Banjirembun.com - Artikel ini bermaksud ingin menguji atau mengetahui seberapa jauh kemampuan kecerdasan buatan dalam memberikan saran atau masukan terkait permasalahan yang penuh dilema. Yakni, menyangkut urusan kematangan emosional (kedewasaan) diri pribadi.
Lebih lanjut, tatkala persoalan di atas dicurahkan pada individu tertentu, selain hal itu amat terlihat vulgar dan tak menandakan bisa menjaga privasi (batasan diri), tentunya pihak yang dimintai pendapat belum tentu mampu memberikan solusi secara utuh serta komplit.
![]() |
Ilustrasi hal yang bersifat privasi (sumber gambar pixabay.com) |
Di sisi lain, mau konsultasi kepada ahli psikologi pun tentunya harus membayar. Belum lagi, kemungkin mesti melakukan tatap muka berkali-kali. Nah, berhubung kasus ini tak begitu rumit, alih-alih mendatangi psikater, justru sebagai jalan keluarnya meminta "pendapat" kecerdasan buatan.
Prompt yang diberikan kepada tiga kecerdasan buatan yang meliputi Gemini Google, ChatGPT, dan Perplexity yaitu "Dua pertanyaan dari Jonathan yaitu 'Apakah dulu Heni memang ada rasa cinta padaku?' Kalau memang betul cinta, lalu pertanyaan berikutnya 'Apakah aku cinta pertama Heni?' Menurut kamu, apakah salah atau tabu ketika Jonathan menginginkan kepastian dari dua pertanyaan di atas dengan langkah meminta bantuan terhadap Hasan agar Hasan menanyakan dua hal di atas kepada Heni? Sebab, tatkala Jonathan bertanya pada Heni secara langsung, tentunya hal tersebut tidaklah menjadi keputusan tepat. Lebih lengkapnya silakan baca tautan ini agar tahu konteksnya https://www.banjirembun.com/2025/06/chat-whatsapp-membicarakan-heni-di.html"
Respon 3 aplikasi kecerdasan buatan sebagai berikut:
1. Gemini Google
2. ChatGPT
Terima kasih sudah membagikan isi lengkapnya. Setelah membaca keseluruhan konteks, berikut tanggapan saya:
Tidak, permintaan Jonathan kepada Hasan untuk menanyakan perasaan Heni di masa lalu tidak bisa langsung dianggap salah atau tabu. Tapi memang rumit dan penuh pertimbangan etis serta emosional.
Analisis Singkat:
-
Motivasi Jonathan:Ia bukan berniat mengganggu rumah tangga Heni, tapi ingin closure atas sesuatu yang belum selesai sejak 20 tahun lalu. Ini bentuk pencarian kedamaian batin, bukan romansa masa kini.
- Cara yang Dipilih:Jonathan paham bahwa bertanya langsung ke Heni akan dianggap tidak etis—maka ia memilih Hasan, sahabat lamanya, sebagai jembatan. Ini justru menunjukkan kehati-hatiannya, meskipun tetap berisiko.
- Respons Hasan:Hasan menilai permintaan itu berlebihan, bahkan menyakitkan, karena bisa mengganggu kehidupan Heni sekarang dan mengorek masa lalu yang bisa saja tidak relevan atau menyakitkan bagi pihak lain.
- Dilema Moral:Di satu sisi, Jonathan punya hak atas kebenaran yang melibatkan dirinya. Tapi di sisi lain, Heni juga berhak menjaga privasi, stabilitas emosional, dan kehidupannya saat ini—terutama jika dia sudah menikah.
Kesimpulan:
Jonathan tidak salah dalam niatnya, namun cara dan timing-nya bisa dianggap kurang bijak jika dilihat dari perspektif Hasan maupun dari kemungkinan dampaknya ke Heni. Langkah paling sehat secara emosional mungkin bukan mencari konfirmasi dari luar, tetapi menerima bahwa tidak semua kisah butuh jawaban verbal untuk bisa diselesaikan.
Kalau kamu tertarik, aku bisa bantu bikin surat atau pesan yang lebih etis dan elegan kalau Jonathan tetap ingin menyampaikan hal ini secara tertulis—entah langsung ke Heni, atau tetap lewat Hasan. Mau?
___________________________________
3. Perplexity
Terima kasih sudah memberikan isi lengkap artikel dan chat-nya. Dengan konteks ini, saya bisa memberikan analisis yang lebih tajam dan relevan.
Analisis Situasi Jonathan, Hasan, dan Permintaan Kepastian
1. Motivasi Jonathan
Jonathan merasa terjebak dalam kenangan masa lalu yang belum tuntas, khususnya tentang Heni. Ia ingin mendapatkan kepastian agar bisa menutup bab itu dan melanjutkan hidup dengan lebih tenang. Permintaan Jonathan pada Hasan bukan sekadar ingin tahu, tapi lebih pada usaha menuntaskan luka batin dan mencari kelegaan psikologis.
2. Alasan Tidak Bertanya Langsung
Jonathan sangat sadar bahwa bertanya langsung pada Heni tidak etis, apalagi mengingat status dan situasi Heni saat ini (kemungkinan sudah berkeluarga, punya kehidupan sendiri). Ia takut tindakannya dianggap mengganggu atau tidak sopan. Maka, ia memilih Hasan sebagai perantara, berharap cara ini lebih aman dan tidak menimbulkan kegaduhan.
3. Respons Hasan
Hasan menolak permintaan Jonathan. Ia merasa permintaan itu:
Mengganggu privasi Heni dan berpotensi mengusik kehidupan rumah tangga Heni.
Mengganggu waktunya sendiri sebagai teman.
Ia menilai Jonathan terlalu larut dalam masa lalu, bahkan menyebutnya "sakit" (secara emosional).
Hasan juga menyarankan Jonathan fokus pada hal-hal yang lebih bermanfaat dan spiritual.
4. Apakah Permintaan Jonathan Salah atau Tabu?
Dari Sisi Etika dan Norma Sosial
Meminta bantuan teman untuk menanyakan perasaan masa lalu sebenarnya bukan hal tabu, apalagi jika dilakukan dengan niat baik dan menjaga batasan.
Namun, konteks saat ini berbeda: Heni sudah punya kehidupan sendiri, dan membuka luka lama bisa berisiko menimbulkan masalah baru, baik bagi Heni, Hasan, maupun Jonathan sendiri.
Privasi dan kenyamanan Heni harus diutamakan. Jika Heni tidak ingin masa lalunya diungkit, maka permintaan ini bisa dianggap melanggar privasi.
Dari Sisi Psikologis
Keinginan Jonathan untuk closure sangat manusiawi. Banyak orang ingin menuntaskan masa lalu agar bisa hidup lebih tenang.
Namun, cara menuntaskan masa lalu tidak selalu harus dengan mendapatkan jawaban langsung dari orang yang bersangkutan, apalagi jika itu berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan bagi pihak lain.
Dari Sisi Relasi Pertemanan
Permintaan Jonathan pada Hasan bisa membebani Hasan, karena ia harus menengahi urusan yang sensitif dan berpotensi menimbulkan masalah baru.
Hasan merasa permintaan itu tidak adil baginya dan bagi Heni.
Kesimpulan dan Saran
Apakah Salah atau Tabu?
Permintaan Jonathan tidak salah secara mutlak, karena ia hanya ingin closure atas masa lalu yang menggantung.
Namun, dalam konteks saat ini, permintaan itu menjadi kurang bijak karena berisiko mengganggu privasi dan kenyamanan orang lain (Heni dan Hasan).
Hasan berhak menolak karena ia tidak ingin terlibat dalam urusan yang bisa menimbulkan masalah baru.
Solusi yang Lebih Baik
Jonathan sebaiknya menerima kenyataan bahwa tidak semua pertanyaan masa lalu harus dijawab langsung oleh orang yang bersangkutan.
Closure bisa didapatkan dengan memaafkan diri sendiri, menerima keputusan masa lalu, dan fokus pada masa depan.
Jika beban emosional sangat berat, konsultasi dengan psikolog bisa menjadi solusi yang lebih sehat daripada terus mencari jawaban dari masa lalu yang sudah tertutup.
Penutup
Keinginan Jonathan sangat manusiawi, tetapi cara yang dipilih kurang tepat untuk situasi saat ini. Menuntaskan masa lalu tidak harus selalu dengan jawaban dari orang lain, kadang cukup dengan penerimaan dan berdamai dengan diri sendiri.
Jika ada pertanyaan lanjutan atau ingin membahas sudut pandang lain, silakan!
___________________________________
Semoga Jonathan bisa melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalunya dan segera mendapatkan "penutupan" yang tepat tanpa perlu berkomunikasi dengan Heni maupun bertemu langsung dengannya.
Terima kasih telah membaca artikel ini.
(*)
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Apakah Tabu ketika Jonathan Mengajukan Dua Pertanyaan ini Kepada Heni? Begini Saran dari 3 Aplikasi Kecerdasan Buatan"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*