Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

8 Sikap Pekerja yang Pantas Dipecat dan Digantikan dengan Mesin atau Robot

Banjirembun.com - Kalau memang tak niat serius bekerja, sudah tanda tangan kontrak kerja, dan tahu tentang risiko-risiko pekerjaan (bergaji kecil, butuh tenaga ekstra, menguras pikiran, dan mengganggu kesehatan mental) yang bakal dijalani kenapa dalam melakukan pekerjaan enggak totalitas?


Memang betul sih jangan terlalu militan secara berlebihan dalam bekerja, sebab takutnya nanti malah dipandang aneh oleh sesama pekerja lain. Banyak yang iri, merasa tersaingi, atau justru memandang kasihan lantaran dikira ia mau saja jadi "budak" alias jongos dari juragan dan bos pemilik usaha.

Baca juga Karyawan yang Melayani Pelanggan di Bisnis Milik Majikannya Janganlah Jadi Babu Alias Jongos

Eloknya penyebutan jongos, babu, atau kacung diberikan kepada para pekerja karena mental mereka yang buruk. Andai kata para pekerja, karyawan, atau pegawai di atas punya kepribadian baik tentu mereka tidak pantas diberi julukan-julukan yang terkesan berkonotasi merendahkan harga diri manusia.


Lagian, sebentar lagi akan banyak jenis pekerjaan yang berpeluang digantikan oleh mesin atau robot. Barangkali, awalnya butuh biaya tinggi untuk mendapatkan alat-alat tersebut. Namun, lama kelamaan teknologi canggih itu akan berharga murah. Tentunya, biaya perawatan dan operasional juga sangat efisien.


Jika para pegawai, karyawan, atau pekerja tetap saja merasa besar kepala sehingga bekerja seenaknya maka bersiaplah mereka dipecat dan digantikan dengan mesin. Lebih lengkapnya, berikut ini 8 tipe pekerja yang layak disingkirkan dari dunia pekerjaan:


1. Tidak Mempunyai Etika

Pelayan, buruh, penjaga, atau pekerja di ujung tombak yang merasa dirinya bagaikan bos saat melayani konsumen sangat pantas untuk dipecat. Bagaimana pun, konsumen merupakan orang yang berhak untuk dilayani secara optimal dan maksimal. Bukan malah seenaknya sendiri dengan mengabaikan etika.


Langkah-langkah para pegawai atau karyawan dalam menghadapi pelanggan harus diterapkan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Mereka yang egois, merasa paling kuasa, melakukan tindak pidana, serta menganggap diri lebih "atas" hanyalah jadi beban perusahaan. Kalau memang ingin jadi bos kenapa tidak buka usaha sendiri?


Contoh perbuatan di atas meliputi sibuk berdandan atau merias diri, menggoda atau melakukan pelecehan seksual, fokus pada handphone pribadi, mencuri, berbohong, berkelahi, berkata-kata kasar, menyebarkan rahasia kantor ke media sosial, berbicara jorok, berbusana tidak sopan, pasang muka menyebalkan, dan masih banyak lagi.


2. Cara Pandang Negatif dalam Berbicara dan Bersikap 

Pekerja yang sering mengeluh, pesimis, berpikir negatif berlebihan (cemas, takut, atau curiga), mudah dengki, kerap pamer prestasi maupun harta, senang melihat teman susah serta susah melihat teman senang, mengadu domba, sampai menjerumuskan teman sudah layak untuk langsung dipecat.


Sayangnya, untuk menemukan alasan pemecatan terhadap kacung atau babu di atas mungkin amat sulit. Alasannya, para jongos itu akan bersilat lidah. Mencari dalih, alibi, dan sejumlah pembenaran diri agar kebusukan diri tertutupi. Disarankan, cari alasan lain untuk memuluskan pemecatan.


3. Bermulut Ember

Jongos yang sedikit-sedikit mengadu ke atasan, apalagi sangat terkesan ingin menjatuhkan individu tertentu, teramat menjengkelkan bagi juragan. Kendati demikian, cukup dengan banyak mengkritik dan berkomentar buruk tanpa maksud ada misi pribadi terselip, tetap saja bikin suasana kerja jadi "tegang."

Ilustrasi pekerjaan yang digantikan robot (sumber dailytimes.com)

Bagaimanapun, terkadang laporan dari kacung tentang seseorang nyatanya banyak yang diimbuhi sehingga merugikan pihak yang jadi pembicaraan. Bahkan, apa yang disampaikan itu tak melebihi sekadar gosip alias fitnah. Perilaku tersebut sebaiknya sudah menjadi landasan kuat bagi keputusan memberhentikan karyawan.


4. Sok Tahu dan Sok Pintar

Merasa paling senior dan merasa paling berpengalaman merupakan penyakit berbahaya dalam upaya membangun ketenangan kerja. Parahnya lagi, tindakan sok tahu serta sok pintar itu membuat dia ingin jadi teladan sehingga ogah diberi arahan. Setidaknya, niatnya biar dipuji dan diakui oleh sesama pekerja lain maupun si bos besar.


5. Manja dan Gampang Putus Asa

Sikap pekerja yang manja berakibat selalu ingin dibela dan diperlakukan lembut. Itu berisiko hanya menambahi beban serta membatasi ruang gerak bagi pegawai lain yang ingin fokus mengerjakan tugas. Pastikan orang seperti ini enggak bertahan lama untuk tetap bekerja di sana ketimbang jadi sampah saja.


6. Enggak Bekerja dengan Hati

Perbedaan mesin atau robot dengan manusia yaitu adanya jiwa atau hati. Nah, tatkala seseorang sudah tak punya perasaan (simpati, empati, kasih sayang, keyakinan, dan semacamnya) lalu apa bedanya dengan benda mati? Bukankah lebih baik pekerja kayak begitu diganti saja dengan teknologi mesin atau robot?


7. Tidak Disiplin, Lari dari Kewajiban, dan Tak Bertanggung Jawab

Datang terlambat dan pulang lebih cepat tanpa alasan yang dibenarkan merupakan tanda pekerja yang pantas dipecat. Apalagi, ternyata terbukti bahwa tindakan yang dilakukan itu hanya gara-gara berbuat hura-hura. Malahan, perbuatan itu mengakibatkan dia lari dari kewajiban dan tanggung jawab.


Sebaliknya, saat jam makan siang atau istirahat dilakukan secepatnya meninggalkan tempat kerja serta di kala kembali ke ruangan diterapkan secara terlambat. Selain itu, bentuk perilaku yang bikin karyawan dipecat yaitu melimpahkan kesalahan pada orang lain. Ibarat kata, lempar batu sembunyi tangan.


Sikap malas-malasan atau buang-buang waktu untuk hal yang tak bermanfaat (mengobrol, main medsos, berlama-lama telepon urusan pribadi, melamun, serta tidur) merupakan perbuatan yang membuat suasana menjadi tak hidup. Alhasil, efektivitas dan efisiensi tidak tercapai. Justru sebaliknya, terjadi pemborosan dan target selesainya tertunda.

Baca juga 5 Sikap Karyawan Toko ini Menunjukkan Mental Babu

8. Sulit Bekerja Sama

Kesulitan dalam bekerja sama bukan hanya disebabkan oleh orang tersebut memiliki sifat "tertutup" sehingga sulit beradaptasi. Lebih dari itu, juga bisa disebabkan sifat individualis. Yakni, mau menang sendiri dan hanya ingin mengatur tapi tak mau diatur. Akibatnya, ketika kerja dalam tim kelompok dia hanya jadi benalu atau parasit.


Kendati demikian, dalam bekerja sama tentulah harus dengan pihak yang tepat. Jangan sampai bekerja sama dengan orang yang salah. Meskipun tidak ikut-ikutan berbuat kesalahan, ketika berteman dengan orang salah berdampak ikut terkena getah. Padahal tidak terlibat, tetapi masih dicurigai lantaran satu komplotan sehingga masuk daftar hitam.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "8 Sikap Pekerja yang Pantas Dipecat dan Digantikan dengan Mesin atau Robot"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*