Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Pentingnya "Mengaca di Cermin" Agar Tahu Tentang Kesalahan Diri

Banjirembun.com - Suka menyudutkan, menyalahkan, dan menghakimi orang lain tetapi enggak pernah melakukan introspeksi diri. Itulah ciri dari manusia yang enggak pernah "mengaca di cermin." Merasa dirinya sempurna, padahal hanyalah sampah.


Wajar saja. Barangkali kaca di rumah hanya dipakai untuk melihat kejelekan wajah dan tubuhnya sendiri. Namun, tak pernah digunakan untuk mengaca isi hati dan sifat kelakuannya sehari-hari yang buruk rupa. Sungguh bikin jengkel.

Baca juga Gisel Merasa Berat, Ternyata untuk Bahagia Enggak Mudah

Sejujurnya, Gisel hari ini sangat sedih. Penyebabnya karena omongan seseorang yang sok penting, sok hebat, sok suci, dan sok paling berkuasa. Intinya, dia ogah mau kalah. Parahnya, diimbuhi dengan sikap sok tahu dan sok pintar.

Mengaca di cermin (sumber gambar dari Pexels)

Betapa merepotkan menghadapi manusia semacam itu. Didiamkan saja, justru bikin merasa dirinya menang. Lantas, semakin ngawur saja perkataannya. Kalau pun ditanggapi, malah membantah dan menyepelekan. 


Gisel bingung harus bagaimana lagi. Dia itu tipe orang yang g*blok tapi menganggap pribadinya smart. Kalau ia tidak tahu permasalahannya, sebaiknya diam saja. Kok dia justru membuat pernyataan seolah paling benar, paling suci, dan paling baik hatinya.


Ini bukan membicarakan masalah urusan agama. Ini tentang etika kehidupan sosial. Penganut agama apapun, lantaran pendidikan akhlaknya buruk, sangat mungkin memiliki kepribadian buruk. Salah satunya, dalam berkomunikasi tanpa dipikir panjang dulu risikonya.


Hati-hatilah dalam menyampaikan pendapat maupun memberi "umpan" bahan obrolan. Sebab, bisa jadi apa yang diutarakan itu bakal kembali pada diri sendiri. Terlanjur menuduh orang lain, ternyata dirinyalah yang berbuat kebusukan.


Buat apa coba menyerang orang lain tapi kondisi karakter dalam dirinya bejat? Menyebar fitnah maupun merundung individu tertentu tanpa disertai data dan informasi terpercaya. Tentu bakal bikin malu sendiri. Akhirnya, lempar batu sembunyi tangan.

Baca juga Kisah Sendu Ketika Gisel Difitnah oleh Tetangga Kontrakan Rumah

Lebih baik diam saja. Ketimbang mengeluarkan kata-kata sindiran tetapi nyatanya lupa bahwa dirinya sendiri pernah salah. Daripada sembrono memancing-mancing ghibah atau gosip tertentu, nyatanya semua hanya omong kosong. Tujuannya tidak lain guna untuk bersilat lidah.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Pentingnya "Mengaca di Cermin" Agar Tahu Tentang Kesalahan Diri"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*