Hai diriku di masa depan…
Jika kamu membaca ini, mungkin rambutmu sudah memutih, suara tak lagi nyaring, dan dunia terasa lebih sunyi. Tapi aku tahu, di balik semua itu, ada satu hal yang lebih penting dari sekadar fisik atau pujian orang lain: kedamaian batin.
Ingat ini baik-baik:
Kita tidak butuh dikagumi untuk bahagia. Kita hanya perlu jujur, bersyukur, dan berani menyayangi meski tak disayangi.
Aku tahu, kamu pernah disakiti oleh orang-orang yang tak pernah mau mengakui kesalahan mereka. Mereka yang menutup luka mereka sendiri dengan cara melukai orang lain. Mungkin mereka sudah tua juga sekarang. Mungkin mereka sendiri.
📌 Ingat ini, ketika masa tua terasa sepi:
-
Kesepian bukan musuh, selama kamu damai dengan dirimu sendiri.
-
Jangan menyesal tidak dipuja. Menjadi manusia baik lebih mulia dari menjadi manusia besar.
-
Jangan ulangi kesalahan mereka: jangan paksakan kontrol, jangan cari pembenaran.
-
Jangan harapkan balas budi, cukup berbuat baik karena Allah tahu.
-
Jangan bangun identitas dari citra. Bangunlah dari nilai.
☕ Jika kamu merasa gagal…
Maka lihatlah hidupmu sebagai jalan pulang, bukan panggung sukses.
Kamu telah selamat dari manipulasi, dari kepura-puraan cinta, dari jerat validasi. Kamu membayar mahal untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya. Maka, sekarang... istirahatlah dengan tenang.
Peluklah anak-anak muda yang datang padamu, bukan untuk kamu kendalikan, tapi untuk kamu doakan.
Bicaralah dengan tenang. Tertawalah meski tubuhmu ringkih. Dan ingatkan dirimu:
“Aku tidak perlu menjadi pusat perhatian. Cukup menjadi sumber ketenangan.”
🌱 Dan kalau kamu merasa sendirian…
Bukan demi mereka. Tapi demi hatimu sendiri.
Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)
![]() |
Gambar ini dibuat oleh Chatgpt.com |
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Surat untuk Diriku di Masa Tua"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*