Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

D. Komponen Kurikulum Pendidikan Agama Islam





   D.  Komponen Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Komponen kurikulum secara umum pada dunia pendidikan yang luas menurut Syaodih Sukmadinata teridentifikasi dalam unsur atau komponen pada anatomi[1] tubuh kurikulum. Komponen tersebut terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut yaitu tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian serta medianya, dan evaluasi, yang mana keempatnya berkaitan erat satu dengan lainnya.[2] Hampir sama menurut Hamid Syarief walaupun terjadi sedikit perbedaan istilah telah diuraikan tentang kurikulum secara struktural terbagi menjadi beberapa komponen di antaranya adalah tujuan kurikulum, komponen isi/bahan, komponen strategi pelaksanaan, dan komponen evaluasi.[3] Dari pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan komponen kurikulum setidaknya harus terdiri dari empat komponen yaitu materi, tujuan, metode (strategi), dan evaluasi. Oleh karena itu, dari pembahasan sebelumnya tentang pembelajaran PAI maka khusus untuk kurikulum PAI di dalamnya harus bermuatan nilai-nilai ajaran Islam pada setiap komponennya. Ke empat komponen tersebut harus terjalin secara integral yang digambarkan sebagaimana gambar berikut ini:



Gambar 2.1 Skema Komponen Kurikulum PAI

Dari gambar di atas jika dikaitkan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan komponen kurukulum PAI satu sama lain terjadi hubungan dan keterkaitan sebagai bentuk kerjasama. Rangkaian kerja sama tersebut sebagai perwujudan kurikulum PAI agar tetap relevan dengan realitas, waktu, kondisi masyarakat, kondisi peserta didik, dan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Namun yang perlu ditekankan adalah pada kurikulum PAI harus ditanamkan nilai-nilai Islam sebagai sumbu utama yang menjadi ciri khas. Walaupun demikian pendidik tetap berupaya dalam pengembangan kurikulumnya terutama pada materi PAI agar sistem pembelajaran PAI tetap menarik terutama bagi mahasiswa yang memiliki nalar kritis. Dengan demikian dapat ditarik garis lurus bahwa salah satu komponen dari sistem pembelajaran PAI adalah kurikulum PAI yang terdiri dari beberapa komponen lain yaitu materi, tujuan, metode (strategi), dan evaluasi. Sedang komponen lain dari sistem pembelajaran PAI adalah pendidik, peserta didik, pengelola lembaga, dan sumber pembelajaran selain pendidik.



[1]Penggunaan kata anatomi kurikulum juga digunakan  dalam artikel ilmiah. Lihat Heman Hudojo, “Tolok Ukur dan Sistem Evaluasi Terhadap Keberhasilan Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi,” dalam Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi, ed. Fuaduddin&Cik Hasan Bisri (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 184.
[2]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), 102.
[3]A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), 79.
[4]Tidak mengherankan jika terdapat kesimpulan dari sebagian kalangan ahli pendidikan bahwa terjadi ketidak efektifan metode pembelajaran PAI. Hal ini sebagaimana pendapat Armai Arif yang dikutip oleh Ismail dikatakan bahwa persoalan-persoalan yang selalu menyelimuti dunia PAI sampai saat ini adalah seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, dengan kata lain PAI belum bisa membumi dengan realitas yang terjadi di Masyarakat. Selain itu metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, dan materi pembelajaran yang tidak progresif. Lihat http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/problematika-pai-di-sekolah.html, diakses pada tanggal 03 Januari 2013.
[5]H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan – Islam dan Umum, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), 7.
[6]Asnawir & Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press 2002), 1.
[7]Mastuhu, “Pendidikan Agama Islam,” 32-33.
[8]Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 153-154.
[9]Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan, 92.
[10]Nurcholish Madjid, “Masalah Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Umum,” dalam Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi, ed. Fuaduddin&Cik Hasan Bisri (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 58.
[11]http:// www.majalahpendidikan.com/2011/04/problematika-pai-di-sekolah.html, diakses pada tanggal 03 Januari 2013.
[12]Anonim, dalam Dinamika Pemikiran Islam di Perguruan Tinggi, ed. Fuaduddin&Cik Hasan Bisri (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 179-180.
[13]Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Pelaksanaan Pendidikan Agama, 24.
[14]Mastuhu, “Pendidikan Agama Islam,” 37-38.
[15]Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 24.
[16]Abdul Aziz Asy Syakhs, Kelambanan dalam Belajar dan Cara Penanggulangannya (Jakarta: Gema Insani), 25-30.
[17]Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 9.
[18]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 146.
[19]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, 148-149.
[20]Husnul Atiah, “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Guru Dalam Menciptakan Peserta didik Aktif di Sekolah Dasar Negeri 120/V Tungkal Harapan,” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) An – Nadwah Kuala Tungkal Kopertais Wilayah XIII, Jambi,2010).
[21]Atiah, “Manajemen Pembelajaran Pendidikan,” (Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI ) An – Nadwah Kuala Tungkal Kopertais Wilayah XIII, Jambi,2010).
[22]Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004),  20.
[23]Sukirman, “Manajemen Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Malang,” (Tesis MA., Universitas Islam Negeri Malang, Malang, 2010), v.
[24]Sabri, Strategi Belajar Mengajar, 51-52.
[25]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), 202.
[26]Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 239.
[27]Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,“ http:// www.id.shvoong.com/social-sciences/education/2194125-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembelajaran/#ixzz2F0ahy41L, diakses tanggal 05 Desember 2013.
[28]Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 198-202.
[29]Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, 197-201.
[30]Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 60-64.
[31]Toto Fathoni dan Cepi Riyana, “Komponen-Komponen Pembelajaran”, dalam Kurikulum dan Pembelajaran dalam Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011),  156. 




Baca tulisan menarik lainnya: