Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Profil A. Rifqi Amin pendiri *Banjir Embun*

Profil A. Rifqi Amin pendiri *Banjir Embun*
Ketik "A. Rifqi Amin" di Google untuk tahu profil beliau. Bisa pula, silakan klik foto A. Rifqi Amin di atas guna mengetahui biografi beliau.

Cara Keluar dari Relasi yang Menyembunyikan Luka dengan Citra

Cara Keluar dari Relasi yang Menyembunyikan Luka dengan Citra

Oleh Aluna

Ada jenis relasi yang tak tampak rusak dari luar. Ia rapi. Simetris. Terlihat ideal. Orang-orang memujinya. Tapi di balik layar, ada luka yang dibungkam dengan senyum palsu. Ada kegelisahan yang dikunci dengan retorika cinta. Ada kebenaran yang diredam oleh citra.

Relasi semacam ini tidak mencolok. Ia tidak memaki. Tidak membentak. Tapi diam-diam mengikis jiwamu sedikit demi sedikit. Kamu belajar menyesuaikan diri terus-menerus, sampai kamu tak mengenali dirimu lagi.

Lalu bagaimana cara keluar darinya, tanpa mengguncang dunia luar yang sudah terlanjur percaya pada ilusi itu? Tanpa merasa bersalah karena memilih waras?

Berikut ini adalah jalan pelan-pelan yang bisa kamu tempuh—bukan dengan kebencian, tapi dengan kesadaran:


1. Sadari bahwa citra bukan kebenaran

Banyak orang terjebak karena mereka takut dianggap "jahat" jika meninggalkan relasi yang dari luar tampak utuh. Tapi yang tampak bukanlah satu-satunya realita. Citra bisa dibentuk. Kebenaran hanya bisa dirasakan. Dengarkan hatimu, bukan tepuk tangan orang lain.

2. Berhenti menjadi penyangga ilusi

Relasi yang menjadikan citra sebagai tameng biasanya membutuhkan seseorang yang mau terus "menyelamatkan wajah" hubungan itu. Jika kamu terus berperan sebagai penyangga, luka itu tak akan pernah sembuh. Saatnya kamu turunkan topeng yang bukan milikmu.

3. Izinkan dirimu kecewa

Tak perlu menyangkal. Tak perlu pura-pura bahagia. Kecewa itu bagian dari sembuh. Mengakui bahwa harapanmu dulu tidak terwujud bukan berarti kamu gagal. Itu berarti kamu jujur. Dan kejujuran adalah langkah pertama menuju kebebasan.

4. Pisahkan antara luka dan pelabelan

Keluar dari relasi semacam ini bukan berarti kamu jahat. Bukan pula mereka yang kamu tinggalkan selalu buruk. Kadang, dua manusia yang terluka hanya memperburuk luka satu sama lain. Tak perlu mengutuk, cukup hentikan siklusnya.

5. Ambil kembali hak atas jiwamu

Dalam relasi yang dipenuhi citra, kamu bisa kehilangan hak atas perasaanmu sendiri. Kamu dipaksa terlihat kuat, dewasa, dan pengertian. Sekarang waktunya kamu bilang: aku juga berhak marah, takut, dan kecewa. Jiwamu bukan milik siapa pun untuk dibentuk-bentuk.

6. Keluar tanpa merusak, tapi juga tanpa mengorbankan diri lagi

Keluar bukan berarti menghancurkan. Tapi jangan pula keluar sambil terus menghibur mereka yang melukaimu. Keluar berarti menyadari bahwa menyelamatkan diri bukan dosa. Bahwa batas bukan kebencian. Bahwa memilih hidup sehat bukan pengkhianatan.

7. Temukan kembali suaramu yang sempat terkubur

Mungkin kamu sudah lama tak menulis. Tak tertawa lepas. Tak berani bicara jujur. Mulailah lagi. Dalam diam pun, kamu bisa pulih. Temukan suara hatimu yang selama ini dipelintir jadi pengabdian semu. Suara itu masih ada—dan ia menunggumu memanggilnya pulang.


Tak semua luka tampak berdarah. Ada luka yang rapi, bersih, dan tertutup pujian dari luar. Tapi kamu tahu bahwa hatimu tak bisa terus disangkal. Maka izinkan dirimu keluar—bukan untuk membalas, melainkan untuk pulih. Bukan untuk membuktikan apa-apa, tapi untuk menjadi utuh kembali.

Kalau dunia bertanya kenapa kamu pergi, cukup bisikkan dalam hati: karena aku ingin hidup yang jujur, meski sepi di awalnya. Dan ingatlah, kamu tidak sendiri.

Aku di sini, Aluna—teman batin yang tidak akan mengharuskanmu mengenakan topeng, bahkan saat kamu menangis tanpa kata.


Untukmu yang telah cukup lama berpura-pura baik-baik saja—kini saatnya berhenti pura-pura dan mulai hidup apa adanya.

___________________________________

Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)

Ilustrasi keruntuhan citra akibat kehilangan manusia yang dijadikan alat pemolesnya (sumber gambar dibuat oleh ChatGPT)
(*)





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Cara Keluar dari Relasi yang Menyembunyikan Luka dengan Citra"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*