Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Tiga Bentuk Putus Asa Umat Islam kepada Allah SWT yang Sangat Berbahaya, Bisa Mengancam Keimanan

Banjirembun.com - Putus asa adalah hilangnya harapan maupun merasa gagal atas upaya yang telah diterapkan sehingga berakibat kecewa, merajuk, murung, dan cuek. Menganggap apa yang diikhtiarkan tiada guna. Dengan demikian, orang yang sudah kehilangan optimisme sebelum berusaha melakukan sesuatu dengan perbuatan nyata bukan disebut putus asa. Akan tetapi, lebih cocok pesimis alias menyerah sebelum dicoba terlebih dahulu.


Individu yang mengalami putus asa bukan cuma terganggu aktivitas fisik yang berakibat terkesan malas, berdiam diri, atau berkurangnya gairah semangat. Melainkan pula, lebih parah lagi terkena gangguan mental. Artinya, kondisi jiwa dalam fase tersebut sedang tak menyenangkan lantaran enggak terpenuhinya suatu kepuasan batin, yang disebabkan antara rencana dengan hasil tak sesuai pengharapan. Alhasil, pada tahap fatal berujung hendak mengakhiri hidup.

Baca juga Cara Sederhana Agar Doa Kepada Allah SWT Dikabulkan dan Membawa Berkah

Dalam konteks agama Islam, keputusasaan merupakan kecenderungan berprasangka buruk atau bisa dibilang kehilangan kepercayaan guna menaruh harapan pada Allah Subhanahu wa ta'ala.  Maksudnya, Allah dituduh tidak adil dan tak mau memberikan jalan keluar atas segala masalah yang tengah dihadapi. Mengambil kesimpulan secara serampangan bahwa Allah pasti tidak mau meridhoi/menerima setiap langkah upaya mulia yang diijalankan.


Berikut ini 3 bentuk putus asa umat Islam kepada Allah SWT yang sangat berbahaya:


1. Putus Asa Mendapatkan Rahmat

Rahmat Allah sangat komplek wujudnya. Di antaranya meliputi ampunan, ridho, anugerah, kasih sayang, taufiq (tuntunan), hidayah, pertolongan, hikmah, ilmu, dan semacamnya. Sebagaimana rezeki dan jodoh, untuk memperoleh rahmat-Nya harus "dijemput" dan diusahakan oleh setiap hamba. Dengan kata lain, orang yang berputus asa pada Rahmat-Nya salah satunya berarti telah menjauh pada-Nya serta menuduh-Nya pasti tak mengampuni dosa-dosa.


Putus asa dari rahmat Allah merupakan dosa besar. Sebab, perilaku tersebut secara hakikat bisa menghantarkan seseorang pada kekufuran karena mengingkari sifat-sifat terpuji Allah. Bukankah Allah Maha Pengampun? Bukankah Dia Maha Pendengar? Lantas, kenapa setelah melakukan dosa sehingga merasa najis/kotor sekonyong berkesimpulan tak layak untuk minta ampun pada-Nya? Bukankah sudah diketahui bersama bahwa setiap manusia tak bisa lepas dari salah dan dosa?


Mengharapkan kesempurnaan manusia agar senantiasa bersih dan suci tanpa cela berarti sama saja menginginkan Tuhan menjelma jadi manusia. Kalau manusia sempurna lantas apa bedanya dengan Tuhan? Justru dengan merasa diri penuh dosa dan berharap ampunan dari-Nya bakal menjadikan seorang hamba makin dekat pada-Nya. Sebaliknya, ketika berputus asa pada rahmat-Nya menyebabkan bertambah jauh dengan-Nya. 


2. Putus Asa Saat Berdoa

Ibadah doa hukumnya wajib. Alasannya, hamba yang tidak berdoa menunjukkan kesombongan diri serta enggak merasa butuh pada-Nya. Intinya, jadikan doa sebagai kebutuhan bukan sekadar keinginan. Di mana, berdoa dilakukan bukan cuma di kala butuh solusi atas masalah yang dihadapi tetapi tatkala keadaan sedang baik-baik saja. Contohnya berdoa memohon terjaga kesehatan, mohon tetap terjaga iman, meminta keberkahan rezeki yang halal, dan lain-lain.


Bolehlah menyerah untuk "berharap" atau menaruh impian besar pada manusia. Namun, dilarang keras pasrah total setelah berusaha keras tanpa disertai dengan mengadukan pada Allah. Mengira bahwa Dia Yang Maha agung tidak mampu memberikan solusi sama sekali. Padahal, Dia pasti memberi solusi dengan cara yang tak terduga. Bahkan, mungkin solusi tersebut tak dirasakan/diketahui oleh satu manusia pun. Termasuk pada pihak yang berdoa sekalipun.

Ilustrasi orang yang sedang putus asa berharap pada dunia sehingga teringat pada Tuhannya (sumber pexels.com)

Berdoalah secara sungguh-sungguh tanpa ada rasa curiga, khawatir, atau ragu tentang setiap doa yang dilantunkan hanya berbuah sia-sia belaka. Bagaimanapun, setiap doa yang diutarakan pada-Nya bakal didengar dan dibalas oleh-Nya. Mustahil, Allah tak membalas/memberkahi/mengganti setiap perbuatan baik hamba-Nya termasuk dalam urusan doa sekalipun. Bukankah setiap perbuatan baik sebesar zarrah pun bakal mendapatkan balasan?

Baca juga Bukan Biji Sawi Maupun Atom, ini Arti Zarrah yang Paling Benar

3. Putus Asa dalam Berusaha

Ikhtiar sangat dianjurkan untuk dilakukan setelah doa dilakukan. Lebih jelasnya, berdoa dulu baru berusaha. Di waktu sedang sakit diperintahkan untuk memohon kesembuhan terlebih dahulu pada-Nya baru berobat secara medis misal ke pusat kesehatan. Bukankah doa-doa harian (makan, ke toilet, tidur, hingga berpergian) dilakukan sebelum melakukan tindakan tertentu? Oleh sebab itu, "iringi" lebih dulu suatu usaha dengan doa.


Jika usaha yang dilaksanakan nyatanya belum berhasil maka jangan terburu-buru merubah target/tujuan. Apalagi berputus asa dengan langsung mengambil keputusan berhenti total. Lebih disarankan, gantilah caranya dan lakukan hingga betul-betul sampai puncak kegagalan, baru setelah itu tawakal pada-Nya. Kendati seperti itu, jangan sekali-kali menganggap bahwa hasil/capaian yang diterima merupakan akibat usaha dan doa yang sudah diterapkan. Sebaliknya, yakinlah bahwa itu semata-mata lantaran dari rahmat-Nya.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Tiga Bentuk Putus Asa Umat Islam kepada Allah SWT yang Sangat Berbahaya, Bisa Mengancam Keimanan"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*