Terbaru · Terpilih · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Si Paling Toleran Tapi Pembenci Islam Wajib Membaca ini Agar Tak Merasa Suci dan Mulia

Banjirembun.com - Pengusung nilai-nilai toleransi kebanyakan hanya ingin berlindung dan bersembunyi di balik sebuah ungkapan "saling toleran." Padahal, sebagian dari para pemuja toleransi itu belum tentu tahu terkait apa definisi darinya yang sebenarnya. Mereka asal bunyi koar-koar penuh membabi buta yang merasa diri si paling toleran, suci, dan mulia akhlak budi perketinya. Nyatanya, bualan semata untuk bersilat lidah.


Kaum penjunjung toleransi sebaiknya harus membaca tulisan ini agar tidak lagi menganggap diri si paling toleran. Simak baik-baik apa itu maksud dari kata "toleransi". Di mana, definisi toleran menurut kamus Cambridge adalah kesediaan untuk menerima perilaku dan keyakinan yang berbeda dari orang lain, meski semua itu enggak dapat disetujui atau mustahil untuk dimaklumi. Intinya, sikapnya berupa bentuk penerimaan dan pembiaran.

Baca juga Merasa Menjadi Si Paling Toleran di Nusantara, Tapi Kenapa Benci Islam?

Contoh kalimat yang menggunakan kata toleransi salah satunya "Tidak ada toleransi terhadap kekerasan di sekolah ini, jika ada murid yang berkelahi maka akan ditindak tegas melalui langkah pembinaan khusus." Artinya, ketika pihak sekolah mentoleransi perbuatan kekerasan dapat disebut sebagai tindakan mendiamkan (yang cenderung berkonotasi negatif berupa menyetujui) kekerasan yang dilakukan oleh peserta didiknya.


Contoh lainnya "Si Anu datang terlambat 8 menit saat sesi wawancara kerja. Akan tetapi, pihak manajer masih memberikan dia kesempatan untuk mengikuti tes. Padahal, sudah jelas dalam aturan perusahaan bahwa keterlambatan sama dengan kesalahan fatal. Nyatanya, manajer itu menoleransi si Anu. Mungkin, lantaran mempertimbangkan aspek untung-rugi ketika melepaskan si Anu begitu saja." Kata kuncinya berupa memberi kesempatan walau salah.


Masih menurut kamus Cambridge, mendefinisikan toleransi sebagai kemampuan untuk menghadapi sesuatu yang enggak menyenangkan sehingga bikin jengkel dengan cara untuk tetap terus ada, meski sedang menghadapi kondisi buruk dan sulit. Contoh kalimatnya "Kadar toleransi saya terhadap udara dingin semakin besar setelah tinggal di Kota Malang selama lebih dari 5 tahun". Maknanya, menekankan tentang kemampuan adaptasi di lingkungan yang mengganggu.


Adapun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah toleransi memiliki arti "Sifat atau sikap toleran", "Batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan", dan "Penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja." Sedangkan, kata menoleransi dalam KBBI artinya "Mendiamkan; membiarkan". Dari sini, sudah sedikit jelas bukan apa itu toleransi?


Masih di KBBI, arti toleran ialah "Bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri." Penjabarannya barangkali berupa toleran merupakan tindakan atau ucapan yang menunjukkan sedang berusaha menerima sesuatu yang dianggap menyimpang, ganjil, atau aneh.


Toleransi Bukan Tak Terbatas, Tapi Ada Batasannya

Aneh dan lucu saat ada orang yang merasa paling toleran tapi nyatanya membenci Islam. Maksudnya, segala hal yang terkait dengan Islam (pengikut, tempat ibadah, simbol-simbol, hingga ajarannya) dianggap tak boleh untuk didekati, apalagi dipelajari. Kaum yang memuja istilah toleransi itu hanya memprovokasi masyarakat agar punya semangat bertoleran. Akan tetapi, ujung-ujungnya bertujuan menyerang dan menyudutkan kepentingan dakwah serta syiar Islam.

Ilustrasi aksi damai menentang perilaku pembenci Islam (sumber gambar)

Namanya juga pakai jurus mabuk. Mereka tidak tahu (atau pura-pura enggak tahu) bahwa  toleransi juga harus memiliki batasan. Dibatasi jumlah orang yang berhak menerima toleransi, dibatasi durasinya, dibatasi kadar keparahannya, dibatasi sesuai kondisi, sampai dibatasi hal-hal terkait topik apa saja yang boleh untuk diterapkan toleransi. Jadi, menoleransi bukan berarti menghormati (respek) kepada sesuatu yang salah serta parahnya lagi ikut-ikutan melakukan dan menyemarakkan.


Dari sini dapat dipahami bahwa kata toleransi dapat diartikan memaklumi sesuatu demi mengambil maslahat dan biar enggak terkesan mengganggu (merusuhi, menghalangi, atau menghina) orang lain. Tentunya, senyampang apa yang diperbuat atau diucapkan orang yang diberi toleransi masih dalam lingkup batas tertentu. Namun, bukan berarti ketika ada orang yang mengkiritisi (membantah, meluruskan, atau menunjukkan argumen beda) atas perilaku yang terkesan "memaklumi" perbuatan salah tersebut dianggap sebagai pihak yang tak berjiwa toleran.


Masak ada orang yang ingin mengingatkan "Perbuatanmu itu telah menyalahi aturan perusahaan. Sebaiknya kamu tidak berbuat salah lagi dan jangan sampai lebih parah dari itu!". Nah, saat ada orang yang berkomentar seperti itu masak akan dianggap sebagai orang yang tidak toleran? Apalagi ketika kesalahan yang diperbuat tersebut nyata-nyata sudah enggak pantas untuk ditoleransi. Diimbuhi, kata-kata nasihat yang diutarakan sudah benar dan tak ada unsur menyinggung perasaan.


Dalam dunia perkuliahan juga ditemukan istilah toleransi. Sayangnya dalam kacamata akademis, kata toleran lebih condong mengandung makna negatif. Alasannya, penggunaan kata itu sering ditujukan pada mahasiswa yang bermasalah. Misalnya "Meski kamu sudah melakukan kesalahan fatal, saya akan menoleransi kamu biar bisa lulus kuliah di kelas saya, dengan syarat bila kamu mau mengerjakan tugas yang saya berikan." Sudah jelas, memberi toleransi tetapi ada syarat yang harus dijalankan.

Baca juga Islam Agama yang Tidak Menghormati Ajaran dan Keyakinan Agama Lain, Tapi Menghormati Manusianya

Sungguh teramat konyol bukan? Ketika kebijakan atau keputusan dosen di atas dimaknai sebagai bentuk sedang "menghormati" mahasiswa yang bersalah. Sementara, mahasiswa lain yang normal alias wajar tanpa masalah justru dipandang biasa-biasa saja. Malahan yang terjadi, sebagian mahasiswa lain bakal cemburu lantaran mengira temannya yang bermasalah itu diberi "keistimewaan". Dengan demikian, boleh saja bertoleransi tetapi jangan sampai punya rasa takut (minder, rendah diri, dan khawatir) dan bisa diperalat oleh pihak yang diberi toleransi.






Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Si Paling Toleran Tapi Pembenci Islam Wajib Membaca ini Agar Tak Merasa Suci dan Mulia"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*