Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Introvert Belum Tentu Tergolong Ansos Alias Anti Sosial, Justru Ekstrovert Makin Berpeluang Lebih Ganas

Banjirembun.com - Sebelum bicara lebih detail, perlu ditekankan dulu bahwa di kehidupan ini bukan selalu hanya terdapat "pemisahan" antara hitam dengan putih. Masih ada peluang lain yaitu berupa abu-abu ataupun warna lainnya. Begitu pula, kepribadian manusia enggak boleh cuma "dibelah" secara kaku menjadi dua seperti introvert dan ekstrovert. Sebab, masih ada kemungkinan lain yang disebut ambivert.


Tentu saja, ansos (anti sosial) juga dilarang keras untuk dikaitkan dengan sifat introvert. Alasannya, ekstrovert pun bisa bertindak ansos. Bahkan, berpeluang jauh lebih ganas dalam bersifat ansos. Lagi pula, penyebab/pemicu ansos bukan hanya ditentukan oleh kepribadian (internal) tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan (eksternal). Intinya, sikap ansos tak semata-mata muncul begitu saja seolah tanpa asal mulanya.

Baca juga Kenali Perbedaan Orang Bertipe Introvert, Ekstrovert, dan Ambivert

Ansos alias anti sosial adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan penyimpangan kepribadian yang meliputi seperti mengabaikan hak-hak orang lain secara serampangan tanpa ada perasaan bersalah, melanggar norma-norma, tidak peduli pada kenyamanan maupun keselamatan diri sendiri serta masyarakat, hingga kesulitan dalam mengendalikan diri terutama terkait masalah emosional.


Dari keterangan di atas boleh dikatakan bahwa psikopat maupun sosiopat tergolong perbuatan yang bersifat ansos. Di mana, individu yang ansos biasanya memperoleh kebahagiaan dengan cara aneh serta menyalahi keumuman/kewajaran kehidupan sosial di sekitarnya. Selain itu, perilaku ansos ternyata juga punya ciri melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Alhasil, orang ansos asik pada alam pikir atau dunianya sendiri.


Diimbuhi, semua sikap-sikap "rusak" di atas diterapkan secara berulang-ulang malah kadang berdurasi lama tanpa jeda kecuali sebentar. Dengan kata lain, tatkala tindakan buruk tersebut dilakukan satu atau dua kali dengan durasi sekejap dapat diartikan sebagai kondisi sedang stres atau depresi. Artinya, perilaku "ansos" dilakukan sesekali sebagai bentuk pelampiasan atau kompensasi dalam bentuk negatif.

Ilustrasi laki-laki introvert (sumber pexels.com)

Nah, lebih mengerikan lagi ternyata perilaku ansos dapat dilakukan secara manipulatif. Maksudnya, seseorang yang "berjiwa" ansos mampu memalsukan jati diri. Sanggup bergaul serta membaur di tengah-tengah kehidupan sosial layaknya kaum ekstrovert tulen. Misalnya tampilan busana, raut wajah (mimik muka), perilaku, dan tutur bahasa yang dipakai terlihat anggun. Nahasnya, itu tak lebih sekadar untuk menutupi diri.


Bayangkan saja, ada teman yang jago berkomunikasi maupun mengambil hati lawan bicaranya. Namun, kemampuan tersebut digunakan bukan untuk menjalin hubungan harmonis dan tatanan sosial yang manusiawi. Sebaliknya, seluruh kepribadian ekstrovert itu dipakai guna memenuhi hasrat jiwa "hitam" yang ada di dalam dirinya. Berhubung, dia jago dalam menyembunyikan unsur negatif dalam diri, akhirnya orang di sekitar tidak menyadarinya.


Pertanyaannya, apakah pelaku vandalisme atau perusakan di taman kota maupun aset pemerintah di pinggir jalan hanya dilakukan oleh kaum introvert? Apakah pelaku perampokan, pencopetan, pembunuhan, pemerkosaan, dan korupsi cuma dijalankan oleh introvert? Apakah pihak yang membully (perundungan) dapat dipastikan dari kalangan introvert? Apakah individu yang introvert langsung bisa divonis telah berbuat dosa, punya penyakit jiwa, dan melanggar norma?


Itulah alasan kenapa introvert belum tentu tergolong ansos. Bagaimanapun, setiap insan berhak untuk bahagia serta mengaktualisasikan diri dengan caranya masing-masing. Tentunya, semua langkah demi meraih bahagia itu enggak melanggar aturan agama maupun hukum negara. Oleh sebab itu, hindari menyimpulkan bahwa kepribadian ekstrovert lebih bagus/ideal ketimbang introvert.

Baca juga Perbedaan Gangguan Kepribadian Anti Sosial dengan Individu Berkarakter Introvert

Wahai kaum introvert, janganlah malu memiliki kepribadiaan yang menikmati kesendirian walau itu ternyata berada di tengah keramaian. Ingat selalu tentang pernyataan "Kesendirian berbeda dengan kesepian." Lagian, dalam keramaian pun seseorang barangkali masih berpotensi merasa dirundung kesepian. Apalagi, ternyata aktivitas di tengah keramaian itu bertujuan menutupi rasa sepi dalam hati.


Kalau boleh jujur, sebenarnya Gisel lebih cenderung bertipe introvert daripada ekstrovert. Gisel enggak malu mengakui hal itu. Asal, Gisel tetap berkomitmen untuk menjadi manusia bermanfaat dengan cara Gisel sendiri. Enggak harus ditunjukkan atau muncul ke permukaan. Cukup melalui tindakan-tindakan lain yang mungkin tidak diketahui publik tapi dirasakan langsung oleh orang-orang yang telah Gisel bantu.





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Introvert Belum Tentu Tergolong Ansos Alias Anti Sosial, Justru Ekstrovert Makin Berpeluang Lebih Ganas"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*