, menyepelekan, menuduh, memfitnah, menghakimi, atau memvonis seseorang. Menganggap bahwa semua manusia wajib dituntut untuk mengikuti cara-cara yang telah diterapkan olehnya. Nyatanya, dia terlalu terburu-buru dalam menyimpulkan. Padahal, belum melakukan umpan balik dan curah pendapat guna saling mengisi agar sudut pandang (perspektif) dari orang lain bisa ditemukan. Dengan begitu, alasan atau penyebab seseorang melakukan sesuatu diketahui secara jelas.


7. "Aku tak terpengaruh tentang bagaimana perasaanmu!"

Tidak peduli atau mengabaikan perasaan orang lain merupakan bukti rendahnya moralitas, etika, simpati, empati, maupun kecerdasan emosional. Konsekuensinya, orang yang seperti itu bakal terperdaya karena menganggap diri mampu hidup bahagia dan meraih sukses meskipun tanpa bantuan orang lain sekalipun. Terlebih lagi, sok kuat dan sok hebat di masa-masa sulit. Padahal, sebagai makhluk sosial sudah seharusnya manusia itu saling berinteraksi untuk tolong-menolong. Kata kuncinya ialah cegahlah bersikap antipati (tidak peduli) pada diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Ilustrasi individu yang sedang membangun masa depan sukses (sumber Pixabay.com/ SunflowerGUY)






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "7 Ucapan dan Prinsip Hidup yang Sering Dikatakan oleh Individu yang Punya Masa Depan Suram"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*