Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Janganlah Seperti Thanos yang Merasa Diri Si Paling Hebat dan Terbenar, Lalu Menganggap Orang Lain Serba Salah

Banjirembun.com - Berhati-hatilah ketika mendapati individu yang merasa paling hebat, kuat, dan berkuasa. Sebab, mungkin saja itu bagian dari indikasi gangguan mental. Lebih detailnya yaitu sebuah masalah kejiwaan yang disebut dengan megalomania. Yakni, suatu delusi/waham tentang kebesaran atau keagungan diri sendiri. Di mana, si pelaku sangat yakin bahwa sesuatu yang sebenarnya keliru atau salah sebagai sebuah kebenaran yang harus dipegang erat.

 

Termasuk pula, merasa amat percaya bahwa dirinya merupakan manusia paling hebat dan terbenar walau nyatanya bukti-bukti dan kesepakatan komunitas (konsensus) menunjukkan hal yang berlawanan. Pada fase tertentu, gejala seperti itu telah menunjukkan adanya gangguan mental berupa skizofrenia. Hal tersebut berakibat terjadinya kekeliruan dalam berfikir, merasakan/merespon, dan berperilaku.


Tanda orang yang terkena megalomania salah satunya mengabaikan, menolak, hingga melawan semua pendapat orang lain yang bertentangan dengan alam pikirannya terutama terkait "fanatisme" bahwa dirinya individu hebat alias digdaya. Dalam artian lain, pengidap megalomania bakal cuma fokus pada khayalan diri sendiri. Dengan maksud lebih rinci, faktanya apa yang dipikirkan tersebut enggaklah nyata tapi sekadar delusi.


Ciri-ciri orang yang menyandang megalomania:

1. Meyakini dirinya memiliki kekuatan supranatural. Misalnya, sanggup berkomunikasi dengan hantu. Bahkan, merasa dirinya mampu menaklukkan lelembut tersebut.

2. Berkhayal secara "brutal" sehingga sangat percaya betul bahwa dirinya memiliki hubungan dekat dengan orang penting dan populer. Baik itu para petinggi negara maupun artis.

3. Menganggap bahwa dirinya sebagai idola sehingga pantas untuk dipuja-puji. Tak terkecuali, merasa dikagumi oleh banyak lawan jenis. Nyatanya, itu hanyalah kesalahan persepsi.

4. Memiliki jalan pikiran yang enggak logis dan mustahil untuk diterima nalar. 

5. Terlalu percaya diri mempunyai keistimewaan, kecerdasan, atau kemampuan yang sulit untuk ditiru/dimiliki/ditandingi oleh kebanyakan insan.


Hindari Menjadi Thanos! Merasa Diri Benar, Lalu Menganggap Orang Lain Serba Salah

Thanos merupakan karakter fiksi yang sebenarnya bersifat ambigu (mau dibilang jahat ternyata ada sisi baik, tetapi tatkala dikatakan sebagai tokoh positif nyatanya terdapat unsur negatif yang fatal). Namun, secara umum sifat Thanos ialah makhluk hidup yang merasa bahwa keputusan dan pilihan hidup yang diambil sudah benar atau apa yang dikerjakannya tak pernah salah. Meski, ternyata apa yang diperbuat itu telah merugikan banyak makhluk lainnya.

Figur Thanos yang memakai makhota kebesaran (sumber Pixabay.com/ solihinkentjana)

Thanos sangat mirip dengan teroris. Alasannya, dia tidak pernah sama sekali menyesali apa yang telah dilakukannya. Sebab, ia sungguh meyakini rencana yang telah diwujudkan itu merupakan sebuah kebenaran. Malahan, saat ide/gagasan yang telah dirancang tersebut tidak dijalankan bakal membuatnya merasa salah. Dengan kata lain, Thanos merasa dirinya si paling hebat dan benar. Dia beranggapan alam semesta menjadi kacau ketika tanpa ada kehadiran dan keterlibatan dirinya untuk mengurus.


Ciri-ciri perilaku seseorang yang mirip Thanos meliputi:

1. Merasa dirinya paling benar, pintar mencari kesalahan orang lain, serta meremehkan orang lain. Secara spesifik yaitu tidak mau disalahkan, diremehkan, diragukan, dicurigai, maupun dipengaruhi.

2. Memiliki ego yang dominan. Alhasil, menuruti apa yang ada di jalan pikirannya ketimbang lebih peduli terhadap hak-hak hidup dari makhluk lain.

3. Marah (atau sebaliknya depresi serta menyesali diri) saat kenyataan tidak sesuai keinginan.

4. Terlalu fokus pada cara pandang diri sendiri, yang disebabkan oleh perasaan tentang dirinya sebagai makhluk superior. Adapun, pihak lain dinilai sebagai kaum lemah (tidak becus).

5. Meyakini dirinya sebagai pahlawan dan penyelamat bagi banyak makhluk. Padahal, sebaliknya justru merugikan keseimbangan tatanan kehidupan.


Boleh Saja Menggenggam Erat Kebenaran, Tetapi Harus Diterapkan Secara Elegan

Kasus-kasus perilaku merasa diri si paling hebat dan benar barangkali tak sukar ditemukan di tengah masyarakat. Kendati demikian, sejatinya boleh saja menganggap diri ataupun golongannya merupakan yang paling benar. Akan tetapi, perilaku tersebut jangan ditunjukkan secara berlebihan di muka publik. Apalagi, ditindaklanjuti secara ekstrim yang berakibat terjadi konflik verbal maupun non verbal. Intinya, terapkan seputar perasaan diri sebagai pihak paling benar secara elegan dan bijaksana.


Menggenggam kebenaran (utamanya urusan agama) sebagai pedoman hidup merupakan kewajiban. Namun, merasa diri paling benar dan bersih/suci mesti dihindari. Terlebih lagi, memosisikan diri lebih mulia dan pantas masuk surga ketimbang makhluk lainnya yang seagama (tapi beda mazhab). Sikap berlebihan seperti itu akan menghantarkan pelakunya ke dalam perbuatan mengawasi dan menghakimi orang lain.  Di sisi lain, introspeksi pada diri sendiri malah tak pernah dilakukan.


Lebih lanjut, simpan kepercayaan/keyakinan terkait kebenaran di atas untuk diri sendiri dan kepada orang yang mau menerimanya saja. Tak perlu memaksakan agar orang lain supaya mau memaklumi, apalagi mengikuti kebenaran tersebut. Kalau sudah takdir, siapapun dan seperti apapun bakal menemukan jalannya sendiri untuk menuju kebenaran. Terpenting, jadilah pribadi yang sadar diri dan tahu diri sebagai insan yang tak sempurna. Di mana, seberapa saleh/alim pun manusia pasti tak bisa lepas dari salah dan dosa.


Bagaimanapun, siapa saja berhak untuk memegang teguh atas prinsip hidup yang dimilikinya. Sebaliknya, di kala seseorang enggak merasa berada di jalan "benar" tentang apa yang telah diyakininya tersebut dapat berakibat kehilangan jati diri. Ujungnya bisa menjadi pribadi peragu, plin-plan, gampang terpengaruh, sampai krisis identitas. Artinya, peganglah keyakinan dan kebenaran tersebut di dalam dada. Tanpa perlu membutuhkan "dukungan," "persetujuan," maupun "pengakuan" dari orang lain. Kuncinya, terpenting tidak menzalimi makhluk lain!






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Janganlah Seperti Thanos yang Merasa Diri Si Paling Hebat dan Terbenar, Lalu Menganggap Orang Lain Serba Salah"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*