Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Perbedaan Hemat, Pelit, dan Minimalis

Banjirembun.com - Ada ungkapan menohok yang patut diperhatikan oleh kaum penghambur duit. Yakni, "Mengeluarkan uang adalah pilihan, sedang memperolehnya merupakan kewajiban". Maknanya yaitu lebih baik fokus mendapatkan uang sebesar-besarnya, ketimbang terlena "pusing" bagaimana cara memakainya.


Maksud pilihan dalam pernyataan di atas bukan cuma memilih untuk belanja atau enggak. Melainkan pula, mesti memilih dengan tepat hal apa saja yang pantas untuk ditebus dengan uang. Sebab secerdas apapun seseorang dalam mengatur pengeluaran, suatu saat pasti terperdaya sehingga "kesurupan" membeli hal-hal remeh temeh.


Dapat dikatakan bahwa lebih penting menyimpan uang sebanyak-banyaknya. Menahan duit yang diperoleh dengan sekuat, semampu, atau sebisa yang dilakukan. Tanpa tergiur beli apapun. Kecuali, dipakai untuk hal-hal pokok saja. Misalnya kalau tidak dikeluarkan menyebabkan berdosa (melanggar agama), mati, dan jatuh sakit.


Nah pada praktik "menimbun" uang di atas, motivasi atau landasannya berbeda-beda. Ada yang disebabkan karakternya memang pelit dan minimalis. Serta, terdapat pula yang sengaja ingin berhemat. Tiga bentuk keengganan mengeluarkan duit secara berlebihan tersebut ternyata berbeda satu sama lain faktor pemicnya. 


Selengkapnya perbedaan antara pelit, hemat, dan minimalis adalah sebagai berikut.


1. Hemat

Hemat adalah pola hidup yang penuh kehati-hatian alias kecermatan dalam mengeluarkan uang lantaran demi menghindari hutang, tengah punya tanggungan pengeluaran bulanan yang besar, sedang punya cicilan, atau penghasilan sedang menurun. Artinya, perilaku hemat umumnya diterapkan sementara waktu agar menyesuaikan dengan keadaan.


Baca juga 5 Cara Mendidik Hati dan Pikiran Agar Ikhlas Menjalani Hidup Hemat


Ketika kondisi keuangan telah pulih, biasanya keputusan untuk hemat tak diterapkan lagi. Kendati masih berhemat, enggak ketat seperti masa krisis di waktu sebelumnya. Tentulah pola hidup hemat tersebut ada yang berjangka bulanan, tahunan, hingga puluhan tahun. Tergantung pada situasi ekonomi keluarga dan negara.


Secara teknis hemat merupakan jalan tengah antara gaya hidup pelit dengan boros. Namun, terkadang hemat dilakukan lantaran keterpaksaan. Bukan berasal dari pilihan hidup yang penuh kesadaran. Berbeda halnya dengan perilaku hidup minimalis seperti dijelaskan di bawah yang dijalankan karena pemahaman utuh terkait ilmu kecerdasan finansial.


Adapun orang kaya yang berharta melimpah ruah tapi tingkahnya penuh hemat dalam mengeluarkan duit, cenderung boleh disebut pelit. Sungguh terlalu sadis ketika punya "segalanya" tetapi sebagian tak dikeluarkan untuk kebahagian sendiri, keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Bagaimanapun, pelit akan merugikan semuanya.


2. Pelit

Pelit adalah sikap tidak mau mengeluarkan uang untuk kesejahteraan diri sendiri, keluarga, dan khalayak yang membutuhkan hidup layak. Padahal taraf hidupnya mencapai kemampuan berlebih dalam mesejahterakan terhadap sesama, tapi memilih kokoh menumpuk uang tanpa mau membagi-bagikan sebagian darinya.


Orang pelit terbagi menjadi dua. Pertama, bersikap pelit pada diri sendiri maupun insan di sekitarnya. Tampilannya begitu sederhana tak mencolok. Namun, nyatanya sudah banyak yang tahu bahwa dia orang makmur. Kedua, menampakkan kekayaan (tidak pelit pada diri sendiri) tetapi pelit pada manusia lain. Bahkan, suka pamer tapi enggan berbagi atau sedekah.


Bukan hanya dilakukan kaum berada, perilaku pelit juga kadang diperbuat oleh kalangan kelas menengah. Sebenarnya tidak miskin-miskin amat, tetapi dalam benaknya sangat menjauhi pemikiran maupun perhitungan anggaran untuk zakat dan bersedekah. Baginya, menerima dirasa lebih membahagiakan ketimbang memberi.


3. Minimalis

Minimalis adalah gaya hidup sederhana yang memanfaatkan sesuatu hal yang murah, masih layak dipakai, dan memilih beli barang yang bisa digunakan secara multifungsi. Di mana, salah satu kasus hidup minimalis ialah sekadar punya satu sepatu atau sandal tapi bisa dipakai untuk berbagai keadaan dan kebutuhan.

Ilustrasi video perilaku minimalis tetap memakai sandal yang sama selama 7 tahun lebih

Beberapa alasan seseorang menerapkan minimalisme dalam bidang keuangan yaitu ogah kehidupannya diganggu oleh hal-hal yang tak penting. Contohnya gara-gara ingin tampil mewah, berkelas, dan mencolok rela membuang waktu dan pikiran demi mendapatkan perhatian. Sebab, fokus pola hidup minimalis tertuju pada isi atau inti daripada kemasan.


Terpenting sudah punya uang simpanan yang nominalnya lebih dari cukup. Serta, telah berbagi pada sesama. Selebihnya, tidak perlu lagi menyibukkan diri pada sesuatu yang bikin boros energi. Alih-alih supaya mampu tampil gemerlap, segala potensi yang dimiliki dipakai pada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dan pengembangan pribadi.


Lawan dari kata minimalis adalah maksimalis. Yakni, memaksimalkan segala hal yang ada untuk ditunjukkan secara totalitas tanpa ada yang disembunyikan lagi. Risiko dari sikap maksimalis yaitu ketika ingin menunjukkan hal yang lebih tinggi dari itu merasa kesulitan. Justru, yang terjadi saat "menurun" bakal lebih tampak di mata orang lain.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Perbedaan Hemat, Pelit, dan Minimalis"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*