Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Memahami Wali Jadzab Secara Benar, Kekasih Allah yang Levelnya Sulit Dipahami Manusia Biasa

Banjirembun.com - Wali artinya penolong, pembela, pemimpin, atau teman dekat. Ketika istilah tersebut digabungkan menjadi sebutan Waliyullah (Wali Allah) dapat diartikan sebagai individu yang menolong, membela, ataupun memimpin agama Islam yang punya hubungan kedekatan dengan Allah sampai berstatus menjadi kekasih-Nya. Di mana, status wali yang tingkat takwanya sudah luar biasa memiliki ciri tidak takut pada apapun kecuali kepada-Nya serta tak bersedih hati.


Tidak sebagaimana para Rasul yang mempunyai mukjizat untuk ditunjukkan di hadapan publik, Wali Allah enggak semuanya memiliki karomah yang diketahui orang lain (termasuk keluarganya sekalipun). Bahkan, sebagian mereka tidak punya karomah sama sekali. Setidaknya, barangkali karomah tersebut sangat sederhana yang berakibat sulit untuk disadari/dipahami oleh bersangkutan. Alhasil, pada titik tertentu kekasih Allah yang seperti itu berada di level Wali Jadzab atau Wali Jadzb.


Jadzab atau Jadzb punya arti kondisi tertarik, terhanyut, terlepas, atau terbebas. Pelakunya disebut majdub. Yakni, individu yang tenggelam dalam rasa rindu dan cinta kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Wali Jadzab atau Wali Majzdub adalah kekasih Allah yang terhanyut di dalam hubungan kedekatan dia dengan-Nya sehingga saking merasa erat membuatnya terlihat oleh manusia lain sebagai individu aneh. Salah satu sebabnya, dia terlalu terpesona melihat keagungan-Nya yang berujung jiwanya terguncang.


Waliyullah yang sudah melampaui tingkatan (maqom) jadzb berarti telah terbuka hijab/tabir yang selama ini menutupi hatinya untuk sanggup dekat kepada Allah SWT. Di mana, hampir setiap waktu yang dilalui Wali Majdub selalu ingat (terhubung) pada-Nya. Dengan kata lain, iman dan ihsan yang dimiliki tak diragukan lagi. Dia begitu peka atau sensitif terhadap sesuatu yang mengharuskannya senantiasa bertanya-tanya dulu dalam batin "Jika aku melakukan hal ini maka Allah Yang Maha Agung bakal ridho tidak?"


Lebih lanjut, sebagian pendapat menyebutkan bahwa status Wali Jadzab merupakan pemberian "tiba-tiba" dari-Nya. Dengan demikian, guna meraihnya tidak bisa diupayakan dengan bentuk-bentuk perjuangan tertentu. Oleh sebab itu, sejatinya status Waliyullah mesti disimpan dan dirahasiakan sendiri. Enggak boleh disebarluaskan maupun ditunjukkan ke publik. Justru, makin terjaga privasi kedekatannya dengan Allah semakin intim hubungan hamba dengan rabbnya.


Meluruskan Pemahaman Salah Tentang Wali Majzdub

Perlu dipahami bahwa enggak semua keanehan, keajaiban, kesaktian, keunikan, perilaku nyleneh, atau semacamnya yang dilakukan oleh pelaku tirakat merupakan tingkatan Wali Jadzab. Malahan, boleh jadi hal tersebut akibat ulah gangguan/kemasukan jin sehingga perlu diruqyah. Lebih tepatnya, mungkin setan yang berwujud jin yang merasukinya. Salah satu alasannya, bisa jadi amalan tirakat yang diterapkan menyalahi syariat Islam. Alhasil, iblis mudah untuk menunggangi.


Kendati demikian, tetaplah ingat sebuah kaidah "Sesama insan dilarang keras untuk menzalimi, apalagi kepada sesama Muslim jauh lebih berhak terhindar dari sifat zalim oleh saudaranya." Termasuk tentunya menzalimi dengan bentuk berucap "Orang gila kok dipuja-puja, kalangan yang percaya tentang konsep sebagian orang gila adalah Waliyullah, palingan pihak itu jauh lebih gila lagi." Sungguh pernyataan itu amat keterlaluan serta menyakitkan hati.

Gambar hanya sebagai ilutrasi, tidak ada hubungannya dengan Wali Majdub (Pexels.com/ δΈœζž— ηŽ‹)

Begini cara berfikir sederhananya "Bukankah kegilaan orang tersebut merupakan pemberian-Nya." Lagi pula, dia menjadi gila belum tentu karena memikirkan masalah/musibah dunia yang menyebabkan furstasi/depresi. Sebaliknya, keadaan jiwanya berubah dapat diakibatkan hubungan dia dengan Allah SWT begitu dekat. Misalnya, selain rutin zikir dan istiqomah ibadah dalam bentuk lain ternyata dia merasa "terbebani" dan malu kepada-Nya disebabkan sebagai umat Islam tak bisa berbuat apa-apa. Padahal, di belahan bumi lain umat Islam butuh bantuan.


Lebih dari itu, berbagai rahasia Allah yang sebenarnya hanya mampu "digenggam" oleh sedikit manusia ternyata sudah dia ketahui. Akibatnya, dia terbebani dengan perasaan cinta pada-Nya atau faktor lain terkait dengan itu yang menjadikannya gila. Dengan lepasnya akal itu, tentunya semua kewajiban syariat atasnya bakal hilang. Bila kondisi tersebut berlangsung hingga meninggal dunia maka dapat disimpulkan (menurut kacamata manusia) bahwa Wali Majdzub meraih husnul khatimah.


Poin inti dan terpenting dari tulisan ini yaitu keberadaan Wali Jadzab harus diakui, diayakini, dan dihormati. Namun, tak perlu dicari-cari siapa dan di mana keberadaan mereka. Demikian pula, Wali Majdub bukan golongan umat Islam yang wajib untuk diikuti lantaran kalau mengikutinya dapat menimbulkan fitnah tersendiri. Lagian, mereka sudah terbebas dari kewajiban syariat. Sedangkan, umat Islam lain yang tidak gila diberi beban menjalankan syariat Islam.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Memahami Wali Jadzab Secara Benar, Kekasih Allah yang Levelnya Sulit Dipahami Manusia Biasa"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*