Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Tradisi I'tifad Masyarakat Arab Pra Islam, Berhibernasi di Kala Musim Kelaparan Hebat

Banjirembun.com - Pembahasan tulisan ini bukan tentang iktikad maupun iktifaf. Melainkan i'tifad. Yakni, sebuah tradisi unik masyarakat arab jahiliyah sebelum Islam lahir di bumi. Komunitas yang bodoh secara aqidah serta moral tapi tergolong pintar dari segi peradaban.


Adat i'tifad merupakan bukti bahwa bangsa arab pra Islam memiliki peradaban yang unggul. Tidak cuma dari produk benda (fisik) tapi juga produk non benda. Salah satunya yaitu melakukan hibernasi (bersembunyi) di kala musim kelaparan atau paceklik melanda.

Tatkala bekal makanan maupun harta lainnya untuk bertahan hidup tidak ada lagi sosok ayah atau bapak sebagai kepala keluarga akan membangun gubuk dari susunan batu. Kemudian dia mengajak bersama-sama anak dan istrinya berdiam di dalamnya.


Kepala keluarga yang masuk paling terakhir. Sekaligus menutup lubang gubuk itu dengan batu terakhir. Di dalamnya tentu tidak ada apa-apa lagi. Sebab ruangannya sangat sempit. Cuma menampung ukuran tubuh seluruh anggota keluarga.


Mereka semua sudah siap untuk mati di dalamnya. Itu semua dilakukan demi harga diri karena tidak ingin menerima belas kasihan orang lain. Sekaligus ingin memastikan bahwa tidak ada siapapun yang tahu bagaimana nasib mereka yang sedang sangat buruk.


Di satu sisi perbuatan di atas sungguh nampak naif, konyol, atau putus asa. Akan tetapi ketika dilihat dari sudut pandang lain itu sungguh luar biasa. Mereka enggan berhutang budi, menolak dikasihani, serta tidak mau kehilangan muka lantaran menerima bantuan.


Hilangnya Tradisi I'tifad

Hasyim bin Abdu Manaf yang juga sebagai buyutnya nabi Muhammad SAW beserta Ali bin Abi Thalib serta dinisbatkan sebagai keturunan Bani Hasyim menentang tradisi I'tifad. Dia berupaya menghilangkan tradisi yang berdampak negatif tersebut.

Lalu Hasyim memberi pendapat atau masukan pada suku Quraisy. Supaya orang fakir yang sudah tidak punya apa-apa lagi "dititipkan" pada orang kaya di antara mereka. Satu keluarga kaya mendapat "tumpangan" satu keluarga miskin. Namun itu tidak gratis.


Orang miskin yang berada dinaungan orang kaya itu wajib membantu keluarga kaya terbiasa melakukan kebiasaan misi perjalanan berdagang. Mereka harus ikut membantu orang kaya pergi ke Syam (utara jazirah arab) pada musim panas dan ke Yaman (bagian selatan jazirah arab) pada musim dingin.

Ilustrasi gubuk batu kecil (sumber gambar)

Pendapat di atas disepakati oleh masyarakat Quraisy. Sejak saat itu tradisi I'tifad masyarakat Arab pra Islam sudah hangus. Sikap Hasyim tersebut patut ditiru. Sebab beliau "melenyapkan" tradisi buruk dengan cara diganti dengan tradisi semacamnya yang lebih baik.


Bekerja atau membantu orang kaya merupakan perbuatan yang punya harga diri tinggi. Dari pada meminta-minta atau menggantungkan nasib begitu saja tanpa berbuat apapun lebih baik ada kegiatan yang bermanfaat. Dengan begitu sisi negatif i'tifad lenyap serta sisi positifnya bertahan.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tradisi I'tifad Masyarakat Arab Pra Islam, Berhibernasi di Kala Musim Kelaparan Hebat"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*