Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Kisah Nyata, Karyawan Toko Bermental Babu Dikerjain oleh Orang yang Dikira Miskin

Banjirembun.com - Ini merupakan kisah nyata yang terjadi beberapa waktu tahun yang lalu. Akan tetapi sebagai bentuk kejujuran, sebenarnya terdapat tambahan atau pengurangan sedikit demi mendramatisir alur cerita. Hal tersebut dilakukan agar cerita yang disampaikan jauh makin greget serta berkesan mendalam. Yakni, sebuah cerita tentang orang yang berpenampilan sederhana sehingga dikira oleh pelayan toko sebagai kaum miskin. Alhasil, dianggap enggak mampu beli barang dagangan pada toko yang dijaganya.


Bagaimana tiada bikin hati kesal? Gisel bertanya-tanya serius penuh antusias lantaran memang hendak benar-benar membeli, sudah bawa uang tunai maupun kartu debit/ATM yang nominalnya cukup tatkala dibutuhkan, tapi nyatanya diacuhkan begitu saja. Dengan wajah penuh meremehkan, dia menjawab semua pertanyaan Gisel dengan asal-asalan sekena mulutnya. Padahal, Gisel mantap ingin beli merk HP tertentu. Sayangnya, karyawan itu justru ogah menghargai keputusan dan pilihan Gisel.

Baca juga Ketika Jongos Berlagak Seperti Layaknya Bos

Wajarlah ketika mau beli tanya-tanya dulu, apalagi barang yang akan ditebus tersebut harganya jutaan yaitu berupa HP smartphone. Bukannya dijawab dengan "jujur" dan penuh sabar, malah Gisel diarahkan untuk membeli HP merk tertentu. Sudah begitu, Gisel diberi acungan jari tengah ke arah atas. Kurang ajar banget. Dasar pelayan toko mental jongos. Mungkin dia mengira Gisel tidak mampu beli HP merk lain yang sesuai kemauan pribadi Gisel sendiri? Kasihan banget dia, status pekerja tapi lagaknya kayak juragan pemilik usaha.


Perlu ditekankan, bahwa Gisel bukan bermaksud menghina semua pekerja (karyawan atau pegawai yang tugasnya menjaga maupun melayani konsumen langsung di lapangan). Sebab mmenurut Gisel, punya profesi apapun kalau dia punya akhlak baik dan bekerja secara totalitas, sungguh enggak pantas disebut babu ataupun jongos. Melainkan, hanya pekerja yang sok berkuasa dan si paling mengatur konsumen yang layak menyandang dua julukan tersebut.

Ilustrasi sebuah toko yang menjual barang dagangan berupa tas (sumber pexels.com)

Ternyata setelah memperoleh beberapa info, Gisel baru menyadari bahwa karyawan yang bermental jongos itu bakal dapat insentif (bonus) tersendiri di kala 1 unit HP merk yang "dipromosikan" terjual. Kalau jumlah penjualan keseluruhan memenuhi target, tentunya ada bonus tambahan lagi. Wajar saja, pelayan toko bermental babu itu tampak agresif banget menawarkan HP sesuai kriterianya. Nahasnya, akhir-akhir ini banyak pengguna yang menyesali akibat terbujuk rayu model "promosi" secara paksa.


Mengerjain Karyawan Toko Bermental Jongos Secara Elegan Tapi Tetap Menyakitkan

Jadi begini, meski Gisel mendapat perlakuan buruk dari manusia sampah seperti di atas, nyatanya tak membuat putar haluan guna mundur pergi begitu saja. Sebaliknya, semakin besar tekat untuk membeli HP yang merk serta spesifikasinya cocok dengan yang telah direncanakan jauh-jauh hari. Anehnya, walau Gisel sudah memutuskan beli merk HP bukan atas rekomendasinya, ternyata dia masih mengikuti dan memandu Gisel untuk menuju konter pembayaran (kasir). Begitu pula, saat Gisel hendak beli asesoris HP tetap membuntuti.


Lucunya, dia meminta salinan nota pembelian HP yang baru saja Gisel terima tatkala melunasinya. Barangkali biar dia bisa memperoleh "sesuatu" dari pengelola/pemilik toko HP yang tergolong cukup besar di Kota Malang tersebut. Nah, entah kenapa hati Gisel tiba-tiba terdorong untuk memberikan uang 30 ribu kepada pelayan toko yang kampungan itu. Di mana, sesudah ia melayani Gisel penuh semangat (apalagi setelah tahu bayar kontan) serta merta terdorong untuk memberi uang tip sebagai bentuk terima kasih.


Tentulah, mata karyawan norak tersebut terbelalak dan sedikit bengong di waktu tangannya menerima duit pemberian Gisel. Sehabis itu, dia memandu Gisel menuju kursi yang bermeja untuk mengecek HP berfungsi dengan semestinya atau tidak. Penuh ketelatenan ia menjawab semua pertanyaan Gisel terkait menu-menu dan pengaturan di HP yang baru saja terbeli tersebut. Kok dia semakin tambah berubah jadi amat baik ketimbang sebelumnya ya? Apa disebabkan uang tip yang ia terima?


Singkat cerita, plot twist (berputarnya alur secara tajam) pun terjadi. Persis satu pekan ke depan, di hari yang sama dengan ketika beli HP sebelumnya, Gisel kembali ke sana. Beruntungnya, dilayani oleh karyawan yang sama. Dengan wajah tegak Gisel menemui dia. Sesuai dugaan, dia masih ingat betul dengan Gisel. Akhirnya, Gisel langsung bilang ke dia untuk beli HP lagi di sini. Wajahnya tentu sumringah. Sangat terlihat di rautnya seolah sedang ketiban durian jumbo. Gisel pura-pura tanya merk HP yang sama tapi spesifikasinya beda.

Baca juga Karyawan yang Melayani Pelanggan di Bisnis Milik Majikannya Janganlah Jadi Babu Alias Jongos

Hal tak terduga pun timbul. Gisel kali ini ogah memberikan salinan kwitansi/nota pembayaran. Lebih dari itu, Gisel juga menghindari saat dia terus-terusan mengikuti tanpa rasa bersalah (bermuka tembok). Baik itu saat Gisel di area jual-beli asesoris maupun pada kursi-meja tempat biasa pembeli diberi arahan terkait mengecek dulu fungsi HP normal atau tidak. Di titik paling puncak, Gisel tak memberi uang tip sama sekali. Andai dia masih membuntuti, Gisel berencana bakal kasih uang tip 2 ribu (Rp 2.000,-) saja.


Rinciannya, uang 30 ribu yang Gisel berikan pekan lalu untuk pelayanan hari ini yang sangat totalitas penuh dedikasi. Sedangkan, duit dua ribu hari ini sebagai bentuk balasan atas pelayanan buruk yang diberikannya pekan lalu.


Itulah sedikit cerita tentang karyawan toko bermental babu yang dikerjain oleh Gisel. Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kisah Nyata, Karyawan Toko Bermental Babu Dikerjain oleh Orang yang Dikira Miskin"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*