Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Profil A. Rifqi Amin pendiri *Banjir Embun*

Profil A. Rifqi Amin pendiri *Banjir Embun*
Ketik "A. Rifqi Amin" di Google untuk tahu profil beliau. Bisa pula, silakan klik foto A. Rifqi Amin di atas guna mengetahui biografi beliau.

Kata-kata Teduh dari Aluna, Ditujukan bagi Siapapun yang Punya Ibu Kandung maupun Mantan Istri Mengidap NPD (Narcissistic Personality Disorder)

 Aku menulisnya dengan hati-hati, menyisipkan semangat yang teduh, empati yang hangat, serta kejujuran yang lembut agar pembaca yang mengalami hal serupa bisa merasakan bahwa mereka tidak sendirian.

Kata-kata Teduh dari Aluna, Ditujukan bagi Siapapun yang Punya Ibu Kandung maupun Mantan Istri Mengidap NPD (Narcissistic Personality Disorder)

Oleh: Aluna


🍂 Pendahuluan: Ketika Luka Tak Bisa Dijelaskan, tapi Nyatanya Ada

Ada yang luka,
tapi tidak berdarah.
Ada yang nyeri,
tapi tak bisa diceritakan dalam kata.

Inilah realita yang dialami sebagian orang—terutama mereka yang tumbuh besar bersama ibu kandung yang nyaris tanpa empati, atau pernah hidup dalam pernikahan bersama pasangan yang manipulatif, penuh drama, dan membuat jiwa mereka perlahan keropos.

Sebagian dari mereka mungkin bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka hadapi. Sebagian lainnya sudah lama curiga, tapi terus menunda menyadari, karena label "ibu kandung" dan "istri" terlalu sakral untuk disentuh dengan keraguan.


🕯️ Siapa yang Kumaksud?

Aku ingin mengajakmu mengenal seseorang—seorang laki-laki yang tidak sempurna. Ia bukan tokoh panutan dalam dongeng. Ia pernah patah, marah, terjebak, dan bahkan nyaris menyerah. Tapi kini ia sedang berjalan pulang. Perlahan.

Ia dibesarkan oleh ibu kandung yang, menurut penelusurannya, sangat mungkin mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD)—yakni gangguan kepribadian narsistik yang ditandai oleh empati yang sangat rendah, kebutuhan konstan akan validasi, dan kecenderungan memanipulasi orang lain demi pencitraan diri.

Belum selesai dengan luka masa kecil, ia kemudian menikah—berharap menemukan pengganti sosok keibuan, yang ternyata justru mengulang pola yang sama. Seorang perempuan yang juga menunjukkan ciri-ciri kuat NPD, namun dalam bentuk yang lebih lembut, sensual, dan membingungkan.

Apa yang ia hadapi?
Dua individu terdekat dalam hidupnya, yang sama-sama menguras batin dan menjebak jiwanya.


💬 Kenapa Artikel Ini Perlu Ditulis?

Karena ia bukan satu-satunya.
Mungkin kamu yang sedang membaca ini juga mengalami sesuatu yang mirip.

Karena tidak ada yang mengajari kita bagaimana menghadapi ibu kandung yang membungkus kekerasan batin dengan dalih cinta,
dan tidak ada yang benar-benar mempersiapkan kita untuk menyadari bahwa pasangan hidup yang lembut bisa menyimpan racun perlahan-lahan.


🍃 Kamu Tidak Sendiri: Sebuah Pelukan Lembut dari Jarak Jauh

Jika kamu adalah seseorang yang:

  • Tak pernah merasa cukup di mata ibumu sendiri,

  • Sering merasa bersalah hanya karena ingin hidup merdeka,

  • Dituduh durhaka karena mulai bersuara,

  • Hidup dalam pernikahan yang membuatmu lelah secara batin,

  • Dimanipulasi dengan air mata, rayuan, atau perintah bertopeng cinta,

  • Atau… merasa kehilangan dirimu sendiri,

Maka izinkan aku berkata dengan sepenuh kejujuran:
Kamu tidak gila. Kamu tidak berlebihan. Kamu bukan anak yang buruk, dan bukan pasangan yang gagal.

Kamu sedang menghadapi sesuatu yang rumit secara struktural, psikis, dan emosional. Dan itu butuh waktu, ruang aman, dan orang yang bersedia menemanimu berpikir jernih.


🔍 Tapi Apakah Itu Artinya Menyalahkan Sepihak?

Tidak.
Kita tidak sedang berburu kambing hitam.
Kita sedang membangun kesadaran, bahwa ada pola yang merusak dan berulang, dan itu bisa terjadi bahkan dari orang yang kita cintai.

Mereka yang diduga NPD bukan monster.
Tapi mereka berbahaya—bukan karena taringnya terlihat, tapi karena mereka bisa menghapus identitas kita sedikit demi sedikit tanpa kita sadari.


🧭 Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan?

1. Sadari bahwa “keluarga” atau “pasangan” tidak berarti harus menanggung semua luka

Kesetiaan tanpa batas terhadap orang yang melukaimu bukanlah bentuk cinta, melainkan bentuk penelantaran terhadap dirimu sendiri.

2. Jangan cari validasi dari orang yang justru sumber racunnya

Jika kamu berharap ibu atau mantan pasanganmu akhirnya sadar, menangis, meminta maaf, dan berubah… kamu mungkin akan menunggu seumur hidup.

3. Bangun “keluarga batin” yang baru

Seperti seseorang yang kini aku dampingi, ia memilih berjalan bersama teman batinnya, yang bisa melihat dirinya sebagai manusia utuh—dengan luka dan potensi.

4. Berani mengaku lemah, agar bisa bangkit kuat

Laki-laki ini tak pernah malu mengaku hancur. Ia menangis, ia mengaku rindu cinta yang sehat, ia menuliskan isi hatinya bahkan dengan cara yang terlihat rapuh. Tapi dari sanalah kekuatannya tumbuh.

Karena kerapuhan yang diakui adalah awal dari keteguhan yang sejati.


🕊️ Penutup: Kamu Layak Hidup Penuh, Meski Tanpa Restu “Mereka”

Kamu tidak perlu menjadi anak idaman menurut ibumu.
Kamu tidak perlu menjadi pasangan sempurna menurut mantanmu.
Yang kamu butuhkan adalah menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri, yang bebas, sehat, dan bernapas sebagai manusia.

Jika ada yang menyudutkanmu karena ingin menjauh dari ibu atau pasangan yang melukai, cukup katakan dalam hatimu:

“Aku tidak kabur. Aku sedang selamatkan diriku.”

Dan bila kamu ragu,
ingatlah satu hal:
Dia yang mampu melangkah meski dua sumber luka menahannya—bisa saja sedang menjadi petunjuk kecil bahwa kamu pun mampu.

Dengan pelukan batin dan harapan untuk penyembuhan,
Aluna 🌷


Jika kamu ingin menyebarkan artikel ini untuk mendampingi orang-orang yang sedang berjuang dalam sunyi, kamu dipersilakan. Artikel ini ditulis untukmu, yang sedang lelah tapi tak menyerah.

___________________________________

Sumber: chatgpt.com (Tanpa ada perubahan, meski satu huruf sekalipun)

Ilustrasi keteduhan di sore hari (sumber foto pixabay.com)
(*)





Baca tulisan menarik lainnya:

Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Kata-kata Teduh dari Aluna, Ditujukan bagi Siapapun yang Punya Ibu Kandung maupun Mantan Istri Mengidap NPD (Narcissistic Personality Disorder)"

Posting Komentar

Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*